Bab 1

20.2K 313 7
                                    

Pagi itu Sely harus bangun lebih pagi di hari liburnya. Gadis yang sudah memasuki usia 24 tahun, dengan rambut lurus sebahu berwarna hitam, mata tegas, hidung mancung dan bibir mungil. Memiliki wajah yang tirus juga berat badan yang kurus. Bukan ideal. Karena, dia harus menghemat upah harian di tempatnya bekerja. Untuk membayar hutang mendiang orang tuanya yang baru saja meninggal dunia tiga bulan lalu akibat kecelakaan tunggal saat berkendara. Ayahnya mabuk sehingga menewaskan ibu tirinya juga. Sedangkan ibu kandungnya meninggalkannya sejak dia kecil karena tidak tahan dengan sikap ayahnya yang pemabuk dan suka kasar.

Suara gedoran pintu membuat Sely terlonjak kaget dari tidurnya. Dia buru-buru memakai sweater dan berjalan keluar untuk membuka pintu. Rumah sewaan yang dulunya banyak sekali barang berkilau dan berharga, kini kosong melompong karena penyitaan yang dilakukan para debt kolektor. Hanya tersisa pakaian milik Sely dan kasur lipat yang masih bisa dipakai untuk Sely mengistirahatkan tubuhnya. Ayah dan ibu tirinya pergi meninggalkan hutang puluhan juta pada Sely tanpa sepengetahuannya.

Perlahan Sely memutar kunci pintu, dan membuka engselnya. Dia mengintip dari celah pintu yang sengaja dia buka sedikit. Ternyata yang datang adalah pemilik rumah. Dan Sely membuka pintunya lebar.

"Selamat pagi, Bu," sapa Sely dengan sopan.

"Gak usah basa basi ya. Basa basimu itu gak bisa ngenyangin perut saya dan anak-anak saya. Saya sudah berbaik hati ngasih kamu waktu 2 bulan untuk terus tinggal di sini. Tapi, malah nunggak lagi dan lagi. Kapan kamu mau bayar, hah? Kalau memang gak bisa bayar, silakan kamu pergi dari sini sekarang juga. Soalnya, sore nanti ada yang mau nempatin rumah ini." Ibu kontrakan yang gendut dan judes itu mendelik pada Sely dan melipat tangannya. Sambil menghembuskan napas panjang. Karena sudah nyerocos pada Sely dengan satu kali tarikan napas.

Sely mengerjapkan mata, jantungnya berdegup begitu cepat. "Bu, kasih saya waktu seminggu lagi. Saya janji, saya akan bayar tunggakannya juga. Jangan usir saya, Bu. Saya mau pergi kemana kalau Ibu ngusir saya?"

"Heh, mana saya peduli. Anak bukan, sodara juga bukan. Terserah kamu mau pergi kemana! Saya gak butuh janji. Janji gak bisa bikin saya kaya. Saya butuhnya duit. Udah cepat beresin pakaian kamu dan pergi secepatnya. Sejam lagi saya kesini, saya mau kamu sudah pergi dan mengosongkan rumah ini. Kalau enggak! Saya panggil warga supaya ngusir kamu dari kampung sini." Ibu kontrakan bernapas ngos-ngosan sambil nunjuk ke wajah Sely. Wajahnya memerah karena menahan marah. Dia berbalik badan dan meninggalkan Sely.

Sely menarik napas panjang. Meremat ujung sweaternya dan menahan tangis. Dia segera masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu. Menangis sejadi-jadinya di lantai sambil menundukkan kepalanya hingga nyaris menyentuh lututnya. Memorinya teringat kembali masa lalunya. Dia dan orang tuanya memang bukan orang yang kaya-raya. Mereka berkecukupan tetapi gaya hidup mereka lah yang membuat orang tuanya harus pinjam sana sini. Terutama ibu tirinya. Ayahnya dulu hanya sopir angkot dan memiliki beberapa angkot dan memperkerjakan sopir lainnya. Sedangkan Sely, dia memilih tidak kuliah karena dia sibuk bermain dengan anak-anak yang memang memiliki gaya hidup yang tinggi. sely berkenalan melalui media sosial. Sejak keluar sekolah menengah, hanya itu lah yang Sely kerjakan. Menjadi gadis sosialita. Jika bertemu dan berkumpul, mereka saling memamerkan apa yang satu sama lain miliki. Setiap ada keluaran ponsel terbaru, Sely selalu menuntut ayahnya untuk membelikannya. Karena tidak ingin ditertawakan oleh teman sosialitanya. Yang pada kenyataannya mereka memang keturunan kaya raya sejak lahir. Beda dengan Sely.

Namun, setelah tahu latar belakang Sely sesungguhnya saat menghadiri pemakaman orang tuanya Sely. Dirinya malah dikucilkan dan menjadi bahan cemoohan di grup sosialita. Sely ditendang dan dikeluarkan dari grup sosialita. Dan kini Sely malah terpuruk dan seorang diri. Padahal, dulu Sely memiliki sahabat sejak sekolah. Namun, karena bergaul dengan anak-anak grup sosialita, Sely harus memutuskan persahabatannya dengan Zelin. Zelin sekarang sudah menikah dan menikahi pria yang dulu Sely sukai saat sekolah. Bahkan pria itu bersinar karena memang keturunan bangsawan. Sely memang suka dengan yang memancar dan bersinar. Ambisinya yang ingin menjadi wanita kaya raya, tetapi ingin yang mudah tanpa kerja keras dan usaha. Dan kini semesta memperlihatkan bagaimana kehidupan dirinya yang sesungguhnya. Uang dan kekayaan harus dicari dengan kerja keras. Bukan meminta.

Wanita Simpanan! [End] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang