🌻 Sunshine and You 🌻

Mulai dari awal
                                    

Tunggu. Calon pemilik?!

Dan itu menjadi kali pertama aku melihat Bibi Claire memandang 'rumah' kami dengan cemas.

Kembali ke waktu sekarang.

Bara mendadak diam seribu bahasa. Kedua tangannya bersembunyi di dalam saku celana.

"Kana, aku mau bicara penting sama kamu."

"Ya, udah. Kenapa? Bilang aja, " sahutnya santai.

"Aku serius, Na," Bara menghembuskan napas dalam, "Kita kan udah tumbuh bersama dari kecil, sekolah di tempat yang sama, bahkan menghabiskan banyak waktu bersama di desa ini."

"Terus?"

"Aku mau kita pindah ke kota bersama."

"Seperti penduduk desa lainnya? Bagaimana dengan kebun ini, Bar?"

"Kita bisa adakan yang baru bersama nanti. Aku yakin ayahku tidak akan keberatan kalau kau, bibi, dan ibumu tinggal di salah satu rumah kami disana."

Kana menyibukkan diri dengan memetik daun-daun yang kering.

"Aku baik-baik saja disini, Bar. Kalaupun memang kau menetap di kota untuk mengejar pendidikanmu, tidak masalah. Kau tinggal ingat untuk mengunjungi atau menelponku, kan? Lalu kenapa?"

"Karena … l- lebih baik begitu, Na. Aku tidak tau apakah bisa sering-sering kesini lagi dan aku pasti akan sering merindukanmu. Gimana? Kau mau, kan, kekasihku?" Goda Bara.

Kana tidak pernah cerita.

Dan lagi, aku memang tidak tahu apapun tentangnya seperti ia tahu tentangku. Bukankah itu sungguh tidak adil?

"Aku … "

Bara tepat di belakang Kana saat gadis itu berbalik menuju pintu pagar kebun.

" … tidak bisa, Bara. Mana mungkin, kan?"

—🌻🌻🌻—

Sampai dua hari berikutnya, Kana tidak datang. Mungkin ia masih kelewat kesal akibat ajakan Bara?

Hari ketiga, Kana datang bersama dua-tiga orang yang tidak aku kenali. Di depan pagar putih yang tidak terkunci itu, Ibu Nyonya, Bibi Claire, Bara, dan Paman Brad --kepala desa sekaligus bapaknya Bara-- juga ikut berkumpul. Gadis kesayanganku histeris memohon pada seorang pria berkumis untuk pergi. Tapi pria itu malah membentaknya.

"Seluruh petak tanah di desa ini sudah kami beli. Kenapa kami yang harus pergi, hah?!"

"Kami tidak tau apa-apa, Tuan. Kami tidak ada sangkut pautnya dengan semua ini. Aku mohon, tidak apa kalaupun aku harus menyicilnya. Soalnya hanya ini yang tersisa dari mendiang suamiku," lirih Ibu Nyonya.

"Orang-orang desa seperti kalian memang tidak bisa diajak kerja sama. Kau pikir kami ini siapa? Kami ini rentenir! KAMI. TIDAK. PEDULI. DENGAN. OMONG. KOSONG. KAU CAMKAN ITU BAIK-BAIK!" gertak si berkumis sembari mendorong Ibu Nyonya sebelum menyilangkan tangan angkuh.

Bibi Claire membantu Ibu Nyonya berdiri, "Bajingan kau, Brad. Bukankah sudah kami bilang kami tidak berniat pergi seperti yang lain?"

"Ini hanya soal waktu, Claire. Sudah bagus kuberi kesempatan supaya Bara bisa mengajak kalian dengan cara baik-baik. Pastinya semua akan selesai dengan lebih mudah dan cepat."

"Tapi Bara tidak pernah bilang soal menjual tanah, Paman. Kami pun tidak pernah diberitahu alasan semua penduduk desa minggat. Bukankah itu menipu?" Kana angkat bicara.

"Kuakui itu benar, Nak. Kalau saja kau tidak keras kepala dan lebih mudah berkompromi, aku yakin sekarang tanah terakhir ini sudah terjual juga dan aku sudah mendapat sisa penjualannya. Semuanya damai."

Sunshine and YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang