Cemas

67 5 6
                                    

Waktu menunjukkan pukul lima sore ketika Niko baru saja tiba di rumah. Langkahnya gontai dan wajahnya kusam karena sebelum pulang dia memutuskan untuk berputar-putar mengelilingi kota Jakarta terlebih dahulu demi menghilangkan rasa gundah yang ada di hati.

Sebenarnya setelah berdiskusi dengan beberapa teman yang juga dirumahkan, Niko sedikit lebih tenang karena merasa tak sendirian. Namun, tetap saja ketika pulang ke rumah, ia masih merasa tak siap untuk mengabarkan berita buruk ini pada istrinya.

"Kamu kenapa, Mas, kok kayaknya lemas banget?" tanya Pelita saat menyambutnya di depan pintu.

"Cuci tangan dulu, gih, ngeri! Di luar kan lagi banyak virus," lanjutnya lagi. Pelita memang orang yang sangat menjaga kebersihan, terlebih setelah virus covid-19 semakin merebak belakangan ini. Ia menjadi semakin waswas dan "gila" bersih.

Tanpa banyak bicara Niko langsung menuruti perintah sang istri tanpa berani menatap wajahnya. Setelah itu ia berjalan pelan menuju sofa lalu menyandarkan dirinya di sana. Pria berdada bidang itu menarik napas panjang lalu membuangnya pelan-pelan sebelum akhirnya angkat bicara.

"Aku capek banget, sayang," ujar Niko sambil merentangkan tangan dan mendongakkan wajah ke langit-langit.

"Oh ya udah, kamu mandi dulu, deh, ya biar capeknya hilang. Aku udah siapin air hangat kok di bath up. Ayo ayo jangan mager! Kalau habis mandi pasti lebih rileks, deh!" pinta Pelita yang hari ini mengenakan homedress mini dan lipstik merah merona untuk menyenangkan hati suaminya. Pelita tahu dan sadar betul bagaimana lingkungan kerja Niko yang selalu dikelilingi perempuan-perempuan cantik. Oleh sebab itu, ia pun tak mau kalah untuk merias dan merawat diri secara maksimal agar sang suami tak berpaling. Terlebih Niko pun memberikan budget yang cukup besar untuk skin care, make up dan perawatan rutin di klinik kecantikan tiap bulan. Tentu saja Pelita tak mau menyia-nyiakan hal ini.

Niko masih bergeming seolah tak mendengarkan suara Pelita. Benaknya masih sibuk memikirkan bagaimana cara menyampaikan berita tak mengenakan ini padanya.

"Mas! Kamu kok diem aja, sih!" pekik Pelita sambil mencubit pelan pipi Niko.

Niko tergeragap lalu menangkap tangan sang istri lalu mengecupnya pelan. "Iya sayang, maaf aku lagi nggak konsen, nih!"

"Hmm ya udah sekarang mandi dulu, ya! Habis itu makan yang banyak biar fokus! Aku tuh udah nyiapin makanan kesukaan kamu. Masaknya dengan penuh cinta, lho!" Pelita mengedipkan sebelah mata sambil tersenyum menggoda.

"Terima kasih, ya, istriku yang cantik dan baik hati. I love you," ungkap Niko sambil memeluk erat tubuh sang istri. Sontak saja jantung Pelita berdebar seketika dan hatinya seolah melambung ke udara. Ia merasa amat dicintai sepenuh hati dan bagi wanita, tak ada hal yang lebih membahagiakan selain itu. Pelita memang beruntung mendapatkan Niko yang tidak hanya romantis dan rupawan tetap juga luar biasa setia sehingga banyak teman-teman Pelita yang iri dengan kehidupannya kini

"Sama-sama, sayang. Udah, yuk, ah mandi dulu. Bau tahu!" rajuk Pelita.

Alih-alih bergegas mandi Niko malah semakin mengeratkan pelukan dan mengecup seluruh bagian wajah Pelita dengan penuh kasih. Pelita bisa merasakan hatinya berdesir dan aliran darahnya seolah berhenti mengalir. Entah mengapa rasanya selalu menyenangkan dan nyaman ketika berada dalam situasi seperti ini. Ia ingin waktu berhenti hingga bisa lebih lama menikmati hal ini. Namun, Pelita berusaha jual mahal dan pura-pura menolak.

"Ih apaan sih, Mas, dibilang bau juga," ujar Pelita sambil tersenyum dan berusaha melepaskan pelukan erat itu. Namun, Niko tak peduli. Dia terus saja merapatkan jarak hingga Pelita tak mampu lagi menolak. Rasanya dunia milik mereka berdua hingga keduanya tak mendengar langkah kaki seseorang yang berjalan mendekati.

"Eh, maaf, Bu, Pak, saya mau pamit dulu. Amira ada di kamar masih belum bangun," ucap Mbok Nah canggung karena tak sengaja melihat majikannya sedang bermesraan.

Pelita dan Niko tak mampu menutupi keterkejutannya. Mereka tak kalah kikuk dan malu saat Asisten Rumah Tangganya yang bekerja dari pagi sampai sore itu pamit di waktu yang kurang tepat.

"Eh iya, Mbok, hati-hati, ya! Terima kasih untuk hari ini," ucap Pelita sambil merapikan rambut panjangnya yang berantakan.

Mbok Nah mengangguk lalu berbalik badan dan berjalan pelan meninggalkan mereka berdua yang pipinya masih bersemu.

"Tuh, kan ke-gap. Malu tahu! Kamu nakal, sih!" protes Pelita sambil mencubit pipi Niko dengan gemas.

"Lho! Kenapa mesti malu? Kita kan udah halal ini. Di luar sana bahkan banyak muda-mudi yang masih pacaran aja nggak tahu malu tuh mesra-mesraan sampai di-upload di youtube dan instagram," bela Niko dengan meyakinkan.

"Yaa mereka mah mungkin emang lagi cari perhatian atau cari followers kali, ya? Katanya, sih kalau mau dikenal harus ngelakuin yang aneh-aneh dulu, kan?"

"Tapi itu nggak bener. Nggak sesuai sama budaya dan ideologi kita," ucap Niko yang mendadak lupa akan masalahnya jika sudah bersama sang istri yang memesona.

"Duileh berat bener ngomongnya pake ideologi-ideologi segala! Udah ah sana mandi! Lengket tahu! Lagipula nanti Amira keburu bangun!" ucap Pelita sambil mendorong sang suami menuju kamar.

"Iya-iya, oke aku mandi, tapi ini dulu dong!" Niko menunjuk-nunjuk pipi kanan dan kirinya.

"Ih, apa sih, kamu. Ganjen, ah!" Pelita tersenyum malu tapi mau.

"Lho! Nggak apa-apa, dong ganjen ke istri sendiri?"

"Iya-iya nggak apa-apa." Pelita akhirnya mengalah dan menuruti keinginan suaminya.

"Hmm nggak berasa, ya? Tapi nggak apa-apa, deh," ujar Niko sambil melepas satu per satu pakaian yang dikenakannya.

Ketika melihat foto dirinya yang memakai seragam kebanggaan sebagai pramugara, Niko jadi teringat lagi akan masalah yang saat ini harus dihadapi. "Oh iya, sayang, nanti habis mandi ada yang mau aku bicarakan." Niko bicara pelan bahkan nyaris tak terdengar.

"Oh ya? Apa tuh? Kok kayaknya serius banget?" Pelita menatap wajah Niko dan berusaha mencari jawaban di matanya.

"Kalau aku kasih tahu sekarang aku nggak jadi mandi lagi, dong!" Niko mencoba berkelakar agar suasana tak begitu tegang.

"Hmm iya juga, sih. Ya udah cepetan sana mandinya. Aku jadi penasaran, nih!"

Ketika Niko masuk ke kamar mandi, tiba-tiba saja perasaan Pelita tak enak. Ia berjalan mondar-mandir di depan pintu kamar mandi sambil menduga-duga apa gerangan yang ingin dibicarakan suaminya. Sebagai istri yang sudah menemaninya selama lima tahun, ia tahu benar jika Niko sudah ingin bicara serius seperti tadi, itu artinya ada yang sedang tidak baik-baik saja. Pelita menarik napas panjang dan membuangnya perlahan agar rasa cemasnya sedikit berkurang.

BERSAMBUNG..

Halooo semuaaa maaf ya kalau part ini ada kurang2nya. Aku lagi demam, nih jadi nggak bisa mikir berat2. Mohon doa, yaa, temans...
Luvluv
-DIA

The New NormalМесто, где живут истории. Откройте их для себя