THE HALF-BLOOD BOY (Book 1 - Kilian Humphrey Series)

30

Selasa, pukul 17.05. setelah meliput pameran Chanel Festive dan sempat mewawancarai salah seorang designer muda dari rumah mode Chanel, Regina pergi ke Marina Bay memenuhi undangan makan malam Fernando.

Walau perasaannya gugup bercampur penasaran, Regina tidak melakukan persiapan khusus untuk acara makan malam. Pakaian yang dikenakan adalah pakaian yang simple; loose top berwarna pastel lavender, jaket dan skinny jeans serta sepatu high heels buatan Chanel. Dandanannya juga tidak berlebihan, dia hanya mengenakan lip-gloss Roseberry, dengan tatanan rambut belahan tengah.

Regina pergi dengan menggunakan MRT. Dia sengaja pergi lebih awal karena selain dia bisa menikmati pemandangan di Marina Bay, dia juga bisa menenangkan pikirannya sebelum bertemu dengan kedua orang tersebut. Dia turun di stasiun MRT Esplanade dan keluar melalui Esplanade Mall. Lalu dari situ dia mulai melintasi taman Esplanade dan menuju ke Helix Bridge dan stadion Youth Olympic Park — tempat pertandingan Youth Olympic Games. Dia menikmati pemandangan di jembatan tersebut dan tak lupa mengambil beberapa gambar dengan kameranya. Arsitektur Helix Bridge sangat menarik sekali. Dengan panjang 280 meter, berbentuk spiral dan warna metalik, jembatan itu memberi kesan futuristis. Lampu-lampu kecil yang mulai menyala juga memberi kesan megah. Pemandangan di sepanjang jembatan yang menghubungkan Esplanade dan The Shoppes Marina Bay juga tidak kalah menariknya. Di sebelah kiri ada Singapore Eye yang kokoh. Sementara di sebelah kanannya, jajaran gedung perkantoran menjulang tinggi dengan arsitektur modern dan unik, ditambah patung Merlion dan dua kubah durian metalik Esplanade. Benar-benar suatu kemewahan ketika menikmati pemandangan seperti itu. Suasana teluk yang tenang juga sangat menyenangkan. Regina menyukainya. Hembusan angin semilir membuainya, membuatnya merasa tenang.

Setelah puas menikmati pemandangan sekitar teluk, Regina melanjuti perjalanannya hingga ke The Shoppes Mall. Di depan mall tersebut, terdapat sebuah pelataran yang luas untuk pejalan kaki menikmati pemandangan. Saat itu beberapa orang terlihat memanfaatkannya sebagai tempat untuk berjogging di sore hari, dan beberapa orang lainnya membawa anjing peliharaan mereka berjalan-jalan di sekitarnya. Masih satu bagian dengan Marina Bay Sands, terdapat Art Science Museum yang desain gedungnya menyerupai bunga teratai. Puas menikmati pemandangan, Regina melangkah masuk ke The Shoppes untuk sekedar membayar rasa ingin tahunya. Di dalamnya terdapat jajaran butik mewah. Dia menghabiskan waktu di sana dengan mencuci mata. Sayangnya hanya harga-harga makanan di pujasera Makansutra yang terjangkau, meskipun harganya masih lebih mahal satu atau dua dollar dari pujasera yang lain.

Setelah puas berkeliling dan memotret, Regina melirik jam tangannya 18.45. Dia bergegas keluar dari kawasan The Shoppes untuk menyeberang menuju Hotel Marina Bay Sands. Hotel itu terdiri dari tiga menara dan diatasnya disambungkan oleh sebuah teras seluas satu hektar yang disebut Sky Park.

Regina langsung menuju restaurant The Sky on 57 yang berada di lantai lima puluh tujuh, titik tertinggi di properti itu. Ketika tiba, dia menghampiri seorang pelayan pria berkebangsaan Tionghoa. "May I help you?" tanyanya.

"I have an appointment with Mr. Fernando da Costa."

"Please, come with me."

Pelayan tersebut mengantar Regina ke sebuah meja yang menghadap ke teras. Seorang pria duduk membelakangi. Saat itu jantung Regina mulai berdebar kencang. Rasa gugup sekaligus penasaran memuncak. Buru-buru dia menenangkan diri.

"Mr. da Costa. Your guest is here," kata pelayan itu. Fernando menoleh ke arah Regina. Senyum hangat langsung mengembang di wajahnya.

"Halo, Nona," katanya buru-buru berdiri menyambut Regina.

"Halo, Oom. Apa kabar?" ujar Regina.

"Baik sekali," katanya sambil menyalami Regina.

"Silahkan duduk," katanya kemudian sambil terus memandang Regina dan tak berhenti tersenyum. Regina mengambil tempat di depannya.