22. Maaf dan hilang

Começar do início
                                    

"Maaf..," hanya satu kata itu yang bisa Alana utarakan

Hati Dipta menghangat, adiknya ternyata sudah dewasa untuk meminta maaf lebih dulu.

Alana kemudian melepas pelukannya dan mengerutkan bibir, "Kok diem aja?"

"Jangan bilang gitu lagi ya, gue takut banget," ucapnya dengan tatapan sayu

Alana berpikir sebentar, "Tentang kanker?"

Lelaki yang lebih tinggi itu mengangguk dan tersenyum lebar. Seperti senyum kelinci kata Alana, "Gue ngga mau kehilangan adik gue satu-satunya," ungkapnya lalu memeluk Alana dan mengelus pelan punggungnya

Alana tersenyum dan membalas pelukan sang kakak tersayang, "Alana juga"

"Janji jangan sembunyiin apa-apa dari gue?"

Dipta mengacungkan jari kelingking nya, Alana terlihat ragu namun ia tetap menautkan kelingking nya dengan Dipta dan tersenyum penuh tanda tanya. Dipta tidak akan mengerti arti senyum itu karena ia bukan cenayang.

Adik dan kakak itu benar-benar tidak ingin terpisahkan dengan apapun. Dipta berharap untuk sekarang, ia tak akan pernah kehilangan sumber kebahagiannya.

-

Bi Asri sudah menyiapkan makan malam untuk mereka, Dipta pun pergi ke kamar Alana untuk mengajaknya makan malam.

"Alana, ayo makan malam bareng," ujarnya sambil mengetuk pintu kamar Alana

Tidak ada jawaban, Dipta memilih membuka pintu itu yang ternyata tidak dikunci. Alana tak ada di sana. Dipta mencari di keseluruhan kamar itu namun nihil.

Dipta keluar kamar dan turun tangga menuju dapur, "Lihat Alana ngga bi?" tanya Dipta kepada bi Asri yang sedang mencuci piring

"Loh, bukan nya non Alana ada di kamarnya den?"

"Ngga ada bi, kamar mandi di kamarnya juga kosong"

Wajah bi Asri kemudian berubah panik, "Bibi bantu cari di semua ruangan ya den"

Dipta mengangguk lalu mengambil ponselnya dan menghubungi nomor Alana.

"Drtt drtt"

Dipta mencari suara getaran ponsel itu ternyata ponsel Alana ada di ruang tamu. Lelaki itu semakin khawatir. Biasanya Alana selalu membawa ponsel itu bersama dengannya.

Bi Asri dan Dipta sudah mencari di seluruh rumah bahkan di halaman belakang. Gadis itu tidak ada dimana pun.

"Lo kemana sih Lan..," ujar Dipta gelisah, ia lalu inisiatif menghubungi Azura dan Disty siapa tau Alana ada di rumah salah satu dari mereka.

"Halo kak?" itu Azura

"Halo Azura, maaf nih malam-malam ganggu. Alana ada di rumah lo ngga?"

Terdengar samar Azura sepertinya berbicara dengan orang lain.

"Ngga ada kak, ini gue lagi di rumah Disty katanya Alana ngga ada juga di sini." jelasnya, nada suara Azura juga terdengar khawatir

"Oh iya, kalo gitu tolong tanyain ke yang lain ya..," pinta Dipta

"Siap kak"

"Iya makasih Azura"

Telfon diputuskan secara sepihak. Dipta terlihat sangat khawatir, ia langsung berlari keluar menuju rumah Chandra yang tak jauh dari rumahnya.

Chandra yang kebetulan sedang bermain gitar di teras melihat Dipta berlari ke rumahnya seperti dikejar hantu.

"Oi bang! kenapa lo?" tanyanya sambil meletakkan gitar hitam itu

Dipta lalu mengatur nafasnya dan menghampiri Chandra, "Alana ada di sini ngga?"

Chandra terlihat bingung, "Engga ada bang, kenapa?"

Dipta menghela nafas kasar dan menendang apapun yang ada di sana. Chandra yang melihat itu yakin ada sesuatu yang terjadi.

"Alana hilang, udah gue cari di rumah tapi ngga ada." ucapnya

"Udah lo telfon?"

"Ponselnya ada di ruang tamu Chan, gimana gue ngga khawatir coba?"

Dipta benar-benar terlihat gusar.

"Udah lo tenang dulu jangan kemana-mana ntar yang ada malah lo yang kenapa-napa," ujar Chandra panjang lebar

"Adik gue Chan..," Dipta lalu mengusap wajahnya kasar

-

Dipta dan Chandra kini di rumah Renan, Alana juga tak ada di sana. Semua orang sangat mencemaskan keadaan Alana saat ini.

Ponsel Dipta tiba-tiba berdering, ia dengan cepat mengangkat telfon dari rumahnya berharap ada kabar dari bi Asri bahwa Alana sudah pulang.

"Halo bi? Alana udah pulang?"

"Belum den, tapi tuan Javier baru saja pulang ke rumah"

Dipta mematikan telfonnya dan mendadak terdiam, ia ingin mengumpat rasanya. Kenapa ayahnya harus pulang saat Alana hilang? ah iya bahkan berharap bahwa Alana hanya pergi lalu akan pulang sebentar lagi.

"Kenapa bang?" tanya Renan penasaran

Dipta menggeleng, "Ayah gue udah pulang"

Dipta bahkan sudah pasrah jika ayahnya marah karena ia tidak becus menjaga Alana.

"Lo pulang dulu aja bang, biar kita yang cari dan tanyain anak-anak lain tentang Alana."

Dipta menyetujui perkataan Chandra, dan langsung pulang ke rumahnya. Sesampainya di rumah, ia melihat ayahnya sudah duduk di ruang tamu.

"Alana mana?"

~

Yeayy hari ini double up

Jangan lupa vote dan koment sebagai bentuk menghargai ya

Biar aku juga makin semangat lanjutin ceritanyaa

Oh iya ayah Alana dan Dipta itu anggap aja visual Jae day6 umur 40 tahun yaa

Terima Kasih !

XOXO -!
-Syfnaaa29


















Struggle, Love, and Bipolar [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora