43. Menentukan pilihan

Depuis le début
                                    

"Ini sepatu cowok Teh, mau beliin Fahri?" Tanya Farras menebak.

Mona menolah dengan mengernyit, "buat kamu lah, coba lihat yang ini kamu suka nggak?" Mona menyodorkan sepatu putih dengan merk Nike yang begitu keren.

Farras tak langsung mengambilnya remaja cowok itu menatap Mona dulu, "nggak usah Teh."

Mona meraih tangan Farras, "kamu bicara apa sih, coba pakai dulu."

Farras dengan terpaksa menyoba sepatu yang dipilihkan Mona, "bagus kan?"

"Iya Teh."

"Yaudah kita bayar."

Setelah membelikan Papa sepatu olahraga karena sepatu pria paruh baya itu sudah agak rusak, Mama dibelikan beberapa pasang gamis, dan Farras juga sepatu. Mona mengantar Farras pulang, diperjalanan menuju rumah Farras terus berkata tidak enak kepada Mona padahal yang dibelikan Mona belum seberapa dibandingkan kebaikan ketiga orang yang sudah dianggapnya keluarga kandung itu.

Berkendara hampir sejaman lebih akhirnya kendaraan Mona masuk kedalam kawasan rumah Farras. Mona mematikan mesin mobilnya tepat di dekat pagar rumah Mama Emita, Farras turun dari mobil membawa semua paper bag yang dibeli Mona tadi.

Keduanya masuk kedalam pekarangan rumah. "Assalamualaikum, Ma," teriak Farras.

Pintu terdengar di buka, Emita muncul dengan raut sumringah menyambut kedatangan Mona lalu memeluk perempuan itu erat, sudah berapa lama Mona tidak bertemu dengan mertuanya itu? Sebulan lebih mungkin.

"Ayo masuk dulu. Farras kamu bawa apa itu?" Tanya Mama Emita.

"Ini dibeliin Teteh Mona buat kita," ucap Farras lalu masuk kedalam rumah mendahului Mama Emita dan Mona.

"Makasih ya Nak seharusnya nggak usah pakai dibeliin segala," ucap Mama Emita.

Mona mengulas senyum manisnya, "nggak papa kok Ma."

Mona tetap melakukan hal seperti biasanya saat mengunjungi rumah Mama Emita, ia membantu Mama Emita masak dan membicarakan tentang beberapa hal terkecuali pembahasan tentang Fahri, Mama Emita memilih tidak membahas Fahri dulu.

Belum saja masakan itu masak Mona sudah pamit pulang karena sebentar lagi akan malam, Mama Emita sempat menahan perempuan itu tetapi Mona juga kekeuh ingin pulang saja.

Mama Emita mengantar Mona sampai di depan mobil perempuan itu, "Mama harap kamu sudah ambil langkah yang tepat Nak," wanita itu tersenyum lebar seraya mengusap punggung Mona.

Mona membawa Nama mertuanya itu kedalam dekapannya, "makasih ya Ma."

Saat Mona hendak masuk kedalam mobilnya Fahri baru saja datang, enggan bertemu ataupun berbicara dengan pria itu Mona cepat-cepat pamit dan masuk kedalam mobilnya meninggalkan kompleks perumahan Mama Emita.

Fahri berdiri disamping mobilnya dengan kaku seraya menatap nanar kepergian mobil Mona.

*********

Setelah urusan Mona dan Ananta selesai Ananta melaju mobilnya di jalanan bebas hambatan, pria itu terus menerus melirik adiknya yang tampak gelisah dan beberapa kali mendongak keatas lalu mengusap matanya.

"Kalau memang nggak yakin nggak usah Mon daripada nyesel," ucap Ananta tegas.

"Ini udah benar kok Mas, aku ambil pilihan ini juga nggak dalam waktu sebentar banyak yang aku pertimbankangkan sebelum aku memilih jalan ini," balas Mona.

Ananta mengangguk, "yaudah nggak usah sedih kalau gitu, mending lo shopping gih biar nggak sedih."

Mona berdecak pelan, "nggak usah deh Mas."

Wedding Destiny [TERBIT]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant