Harsa kala Nestapa [00]

Mulai dari awal
                                    

"Ayo, kita ke rumah sakit sekarang mas, aku nggak usah ganti baju."

Ucapan itu langsung dihadiahi anggukan oleh si sulung. Kemudian kedua anak itu langsung menuju ke rumah sakit, tentu saja dengan bantuan dari pak supir yang untungnya belum pulang malam itu.

 Kemudian kedua anak itu langsung menuju ke rumah sakit, tentu saja dengan bantuan dari pak supir yang untungnya belum pulang malam itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Permisi suster, saya anak dari tuan Anggasta Waradana. Dimana ayah dan bunda saya ya sus?"

Terlihat raut kepanikan dari wajah sang kakak. Si adik yang masih memakai baju tidur bergambar peach merah muda-itu langsung menggenggam tangan sang kakak. Memberikan kehangatan dan sedikit menenangkan kakaknya yang mulai terlihat panik.

"Maaf, kalau boleh tau atas nama siapa?"





"Kanigara Damanta Waradana,"

"Ayah sama bunda saya dimana, sus? Saya mau ketemu."

Perawat perempuan dengan lesung pipi itu tersenyum simpul. Berusaha tetap tenang agar kedua anak ini juga menjadi lebih tenang. "Maaf sekali lagi untuk memberitahukan ini. Ayah kamu tidak bisa diselamatkan, ada pendarahan di otaknya,"

"Astaghfirullah ayah..."

"Bunda?! Bunda gimana sus?" Remaja bernama Damanta itu tidak bisa tetap tenang. Dirasakan genggaman adiknya makin kuat. Dia tahu, adiknya itu sedang menahan tangis sekarang. Sungguh, itu lebih menyakitkan.

"Untuk nyonya Yunita, sekarang sedang menjalani operasi caesar, nyonya Yunita tidak sadarkan diri jadi kami harus mengeluarkan bayi yang ada dalam kandungannya. Mari saya antar keruang tunggu."

Hal itu langsung disetujui oleh keduanya.

Perawat itu terlihat tidak tega. Bagaimana bisa kedua anak ini hidup tanpa orang tuanya nanti?

Dia tidak sampai hati untuk memberitahukan kemungkinan terburuk yang bisa diterima oleh ibu mereka.

Kematian.

Hanya ada satu yang bisa diselamatkan. Dia ingat jelas tadi sebelum pasien yang bernama Yunita dibawa ke dalam ruang operasi,

"Tolong selamatkan bayi saya dok, saya mohon."

Mengingatnya saja menjadi sangat menyedihkan. Disaat dia sudah mengetahui suaminya meninggal, tentu saja dia tidak ingin anaknya meninggal lagi-anak yang bahkan belum lahir ke dunia.

"Kalian harus berdoa, semoga Tuhan menyelamatkan ibu dan adik kalian ya."

Sesaat setelahnya, dokter keluar dari ruang operasi. Dokter itu bermuka muram, dengan keringat yang belum berhenti mengucur dari dahinya.

"Dimana keluarga pasien suster?" Ujarnya yang belum menyadari kedua anak yang berada dibawahnya. Iya, mereka jauh lebih pendek dari sang dokter.

Jelas saja, mereka hanya anak berumur dua belas dan delapan tahun.

Gata dan Asa [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang