Bab 141: Penjahat yang Jengkel Mengajar Ye Sang (Bagian 3)

409 64 4
                                    


“Paman…”

Dia melebarkan mulutnya dan dengan berlinang air mata menuduh, “Bagaimana kamu bisa menghancurkan telurmu?”

“Ini bukan telurku.” Bibir Mu Chen bergerak-gerak saat dia menjawab, hampir kehilangan kendali. Dia ingin mencekiknya.

Pria itu menarik napas dalam-dalam.

Dia mendongak dan menatap telur pecah di tangannya dengan acuh tak acuh, bibirnya berkedut saat dia memaksakan senyum saat melihat matanya yang berkaca-kaca, “Ini telurmu.”

Ye Sang cemberut dan ingin menangis.

Ini telur yang dia habiskan sepanjang hari,  wuwuwu .

Dan Mu Chen tanpa ampun menghancurkannya.

Dia kesal.

Tapi pelakunya Mu Chen terus menusuk pisau ke dalam hatinya.

Pria itu melihat telur di tangannya sebentar dan memaksa untuk menahan tawanya.

“Teman kecil.”

Dia tidak bisa membantu tetapi mengatakan, “Telurmu …”

Setelah jeda, Mu Chen berkata,

“…Rusak.”

“…” Mata bulat kucing Ye Sang dipenuhi dengan air mata dan isak tangis yang meluap. Dia benar-benar putus asa dan meratap, ” Wah ——”

Dia menggertaknya!


Wuwuwu .

Ye Sang tidak pernah merasa bersalah seperti ini!

Mu Chen: “….”

Kepalanya sakit karena kebisingan. Dia melihat ke benda kecil itu dan tertawa dengan marah, “Kamu bilang bolaku rusak dan aku tidak menangis, kenapa kamu menangis?”

Ye Sang mengabaikannya dan terus meratap putus asa.

Kuil Mu Chen berdenyut-denyut dengan keras dan terasa mengerikan.

Kenyataan membuktikan bahwa anak nakal terlalu sulit untuk dihibur.

Jika sistem kedap suara ruang kerjanya tidak cukup baik, semua pelayan di lantai bawah pasti akan mendengarnya.

Dan mereka akan berpikir bahwa dia menyiksanya.

YeSang menatapnya dengan mata bulat kucingnya dan cemberut sambil menuduh melalui isak tangisnya, “Telur Sangsang …”

Mu Chen mendengar tentang telur itu lagi dan merasa mual.

Dia menarik napas dalam-dalam dan mengatupkan giginya, “Aku akan memberimu satu besok pagi.”

Hal kecil menyeka air matanya dan setelah menatapnya sebentar, dia akhirnya berhenti berbicara dengan cemberut.

“Lalu, lalu….” Dia menunjuk tes itu dengan ragu-ragu, “Pertanyaan yang salah.”

Lima Ayah Penjahat Berjuang Untuk Memanjakanku (1)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora