Daniar menghela napas, lalu melipatkan kedua tangannya di depan dada. "Katanya lo lagi sama Keyra, kan? Ngapain ke sini?"
"Lo kangen gue katanya, ya udah gue ke sini. Lagian kenapa lo jadi jarang ke rumah gini? Kita kan tetep sahabatan."
"Lo selalu sibuk sama Keyra." Daniar melirik Luky sekilas.
"Ya maaf, lo ngerti kan. Sekarang keadaan Keyra gimana. Dia lagi butuh gue."
Ntahlah, Luky jadi serba salah seperti ini. Daniar dan Keyra sama-sama penting untuknya.
Daniar memandang Luky. "Iya gue ngertiin, makanya gue jarang ketemu lo. Males."
"Tapi lo lagi kangen kan sama gue?"
"Gue bilang semalem, tapi lo nggak dateng. Padahal rumah lo ke sini seberapa jauh sih? Kita itu cuman satu komplek."
"Gue semalem nginep di KafeJe sih, jadi nggak sempet."
Daniar melengos. "Tau ah!"
"Makan dulu gih. Nanti gue ajak jalan."
"Kemana?"
"Makan es krim di taman. Itu kan kesukaan lo."
Daniar mengembuskan napas panjang. "Lo nggak ke rumah Keyra?" tanyanya dengan nada yang lebih santai.
"Em, Keyra lagi sibuk sama les lukisnya, jadi gue ke sini."
Daniar tersenyum kecut memandang Luky. "Yah, gue mah cuman pengganti disaat peran utama sibuk."
"Dan, jangan ginilah. Lo tuh harus siap mental jadi istri ke dua gue."
Gadis dengan rambut cepol acak-acakan itu sontak melotot. "Heh! Najis!"
Lalu Daniar menegakan badan, sementara Luky hanya terkekeh geli. "Dahlah gue mau mandi dulu."
•••••••
"Gimana hari pertamanya, asik nggak?" tanya Gerry menoleh kepada Keyra yang sedang memakan bakso tusuk di depan workshop.
Sebelum pulang, keduanya memutuskan untuk mampir lebih dulu untuk membeli bakso tusuk di depan workshop. Katanya Keyra lapar, tapi setelah ditawari makan makanan berat dia tidak mau.
Keyra berhenti mengunyah sejenak. "Jelas asik dong. Hari ini pengenalan sama anak-anak lain, terus dijelasin materi awal, dan terakhir suruh lukis sesuka hati dulu. Gila seru banget! Mereka ngelukisnya bahkan lebih cakep dari gue."
Mendengar Keyra yang bercerita dengan semangat membuat Gerry terkekeh geli. Dia merasa sifat Keyra yang jutek itu mulai hilang. "Jangan insecure gitu dong! Gue tahu lo lebih hebat dari mereka."
"Ah, nggak juga sih. Banyak diluar sana yang lebih hebat."
"Intinya bangga aja dulu sama diri sendiri, ya nggak?" ujar Gerry mengedikan kedua alisnya.
"Iyalah, walaupun belum hebat-hebat amat tapi bangga aja dulu," balas Keyra tertawa kecil.
"Jadi setelah lo kenalan sama anak-anak les, berarti udah dapet temen banyak dong."
Setelah menelan bakso tusuknya, Keyra sedikit mendongak, mengingat kejadian barusan. "Ya belum akrab juga sih, tapi banyak kok. Sekitar dua puluhan anak."
Gerry manggut-manggut. "Bagus deh."
"Btw, nanti uang pendaftarannya gue ganti, ya, tunggu bilang mamah dulu."
"Nggak usah, nggak usah," balas Gerry menggeleng cepat.
"Ger, ini nggak murah loh. Ya kali lo kasih cuma-cuma."
YOU ARE READING
KeyLock
Teen Fiction[ON GOING] Bagaimana jika kita dipaksa untuk menerima orang baru padahal hati kita belum siap menerimanya? Kisah percintaan masa lalu menjadi penyebab hilangnya kepercayaan kepada seseorang. Mencoba untuk mengistirahatkan hati, namun seseorang denga...
PART 43|| BERMAIN API
Start from the beginning
