1. Dunia aneh

59 12 3
                                    

"Berani banget lu sinis-in gue tadi!" Bentak seorang gadis sambil menjambak rambut Ivy yang sedang menahan tangisannya.

"Ma-maaf kak," ucap Ivy dengan nada gemetaran.

"Apa kata lo? Maaf? Lu tuh gak pantes di maaf in, cewek murahan kayak lo! Lu seharus nya gak hidup di dunia ini!" Gadis berambut pendek itu menampar wajah Ivy.

Gadis itu memegang pipi kanannya yang mulai memerah, menahan rasa sakit di pipi nya.

"Lu mending mati aja! Gak usah hidup lagi Hahaha!" Tawaan terdengar di gudang belakang sekolah yang sepi.

"Dasar cewek murahan! Cuman bisa godain cowok orang" salah seorang gadis beranjak pergi dari gudang itu, diikuti oleh beberapa gadis lainnya.

Kini di gudang itu hanya tinggal Ivy yang masih mematung sambil memegang pipi kanannya. Penampilannya sangat kacau hari itu, satu tetes air mata akhirnya keluar begitu saja.

"Benar kata mereka, aku gak pantas hidup" Ivy menangis sejadi-jadinya saat itu, ia sudah tak kuat menahan bully-an di sekolah.

Ia selalu di jadikan objek bully. Langkah nya ke sekolah bagai menuju neraka.

***

"Aku pulang" ucap Ivy walau sebenarnya tak akan ada yang menjawab.

Ia adalah anak tunggal, orang tuanya jarang ada di rumah. Mereka selalu mementingkan pekerjaan mereka ketimbang anak nya sendiri.

Ivy berjalan malas menuju kamar nya. Ia menjatuhkan badannya di atas kasur yang empuk. Matanya menatap langit-langit kamar.

"Andai hidup ku seperti cerita di novel-novel, di kelilingi banyak orang yang mencintaiku juga" gumam Ivy.

Perlahan Ivy berdiri, ia berjalan menuju meja belajarnya. Di atas meja itu terdapat obat-obat yang sudah ia beli, bersiap-siap siapa tahu dia akan benar-benar mengakhiri hidupnya.

Di raih nya 1 botol obat, tanpa ragu Ivy mengambil 10 butir obat. Dengan tangan gemetar dan air mata yang terus keluar Ivy memasukkan obat itu sekaligus ke dalam mulutnya.

Tak lupa segelas air putih ia teguk sampai habis. Ivy menghapus air mata nya begitu 10 obat itu berhasil masuk ke dalam tenggorokannya. Ia berjalan lunglai ke atas tempat tidur, ia tersenyum kecil.

"Maaf Tuhan, aku tidak bisa bertahan lagi," setelah mengatakan itu, pandangan Ivy mulai kabur. Semuanya berputar dan menjadi gelap.

***

"Ivy bangun!" Seorang wanita paruh baya menggoyangkan tubuh gadis berparas cantik.

Gadis itu membuka mata nya, sinar matahari membuat kedua matanya silau.

"Ayo bersiap lah! Kita harus ke hutan untuk memetik jamur" ucap wanita tua itu.

"Aku ada di mana?" Ucap gadis berambut hitam legam.

"Apa maksudmu anakku? Apa kamu sedang demam?" Wanita tua itu menaruh punggung kanannya di atas kening Ivy.

"A-anak?" Ivy memperhatikan sekitar nya, kamar itu sangat sederhana berbanding ke balik dengan kamarnya. Kini mata Ivy memperhatikan baju yang ia kenakan, dress putih polos menyelimuti tubuh nya.

"Apa sekarang aku sedang bermimpi? Tapi terakhir kali aku meminum banyak obat, apa ini surga? Ah... Entahlah" batin Ivy

"Cepat jangan melamun! Kita harus segera memetik jamur, sebelum orang lain memetik nya" Ivy mengangguk kecil dan bergegas mengganti pakaiannya.

Pakaiannya terlihat sangat sederhana. Dress berwarna biru muda terlihat cantik saat ia kenakan.

Ivy melangkah keluar rumah, ia di sambut dengan pemandangan taman yang hijau dan luas.

Gadis itu mengikuti wanita tua yang ia yakini sebagai ibu nya. Mereka menuruni bukit hijau itu dan berjalan menuju tempat yang di tumbuhi banyak pohon-pohon menjulang tinggi.

"Ibu apa ini hutan?" Tanya Ivy ketika suasana hutan itu terlihat seram.

"Iya ini adalah hutan, kamu harus berhati-hati jika berada di sini. Penyihir kadang suka berkeliaran di sekitar hutan. Mereka akan menculik gadis-gadis cantik yang masih perawan untuk ritual mereka. Kamu harus berhati-hati" Ibu memperingati Ivy.

Gadis itu mengangguk. Bulu kuduknya berdiri begitu saja mendengar cerita aneh tentang hutan ini.

"Penyihir? Sebenarnya di mana aku sekarang?" Ivy semakin bingung, dari pemandangan rumah nya serta bajunya dan cerita penyihir yang ia dengar dari ibu nya apa dia sekarang berada di dunia fantasi? Apa itu mungkin?.

"Kita sudah sampai, ibu akan memetik jamur di sebelah sana, kamu memetik jamur yang ada di sebelah sini. Jangan jauh-jauh dari ibu, tetap disini" Ivy mengangguk, ibu nya beranjak pergi ke tempat yang tak jauh dari dirinya sekarang.

Ivy membungkuk dan memetik jamur berwarna putih. Di tangan kirinya terdapat keranjang yang akan ia taruh hasil memetik jamurnya.

Ivy sesekali bersenandung, kini keranjang nya sudah hampir terisi penuh.

Sruk

Ivy memberhentikan kegiatannya ketika mendengar sesuatu dari semak-semak yang tak jauh dari tempat nya berdiri.

Gadis itu menelan ludahnya. Cerita penyihir yang ibunya ceritakan mengelilingi benaknya sekarang.

Sruk Sruk

Dengan keberanian di atas rata-rata Ivy mendekati semak-semak itu. Tangan kanannya membuka semak hijau itu dengan pelan.

Di balik semak-semak itu terdapat seorang pemuda tampan yang sedang berbaring sambil memegang tangan kirinya.

Wajah pemuda itu terlihat sedang menahan sakit, Ivy menghela nafas nya dengan pelan dan mendekati pemuda itu.

"Permisi" panggil Ivy yang mengejutkan pemuda itu. Pemuda itu menatap tajam ke arah Ivy, seakan menyuruh gadis itu pergi dan jangan mendekatinya.

"Apa kau sedang terluka?" Tanya Ivy dengan lembut dan senyuman kecil yang ia lontarkan ke pemuda di hadapannya.

"Tak usah ikut campur urusanku! Pergi saja, anggap saja kau selamat dari buruanku" jawab pemuda itu dengan ketus.

"Buruan? Apa dia seorang penyihir? Apa aku harus lari sekarang? Tapi dia sekarang sedang terluka, aku harus mengobati lukanya terlebih dahulu dan kabur!"

"Aku akan membantu mengobati luka mu terlebih dahulu," jawab Ivy dengan tegas.

"Apa kau tak takut jika aku akan membawa mu sebagai bahan ritual?" Ivy mengangguk kecil dengan senyuman canggung.

"Aku sebenarnya takut, tapi kita harus saling membantu bukan? Izinkan aku mengobati mu ya?" Pemuda itu membuang mukanya.

"Tidak usah! Aku bisa melakukannya sendiri, pergilah! Aku tak butuh bantuan mu"

"Apa tangan kiri mu terluka? Luka mu sedikit parah, tunggu sebentar aku akan segera kembali" ucap Ivy yang tak mendengar kata-kata yang di ucapkan pemuda itu. Ia bergegas pergi untuk mencari sesuatu.

Pemuda itu memperhatikan gadis itu yang sedang memetik. Gadis cantik itu berjalan kembali kearah nya.

"Ulurkan tangan kirimu" pinta Ivy, pemuda itu terlihat pasrah dan memberikan tangan kirinya yang terluka.

Ivy dengan telaten mengobati luka itu dengan daun-daun yang ia petik tadi.

"Itu daun apa?" Tanya pemuda bersurai kecoklatan yang bingung.

"Ini namanya daun Binahong, ini bisa mengobati luka luar" ucap Ivy sambil melakukan kegiatan nya.

"Oh... Aku baru tau itu, namamu siapa?" Tanya nya, sorot matanya terlihat tertarik dengan gadis cantik di hadapannya.

"Nama ku Ivy, aku tinggal di atas bukit di sana" ucap Ivy sambil menunjuk ke arah bukit.

Pemuda itu mengangguk paham. "Nama ku Jeno, penyihir di hutan ini"

Become A Princess | NCT DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang