002

363 54 2
                                    

Langit telah berubah menjadi senja. (Name) yang baru saja menutup toko menatap ke arah jalan yang cukup sepi. Ia sedari tadi menunggu kepulangan ayahnya. Tidak biasanya ia pulang selama ini. Biasanya ia akan tiba di rumah pada siang hari.

"Kemana ayah?" Gumam (name).

Ia mencoba untuk menunggu lagi. Netranya terus menelusuri jalan di depannya. Berharap bisa menangkan bayangan ayahnya yang mengarah kemari.

"Apa jangan-jangan ayah sudah dirumah lebih dulu?"

(Name) beranjak pergi menuju rumahnya yang tidak begitu jauh dari toko mereka.

Namun nihil. Tidak ada tanda-tanda kepulangan ayahnya disana. Terbukti dari gerobak kayu yang biasa dibawah ayahnya itu tidak ada disana.

(Name) membuka pintu rumahnya yang terbuat kayu itu. Mengecek kedalam apakah ayahnya ada di dalam. Siapa tahu hanya gerobaknya saja yang tidak ada. Namun tetap saja hasilnya sama.

Tidak ada ayahnya disana.

"Sebaiknya aku mencarinya,"

"(Name)-chan~"

(Name) memutar bola matanya malas. Mendengar suara dan logat bicaranya ia sudah tahu siapa yang memanggilnya itu. Tidak ada gunanya meladeni pria itu untuk saat ini.

GREB

"Hakaze-san lepasin!"

"Tidak mau,"

"Sudah saya katakan, sampai kapanpun saya tidak akan tertarik dengan anda bahkan jika anda sudah berubah!" Ucap (name) dengan suara yang ditinggikan.

Ia benar-benar sudah muak. Bisakah pria ini berhenti mengejarnya?

(Name) sudah merasa lelah harus meladeni para pemuja Kaoru yang setiap hari menghampiri tokonya dan membuat keributan. Kalau Kaoru masih terus mengejarnya. Entah berapa lama ia harus bersabar menghadapi para gadis itu.

"Apa tidak bisa sedikit membuka hatimu untukku?" Tanya Kaoru. Wajahnya menunjukan bahwa ia tulus. Namun itu tetap tidak akan mempengaruhi keputusan (name).

"Tidak akan pernah," Ucap (name). Ia menghempas tangan Kaoru kemudian langsung berlari pergi meninggalkan pria itu.

---

Hari sudah gelap. Namun (name) masih bersikukuh untuk berjalan kedalam hutan mencari ayahnya. Ini adalah jalan yang biasa dilalui olehnya. Mengingat sebelum ibunya meninggal, ia sering ikut ayahnya mencari bibit.

Ia melangkahkan kakinya menelusuri jalan setapak yang banyak dihalangi semak-semak. Netranya terus menelusuri kesekelilingnya. Sepertinya ia sudah cukup dalam masuk ke dalam hutan.

"Sebenarnya ayah pergi kemana sih?" Gerutu (name).

Tiba-tiba entah bagaimana ia sudah berada di depan sebuah gerbang tinggi yang tengah tertutup rapat. (Name) menatap bingung, seingatnya ia masih berada di hutan sebelumnya.

Namun kini pandangannya beralih ke sebuah gerobak kayu yang begitu familiar di matanya. Ia mencoba mendekati gerobak itu sedikit untuk melihat lebih jelas.

"Bukannya ini gerobak ayah? Lalu dimana ayah?" Gumam (name).

Tidak ada tanda ada kehadiran siapapun di sekitat sini. Gadis itu berpikir bahwa ayahnya masuk ke dalam gerbang itu. Tapi ia tidak yakin karena gerbang ini tertutup dengan begitu rapat.

"Kalau dilihat-lihat sepertinya ada yang tinggal disini,"

(Name) mencoba mendorong pelan gerbang tersebut. Namun belum ia menyentuhnya, gerbang itu sudah terbuka dengan sendirinya.

Mencoba membuang semua pikiran yang ada, (name) melangkah masuk dengan langkah hati-hati. Sebuah kabut putih pun perlahan-lahan mulai menghiasi pandangan matanya.

"Apa yang terjadi?"

Ia tidak menyadari bahwa semakin dalam ia memasuki tempat itu. Semakin mengaburkan pandangannya sendiri.

(Name) mulai merasakan pusing di kepalanya. Sebelau tangannya menyentuh kepalanya yang terasa pusing. Tubuhnya pun lebih lemas dari sebelumnya.

Tapi ia tidak bisa pingsan disini, bisa-bisa ia akan dimakan binatang buas nantinya.

Sayangnya apa yang ia harapkan tidak terjadi. Ia justru semakin lemas hingga matanya terpejam begitu saja

____________________

𝓑𝓮𝓪𝓾𝓽𝔂 𝓪𝓷𝓭 𝓣𝓱𝓮 𝓑𝓮𝓪𝓼𝓽

𝐃𝐢𝐬𝐧𝐞𝐲 || Beauty And The Beastजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें