008

365 53 19
                                    

(Name) buru-buru menuju atap. Merobek bagian rok dari gaunnya hingga menjadi lebih pendek agar ia lebih mudah untuk bergerak. Sekalian dengan sepatu high heels yang ia kenakan.

"Tuan kami terkena kutukan karena kesalahannya di masa lalu,"

Ucapan Arashi kembali terngiang-ngiang di kepala (name).

"Memang apa yang ia lakukan?"

"Tuan biasanya kesepian, sehingga sikapnya menjadi arogan, ia pun menyinggung seorang penyihir hingga menjadi seperti ini,"

Kalau sudah begini, harusnya mereka menjelaskan pada (name) dari awal. Paling tidak ia bisa memberi bantuan walau sedikit.

Pantas saja mereka memperlakukan (name) dengan baik disini meski statusnya adalah "tahanan". Ternyata ingin menjadi kunci melepas kutukan itu.

(Name) pun tiba di atap kastil. Kini ia melihat pemandangan dimana Tsukasa sudah terluka parah, sementara Kaoru masih bisa berdiri tegak walau ada beberapa luka juga di tubuhnya.

"TSUKASA!"

(Name) langsung menghampiri Tsukasa dan meletakkan kepala Tsukasa di pangkuannya. Ia menatap Kaoru dengan perasaan marah.

"KAMU GILA YA?!" Amuk (name).

"(Name)-chan tidak takut kah? Wajahnya terlihat sangat menakutkan," Ucap Kaoru

"Nggak ada urusannya juga denganmu,"

"Apa tidak bisa melihatku walau sedikit saja?" Tanya Kaoru

"Jangan kamu kira aku tidak tahu apa-apa tentangmu Hakaze-san,"

"?!"

Kaoru terkejut, bagaimana gadis pujaannya bisa mengetahui sesuatu tentangnya. Tidak, mungkin ini hanyalah jebakannya.

"Apa yang kamu maksudkan (name)-chan, aku terlihat sama dengan yang biasanya," Ucap Kaoru dengan senyuman, namun gerakan alisnya menunjukan hal yang berbeda.

(Name) sudah sangat muak. Laki-laki yang selalu menganggunya dengan rayuan gombal itu benar-benar membuatnya tidak habis pikir. Padahal jelas-jelas diam-diam ia menindas banyak orang yang tidak bersalah hanya karena hal kecil. Jika bukan karena beberapa kali (Name) menangkap basah kejadian itu, mungkin lama-lama (Name) juga termakan rayuan gombalnya.

"Masih tidak mengakui, baiklah, jadi bagaimana jika mengakuinya saja pada Tuhan," ucap (Name) dengan tatapan dingin.

Lantas ia mendekati Kaoru yang entah bagaimana mulai berjalan mundur. Dengan sekali serangan, (Name)  menendang Kaoru hingga jatuh dari atap kastil.

Membunuh? Anggap saja (Name) sudah melakukan pembunuhan. Ia sudah tidak peduli, lagipula bisa menghapus sampah masyarakat juga tidak masalah. Jika memang harus menerima hukuman ia akan menanggungnya.

Sekarang mari lupakan itu, keadaan Tsukasa sangat tidak baik sekarang.

(Name) kembali menyandarkan kepala Tsukasa pada pangkuannya. Mengusap pelan kepalanya yang ditumbuhi banyak rambut yang berantakkan.

"Aku tahu kamu tidak pingsan, jadi sebaiknya kamu bukan mata dulu dan biarkan aku bicara," ucap (Name).

Tsukasa terkekeh pelan, ia membuka matanya. Menangkap sosok (Name) yang menatapnya dengan wajah datar.

"Kenapa kamu tidak menjelaskan apapun padaku?" tanya (Name).

"Tentang apa?"

"Tentang alasan aku dikurung di sini," ucap (Name).

"(Name)-san masih menganggap itu kurungan ?"

"Memang apa lagi?"

"Okay, i'm sorry tentang itu," ucap Tsukasa dengan suara pelan.

Cup

Benda lembut itu mendarat tepat di kening Tsukasa, sejenak membuatnya terdiam akan perlakuan (Name) padanya. Sementara sang pelaku masih diam dalam posisi itu selama beberapa detik.

Tak berapa lama kemudian sebercak cahaya keluar sedikit demi sedikit dari tubuh Tsukasa. Perlahan mengubah sosoknya yang menyeramkan itu kembali pada sosok aslinya.

Pemuda bersurai merah lurus dengan tinggi rata-rata untuk usianya. Tidak lupa dengan wajahnya yang sekilas bisa dibilang imut namun memiliki aura berkelas layaknya bangsawan pada umumnya.

"Anggap saja aku membantumu," ucap (Name).

"Jika begitu, will you marry me?"

End

―――――――――

𝓑𝓮𝓪𝓾𝓽𝔂 𝓪𝓷𝓭 𝓣𝓱𝓮 𝓑𝓮𝓪𝓼𝓽

Kapan terakhir kali aku update? Sudah sebulan yang lalu. Maaf ku cuma bisa kasih ending yang kek gini. Udah terlanjut buntu ide banget.

Kalau kepikiran ide, nanti kubuat epilognya.

𝐃𝐢𝐬𝐧𝐞𝐲 || Beauty And The BeastWhere stories live. Discover now