••••
Hai! Apa kabar?
Aku, Gina. Gina Puteri Felisya,
Aku ini bukan pembangkang, lebih tepatnya aku ini penganut manusia open minded. Tapi masih dalam batas wajar yah! Aku bukan tipe orang yang selalu bisa nurut peraturan atau perintah yang gak sejalan sama otakku.
Kalian bisa panggil aku manusia burung, yang selalu berkeinginan untuk terbang bebas dan gak menetap di satu tempat aja. Aku ini suka gak betah kalau terlalu lama di satu tempat itu aja,
Makannya, setelah aku lulus sma nanti aku ingin kuliah di luar kota aja. Aku ingin melanjutkan kuliah di Yogyakarta, lalu setelah lulus aku akan menetap di Bali. Tentu aku akan mencoba berkeliling ke setiap tempat di dunia ini.
Mimpiku memang tinggi, namun aku juga gak bersedia buat jatuh. Aku ingin lebih tinggi lagi sampai nanti saatnya aku akan jatuh di bantalan empuk. Hehe,
Aku berharap bisa melihat setiap keindahan kecil dari dunia ini. Dan aku yakin, aku bisa mewujudkannya!
Tidak akan ada yang bisa menghentikanku, bahkan Ayah sekalipun!
Tuhan, tolong lancarkan semua agenda Gina ya? Gina mohon, biarkan Gina menikmati semua keindahan yang telah kau ciptakan, tanpa adanya gangguan, yah?
I swear to you God, aku Gina Puteri Felisya anak dari bpk. Handoko dan juga Bunda Givia. Tidak akan menyia-nyiakan kehidupan ini!
Thanks God!
••••
Halo! Apa kabar?
Saya, Handoko. Handoko Setyo Raharjo.
Saya ini orang yang selalu mengedepankan peraturan, saya tidak suka di bantah, saya tidak suka berdebat, dan saya sangat tidak suka tatanan yang sudah diurutkan dari dahulu rusak karena hal kecil.
Sedikit tentang saya dan istri, kami bertemu dalam acara bisnis yang dilakukan oleh ayah saya waktu itu. Nama istri saya Givia Angelina, seperti namanya, dia cantik, lembut, dan bijak sana.
Dan saya sendiri adalah orang pekerja keras, disiplin, dan bertanggung jawab. Keempat anak saya menuruni sifat dari istri saya dan saya. Keculi anak terakhir kami.
Tidak tahu bagaimana, kenapa dia bisa sangat jauh berbeda dengan ideologi keluarga yang sudha turun-temurun dilaksanakan,
Namanya Gina, Gina Puteri Felisya.
Saya tidak peduli, bahkan ketika Gina menjelaskan tentang ideologi bodohnya pada saya.
Saya bahkan lebih sering menghindar ketika dia mengoceh lagi tentang ideologi kosongnya. Atau saya akan marah untuk membuat anak saya diam.
Saya begini karena saya sayang dengan anak saya. Saya tidak mau dia salah dalam bertindak, Gina bahkan belum masuk usia sepuluh tahun saat itu, ketika dia membicarakan tentang keinginannya untuk tidak menikah dan hidup dengan bebas.
Saya tercengang saat itu, bagaimana bisa dia mengucapkan hal yang tak masuk akal seperti itu?
Dan keinginan Gina semakin menjadi-jadi ketika usianya hendak berusia tujuh belas tahun sekarang.
Lagi dan lagi, saya hanya bisa teridam dan membisu. Kepala saya terasa berat, dan seperti biasa leher saya seperti tercekik.
Oh Tuhan, dosa macam apa yang saya lakukan di masalalu?
YOU ARE READING
'TLST'
Teen Fiction-TLST- Handoko adalah sesosok ayah yang disiplin dan juga keras kepala. Mengajarkan apa yang sudah diajarkan turun-temurun dari keluarganya. Semua darah dagingnya tak terkecuali istrinya-pun di beri petuah aturan oleh Handoko, berharap kehidupan...
