Chapter 2 - The deals

289 41 15
                                    

Dalmi menatap sendu keceriaan anak-anak kecil yang sedang asik bermain bola. Saat ini ia sedang duduk ditaman yang berada di lingkungan apartemennya. Kantung plastik belanjaan dari minimarket tergeletak disamping nya.
 
Melihat anak-anak yang sedang bermain, ia membayangkan Dosan sedang ikut bermain bersama anak mereka. Dosan dengan wajah gembira memberikan bola ke anak lelaki mereka yang wajahnya seperti fotokopi ayahnya. Lalu dengan kaki kecilnya ia menendang bola itu dengan kuat membuat Dalmi tersenyum gemas.
 
Khayalan Dalmi mendadak buyar ketika kaki nya terasa sakit. Anak laki-laki kecil berlari kecil kearah nya untuk mengambil bola yang ternyata tadi menendang kakinya. Dalmi mengambil bola itu dan dengan tersenyum memberikan kepadanya.

“Gomawo” ucap bocah itu sambil menerima bola dan melanjutkan bermain bersama teman temannya.
 
“Mianhae Dosan-ah, sampai saat ini aku belum bisa memberikanmu seorang anak.” Lirih Dalmi dalam hati.  Walau Dosan berkali-kali meyakinkannya kalau ia tidak terpengaruh dengan hal itu namun Dalmi tetap merasa sangat sedih karena ia merasa belum bisa memberikan hadiah yang paling berharga untuk suaminya. Hadiah yang merupakan perwujudan cinta kasih mereka.
 
Dalmi tahu suaminya juga sangat mengharapkan kehadiran seorang anak. Ketika melihat Dosan menimang keponakan kecilnya Nara, atau saat ia bermain dengan anak dari sahabatnya Chulsan, Dalmi bisa melihat di mata nya keinginan untuk menimang anaknya sendiri.
 
“Apa yang harus aku lakukan” desah Dalmi. Kemudian ia beranjak pulang ke apartemennya.
 
Dalmi membuka pintu apartemen dan mencium aroma cheese cake yang membuat perutnya semakin lapar. Sejak bangun tidur ia memang belum sarapan, apalagi cheese cake adalah makanan kesukaannya.
 
Dalmi melihat Dosan di dapur yang sedang mengeluarkan cake itu dari oven. Mungkinkah Dosan sengaja membuat cake ini untuknya, Dalmi mulai mengira-ngira sambil berjalan mendekati Dosan.

“Dosan-ah, kau buat apa?”

Cheese cake

“Aku sangat suka cheese cake

“Aku tahu” Dosan tersenyum tipis “Dalmi-ya, kau dari mana saja?” Dosan menatap Dalmi dengan memicingkan matanya.
 
“Dosan-ah, mian... aku lupa tidak meninggalkan pesan saat pergi tadi. Aku tadi ke minimarket untuk membeli pembalut” sudut mata Dalmi menunjuk ke kalender yang ada di dapur.
 
“Arasseo, aku melihatnya sejak tadi pagi”
 
“Mianhae Dosan-ah..” ucap Dalmi. Wajahnya mengerut dan mulai menangis.
 
Dosan mendekati istrinya kemudian memeluknya “Kau tidak perlu minta maaf sayang”. Hati Dosan merasa tersayat saat ia menenangkan Dalmi yang menangis tersedu dipelukannya.
 
***

Setelah tangis Dalmi perlahan mereda, Dosan merenggangkan pelukannya. “Dalmi-ya, cobain cheese cake buatanku ya..kajja”
 
Dalmi tersenyum dan mengangguk lalu mengikuti Dosan ke meja makan.  Dosan memotong cheese cake nya dan menaruh potongannya ke piring kecil lalu memberikannya ke Dalmi.
 
“hmm...so yummy, ini enak banget sayang. Aku nggak nyangka kamu bisa buat cheese cake seenak ini” Dalmi menyantapnya dengan lahap.
 
Dosan tersipu “Dalmi-ya, suami mu itu tidak hanya jago programming tapi juga baking
 
“Jinjja...apa yang telah kamu lakukan terhadap suamiku!” ledek Dalmi dengan senyum smirk.
 
Dosan tertawa kecil. Sebenarnya ini memang pertama kali ia membuat cheese cake atau cake apapun. Beruntung ia mendapat bantuan dengan melihat resep di Youtube. Semuanya ia lakukan demi bisa menyenangkan Dalmi saat ini.
 
“Dalmi-ya, kamu jangan sedih lagi, cepat atau lambat kita akan punya anak. Kita hanya perlu bersabar”
 
Dalmi langsung menghentikan makan dan menaruh sendoknya “tapi Dosan-ah, sampai kapan? Kita sudah menikah lima tahun dan mencoba dengan keras selama dua tahun ini namun aku masih belum juga hamil, aku hanya tidak ingin mengecewakanmu apalagi orang tuamu juga sudah kerap menyinggung soal cucu.” Keluh Dalmi.
 
Dosan menghela napas panjang “Dalmi-ya, ini semua bukan salahmu. Berhenti menyalahkan dirimu sendiri”
 
“ Lalu bagaimana dengan pandangan orang-orang yang menganggapku lebih mementingkan karir di banding punya anak. Mereka tidak tahu selama ini aku telah berusaha, aku memang sukses sebagai CEO tapi aku merasa gagal sebagai seorang istri” Dalmi mulai terisak
 
“Dalmi-ya, stop!. Ini bukan kompetisi dimana ada yang menang atau kalah. Kau tidak perlu mempedulikan omongan orang lain termasuk orang tuaku yang terpenting adalah pernikahan kita. Lagipula kalau kau merasa gagal maka akupun juga. Aku gagal membuatmu hamil” Dosan tertunduk lesu.
 
Dalmi terdiam. Ia masih terus menangis. Dalmi lalu mengusap air mata di pipinya dan menatap Dosan dengan penuh harap “Dosan-ah, bagaimana kalau kita ikut program bayi tabung?”
 
“Mwo? Wae?”
 
“aku baca di artikel, keberhasilannya bisa mencapai hampir 50%. Dan sudah banyak yang berhasil memiliki anak lewat program ini”
 
“shireo!, aku khawatir itu akan membuatmu semakin terobsesi” tegas Dosan. Ia lalu meraih tangan Dalmi dan memegangnya erat. “Dalmi-ya, kumohon bersabar lah. ”
 
“Dosan-ah, tapi kita juga harus berusaha dengan berbagai cara. Atau kau mau kita akan selalu seperti ini?”
 
“Apa kita yang seperti ini tidak membuatmu bahagia?” Dosan melepas tangan Dalmi dengan wajah merengut.
 
Dalmi terdiam. “kau tahu bukan itu maksudku”
 
Dosan langsung berdiri dengan kasar dan menatap istrinya dengan tajam “Arasseo, kalau itu memang yang kau mau. Tapi aku minta sebelum melakukan program bayi tabung kau beri waktu enam bulan. Dan selama enam bulan itu aku mau kau berhenti memikirkan mengenai anak” Dosan lalu berjalan mengambil kalender yang tersemat di dapur. Ia kemudian mengecek bulan yang ada di kalender sampai ke bulan February. “ hari ulang tahunku, itu date line nya” Dosan mengambil pulpen lalu melingkari tanggal 22 Februari. “Dan setelah itu aku akan mengikuti apapun kemauan mu”
 
“Nde!” timpal Dalmi dengan wajah menantang dan bibir mengerut.
 
“Arasseo...aku akan ke ruang kerja” sahut Dosan lalu menaruh kalender ke meja makan dengan keras. “oh ya, aku juga tidak ingin melihat kalender itu lagi di dapur” imbuh Dosan sebelum meninggalkan Dalmi dengan langkah cepat.
 
Dalmi terkejut, ia belum pernah melihat Dosan sekeras itu padanya. Dalmi kembali menangis sambil menelungkupkan wajahnya di meja makan dengan Cheese cake dan kalender yang terabaikan.
 
***
Dosan menatap nanar laptop yang masih belum ia nyalakan di ruang kerja. Ketika hatinya yang panas mulai mereda, perlahan ia mendengar pelan isak tangis Dalmi. Dosan langsung merasa sangat bersalah.

Dosan menangkupkan kedua tangannya di depan mulut nya “aku memang suami yang sangat payah, mianhae Dalmi-ya” ucapnya lirih. Dosan memang seorang atheis tapi saat ini dia berdoa kepada Tuhan, Dewa dan semua yang mempunyai kekuatan untuk memberikan keajaiban padanya dalam enam bulan ini.

             *** To be Cont'nd ***

Many thanks untuk yang sudah vote dan comment, lanjutkaan😉

 
Xoxo
 
 
 
 
 

Thin Blue LinesOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz