50

2.3K 122 6
                                    

Sebuah tamparan mendarat di pipinya, Kilian terbangun. Matanya langsung tertumpu pada wajah Regina. Gadis itu masih tertidur tapi tangannya mengelus-elus pipi Kilian.

Sialan, umpat Kilian. Entah apa sedang dimimpikan Regina hingga wajahnya menjadi sasaran. Kilian ingin menghentikan kegiatan tangan Regina tapi melihat wajah Regina yang sedang tidur itu, Kilian merasa sayang. Dia membuka matanya lebar-lebar dan memandang wajah Regina. Kapan lagi dia bisa memandang wajah gadis itu jika tidak sekarang. Tapi bibir Regina yang terbuka sedikit justru memunculkan hal lain di pikiran Kilian. Dia jadi teringat ciuman mereka. Ciuman yang manis.

Sialan, umpat Kilian lagi, merasa menyesal memikirkan ciuman mereka. Sambil mendesah pelan dia berbalik. Tapi kaki Regina yang berada diatas tubuhnya menjadi penghalang. Dengan tangannya yang bebas dia mendorong kuat kaki gadis itu hingga terjatuh ke sisinya. Setelah terbebas Kilian cepat-cepat berbalik. Tapi tubuh Regina justru mengikuti geraknya. Gadis itu malah merapat dan menempel di punggungnya. Tidak hanya sampai di situ tangan dan kaki Regina ikut memeluknya.

Sialan, untuk kesekian kali Kilian mengumpat. Apa yang harus kulakukan, pikir Kilian geram. Dia setengah berbalik dengan posisi terlentang. Dan saat itu lengannya bersentuhan dengan dada Regina. Gadis itu tidak mengenakan bra.

Dasar bodoh, pikir Kilian. Apa yang terjadi bila Regina justru dijodohkan dengan orang lain. Pasti gadis itu telah menjadi bulan-bulanan pasangan terpaksanya itu.

Keputusan terakhirnya, dia mendorong tubuh Regina, hingga gadis itu tidur membelakanginya. Sekarang dia sudah terbebas. Ketika dia hendak memejamkan mata, alarm jam digitalnya berbunyi. Kilian berbalik mendapati jam digital di meja di sisi tempat tidurnya. Jam 04:50. Dia mematikan alarm dan melupakan keinginannya untuk tidur lagi.

"Regina," panggil Kilian sambil menyepak kaki gadis itu beberapa kali. Regina beringsut sejenak. Kemudian dia berbalik ke arah Kilian. Tangan dan kakinya langsung reflek memeluk Kilian. Pemuda itu langsung naik pitam.

"Regina!" bentak Kilian.

"Hmm.." gumam Regina pelan nyaris tak terdengar.

"Sudah pagi," kata Kilian sambil membebaskan diri dari Regina. Dia buru-buru turun dari tempat tidur. Saat dia menoleh ke arah Regina, dia terkejut mendapati Regina tidur hanya mengenakan kaos oblong dan celana dalam. "Astaga," katanya sambil menggeleng pelan. Cepat-cepat dia menutup tubuh Regina dengan bed cover. Setelah itu dia pergi ke kamar mandi dan membasuh diri.

Ketika dia kembali, Regina masih tertidur. Kilian merasa enggan membangunkannya. Dia lebih memilih bersiap-siap. Hari pertama dia bersekolah di Indonesia memberi semangat tersendiri. Ini pertama kalinya dia belajar di negara lain selain Amerika.

Walau sehari di Jakarta, tapi Kilian mengamati remaja di Jakarta memiliki penampilan yang modis. Pakaian mereka juga berwarna cerah. Dia ingin menyesuaikan diri, tapi sayang pakaiannya didominasi warah gelap.

Kilian berpakaian, kemudian menyiapkan perlatan sekolahnya. Setelah itu dia pergi menghampiri Regina. Gadis itu masih lelap tertidur.
"Regina," panggil Kilian beberapa kali dengan pelan. Tapi gadis itu tak bereaksi.

"Regina. Ayo, bangun." Terpaksa Kilian mengguncang bahu Regina. Gadis itu langsung beringsut keluar dari balik selimut. Pelan-pelan dia membuka mata. Saat melihat Kilian, Regina langsung terperanjat.

"Jam berapa sekarang?!" katanya sambil melompat turun dari tempat tidur. Tapi sedetik kemudian dia tersadar. "Astaga!" katanya histeris sambil menarik bed cover dan langsung melilit di sekujur tubuhnya.

"Cepat mandi," kata Kilian tanpa menghiraukan kelakuan Regina. Pemuda itu meraih tas dan bergegas turun.

Regina buru-buru berlari ke kamar mandi setelah Kilian pergi. Dia mandi secepatnya dan setelah itu langsung berpakaian. Rambutnya yang panjang tak sempat lagi dirapikan. Dia akan merapikan diri di jalan pikirnya.

THE HALF-BLOOD BOY (Book 1 - Kilian Humphrey Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang