Cp 3 ▪️🍁

81 16 4
                                    

Senin pagi begitu mendung. Wheein siap siaga membawa payung, kelihatannya hari ini akan turun hujan. Dan menurut ramalan cuaca di ponselnya juga hari ini akan turun hujan lebat. Pada siang hari dan untungnya ini masih pagi tapi tetap saja ia harus berjaga-jaga.

Dua puluh menit menunggu di halte bus juga tak kunjung datang, membuatnya jengah. Hari ini ia harus mengajar dan tidak boleh terlambat sedangkan jarum jam sudah mengarah ke angka 12. Waktunya tidak lama dan mungkin dia akan terlambat.

Bukan salah bus sebenarnya, ini salah Wheein yang tadi malam memilih begadang dengan Seulgi, Sowon dan Jisoo untuk menonton film train to busan sampai pukul dua malam.

Jisoo baru kembali dari rumahnya, setelah cuti kuliah dua minggu. Katanya dia rindu rumah dan harus pulang. Baru kembali kemarin sore dengan beberapa oleh-oleh makanan yang membuat Wheein total kekenyangan.

Membuatnya tertidur pulas sampai jam alarm bunyi pun tidak di gubris akhirnya ia kalang kabut. Saat jam bangunnya terlalu lama dan berakhir dengan menunggu bus yang tak kunjung datang.

“Jung ssaem” panggilan dari arah mobil hitam di depannya membuat gadis itu menoleh.

Menunduk melihat ke dalam mobil, yang tadi ia dengan itu suara anak kecil. Tapi kenapa yang di lihat adalah pria dewasa sedang menyetir di dalam.

“Yura–ya” panggil pria itu membuat putri kecilnya menoleh.

Wheein tidak terkejut. Ia tau bahwa pria itu ayah Yura meski hanya menebak-nebak saja.

“Ssaem mari berangkat bersama. Appa bilang dia tidak keberatan mengantar ssaem”

Wheein tersenyum meyapa Yura, sebenarnya ia mau berangkat bersama. Hitung-hitung hemat ongkos agar tidak meminjam lagi pada Eonni Bae yang hanya akan menambah hutangnya. Tapi raut wajah dari Appa Yura tidak mengizinkan untuk pergi bersama.

Jadi Wheein ingin menolak. Tapi “Tidak perlu menolak, kita bisa pergi bersama”

Wheein sedikit terkejut. Namun tanpa basa-basi langsung naik di tempat duduk belakang, Yura menatap Wheein. Appanya belum melajukan mobil gadis kecil itu tersenyum.

“Ssaem duduk di depan. Yura akan duduk di belakang” ujar Yura gemas.

Wheein terkejut. Begitu pun Taehyung menatap putri kecilnya yang terus menarik tangan Wheein untuk pindah tempat.

Dengan terpaksa ia harus keluar dan duduk di kursi kemudi depan, tepat di sebelah Taehyung dengan rasa canggung memakai sealbet menatap lurus ke depan.

Yura tersenyum, membayangkan jika ia punya ibu mungkin dia akan duduk seperti ini. Posisi duduk yang tidak pernah ia rasakan.

“Rasanya Yura seperti memiliki orangtua lengkap sekarang.”
















🌼












Kim Yura. Gadis kecil itu terus memandangi Wheein sedari tadi, sejak berada di mobil Yura tersenyum memandanginya lekat, membuat Wheein merasa tak nyaman saat sedang mengajar.

Bel istirahat berbunyi, Wheein duduk untuk mengawasi anak-anak bermain. Siapa tau ada anak yang iseng menjahili temannya yang akan terjadi kegaduhan nantinya.

Yura duduk di sampingnya, memeluk gadis itu layaknya mereka kenal dekat. Padahal kedekatan mereka hanya sebatas ssaem dan murid. Wheein total terkejut hampir melompat dari tempat duduknya jika ia tak tau itu adalah Yura.

“Jung ssaem, Yura lapar ingin makan. Suapi ya?”  Yura menunjukkan kotak bekalnya memberinya pada Wheein untuk disuapi.

Mau tidak mau ia menuruti, jika di tolak takutnya Yura akan menangis dan itu akan menjadi masalahnya. Sambil sesekali matanya melirik ke murid lain memperhatikan dari jauh.

“Ssaem tau tidak?” ujar Yura dengan mulut gembongnya, Wheein memperhatikannya tampak gemas “Bunga matahari itu indah, dan matahari juga indah. Sinarnya panas tapi menghangatkan, sama seperti saat Yura bertemu dengan ssaem pertama kali. Yura merasa kehangatan itu”

Wheein membelalakkan matanya, mana mungkin anak seusia lima tahun bisa berbicara dewasa seperti itu. Biasanya anak lima tahun akan berbicara tentang makanan atau mainan. Tapi Yura, gadis kecil itu tampak dewasa dan ia mengakuinya.

Membelai lembut pucuk kepala Yura. Tersenyum ramah, ia kembali menyuapi Yura. Mendengar perkataannya Wheein jadi ingat perkataan Yura di mobil pagi tadi.

Sepertinya gadis kecil itu merindukan sosok ibunya.

.

Taehyung duduk di kursi kerjanya, menatap layar komputer begitu serius. Beberapa pekerjaan memiliki masalah dan ia harus turun tangan.

Ini semua kesalahan Jimin, rekan kerja sekaligus sahabatnya itu terlalu mempercayai karyawan baru padahal ini pekerjaan senior dan menyuruh mereka untuk melakukannya sehingga terjadilah banyai kesalahan di sana.

Jimin datang dengan beberapa dokumen di tangannya, memberikan pada Taehyung. Nafasnya tak beraturan ia duduk sebentar memandangi Taehyung dari sebrang.

“Masih banyak sekali ya?” tanya Jimin ragu.

“Tidak kok!” ujar Taehyung menatap Jimin sekilas “Hanya tinggal beberapa. Tapi setelah ini jangan menyuruh pegawai baru untuk mengerjakannya.”

Jimim menggaruk punggung kepalanya, tertawa canggung ia mengangguk.

Hening sejenak. Taehyung masih memperbaiki beberapa dokumen sementara Jimin sudah membaringkan badannya di atas sofa, sambil memejamkan mata. Tidak tidur kok.

Hanya beristirahat sebentar.

“Jim,” ujar Taehyung. Jimin menjawab dengan deheman. “Yura ingin aku menikah lagi”

“Tiba-tiba?” kini Jimin menatap Taehyung kelewat serius.

Ya bagaimana tidak serius. Dulu Yura sangat anti dengan ayahnya yang ingin menikah lagi. Katanya ia tidak suka ibu tiri karna galak dan tidak sayang padanya. Tapi sekarang gadis kecil itu memaksa ayahnya.

Jimin tidak yakin dengan penuturan Taehyung, ini Yura yang mau atau ayahnya. Dan sedetik kemudian ia menatap Taehyung sambil memicingkan matanya.

“Aku serius Jim, dia menyuruhku menikahi ssaemnya. Mana bisa ku lakukan itu! Aku saja belum mengenalnya, lagi pula aku belum berniat untuk beristri lagi”

Jimin mengangguk paham, tapi jika itu demi sang anak tidak ada salahnya.

“Jika Yura menginginkannya, kau bisa mempertimbangkan itu.”[]


••

Jangan lupa tinggalkan jejak di kolom komentar. Jangan lupa vote juga.

Love Man Kim | wheetae [HIATUS]Where stories live. Discover now