Chapter 6 - The truth revealed

318 31 43
                                    

“Dosan-ah, ayo sarapan dulu. Setelah itu kita harus segera pergi karena pagi ini ada meeting dengan pihak Hyundey” seru Dalmi ke Dosan yang baru keluar dari kamar.

Dosan menuju meja makan sambil mengancingkan lengan kemejanya. “Meetingnya dimana?”

“Dikantor pusat Hyundey, Dave ingin mendiskusikan lebih lanjut mengenai teknis kerjasamanya sebelum dana dikucurkan. Kau bisa ikutkan?” tanya Dalmi seraya menyiapkan makanan di atas piring Dosan.

“Gomawo...” ucap Dosan saat menerima piringnya dari Dalmi. “Nde, aku juga ingin mengenal Dave.” ucapnya lagi.

Dalmi memicingkan matanya “Dosan-ah, kau jangan berpikiran dan berbuat aneh-aneh, Dave hanya rekan bisnis yang tertarik membantu pengembangan usaha kita.”

Dosan terdiam sejenak. “Arasseo...” ucapnya setelah melihat Dalmi yang cemberut.

***

Dosan dan Dalmi tiba di kantor pusat Hyundey di tengah kota Seoul. Mereka lalu menuju kelantai paling atas dari gedung kantor tempat ruangan kerja Kim Dave berada. Sekretaris mengantarkan Dosan dan Dalmi masuk ruangan dan Dave langsung menyambut mereka dengan antusias.

“Dalmi-ssi annyeong, silahkan duduk”

“Dave-ssi, kenalkan ini Nam Dosan, CTO CheongMyeong Company dan juga suamiku”

“Ahaa..Nam Dosan-ssi, saya pernah mendengar tentang anda. Sebelumnya anda pernah bekerja di 2STO bukan?” sahut Dave seraya menjabat tangan Dosan.

“Ne, saya sempat tiga tahun disana sebelum bergabung bersama Dalmi di CheongMyeong Company.” Dosan memperhatikan dengan seksama pria tegap di hadapannya. Perkiraan Dosan umur Dave sekitar 40 an tahun, berwajah tampan dan aristokrat. Pastinya dia sudah berkeluarga, namun Dosan tidak enak untuk menanyakan langsung.

“Dan kalian suami istri bersama membangun perusahaan, hebat sekali” seru Dave.

“Apa anda juga sudah berkeluarga?” timpal Dosan yang mendapat lirikan tajam dari Dalmi.

Dave terdiam sejenak “Ah, sayang nya saya tidak seberuntung kalian. Istri saya sudah meninggal lima tahun yang lalu” Dave menoleh ke arah Dalmi “Saat itu ia seumuran dengan Dalmi-ssi”

“Mian, saya tidak tahu” Dosan merasa tidak enak.

“Tidak apa-apa Dosan-ssi, istri saya meninggal saat melahirkan anak pertama kami. Dan sejak itu saya tidak ingin menikah lagi dan hanya fokus membesarkan anak saya”

“Dave-ssi, kau pasti seorang ayah yang hebat.” Ujar Dalmi tulus.

“Ani, saya masih banyak kekurangan. Oleh karena itu saya masih mencari wanita yang bisa melengkapinya” Dave menatap Dalmi dengan tajam.

Wajah Dosan memanas melihatnya. “Dave-ssi, maafkan saya yang terlalu jauh menanyakan mengenai hal yang sangat pribadi. Bagaimana kalau kita mulai saja pembahasan mengenai kerjasama kita?”

Dave mengalihkan pandangan ke Dosan “Tidak apa-apa Dosan-ssi, baiklah sebelum mulai aku panggil asisten ku dulu untuk ikut meeting bersama” Dave lalu menuju telpon yang ada di meja kerjanya.

Sementara Dalmi dan Dosan saling melirik dengan mata memicing.

***

“Aigoo Dosan-ah kenapa kau menanyakan mengenai status ke Dave, aku rasa itu tidak etis. Kita belum mengenalnya jauh!” protes Dalmi saat perjalanan pulang ke kantor.

“Dia duluan yang menyinggung mengenai kita, aku hanya menimpali. Kau sendiri kenapa memujinya setinggi langit? Karena itu dia sampai tak berkedip menatapmu” balas Dosan dengan kesal.

Thin Blue LinesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang