29. Call Me a Casualty [19.06.2021]

Mulai dari awal
                                    

"Fokus, tream." Sang kapten memperingati. Bisa-bisa giliran mereka yang dimangsa. Getaran langkah ratusan monster itu pun sampai menggetarkan tanah di atas mereka. "Kau bisa memastikan kita tidak diserang?" Pria itu berbicara pada si biru di punggungnya.

"Aku rasa tidak." Jawaban singkat dari Nana menambah beban para pekemah Atrium yang berpikir bahwa mereka dapat kembali ke perkemahan dengan selamat.

Jeno menghembuskan nafas panjang. Berbalik untuk menatap personilnya satu per satu. Kondisi Chenle sudah tidak bisa diharapkan lagi untuk membantu kecuali pikirannya yang masih bisa dimanfaatkan jika berfungsi normal. Jangan sampai genius pirang itu menemui kegilaannya di situasi seperti ini.

Beban satu lagi adalah si biru yang masih belum bisa terlepas dari belenggu pelumpuh kakinya. Bisa saja Jeno menyerahkannya pada yang lain karena punggungnya masih terasa sangat nyeri akibat tebasan dari subject tidak bernomor.

Tapi personil mereka benar-benar sudah berkurang. Gail mendorong trolli berisi barang-barang berat yang tadi dikumpulkan Adrian dan Xander yang kini menjadi hantu penunggu dengan kepala terpenggal di Akabra. Sedangkan Sadie dengan konsisinya yang masih dipertanyakan membawa trolli sisanya.

Sejujurnya Jeno masih sulit mencerna dengan apa yang barusan terjadi. Bagaimana bisa tiba-tiba Mark menyerang menyimpan daya elevator dan sangat berhasil membantu mereka lolos? Selama apa waktu yang dimiliki tream sampai dapat mempersiapkan semua pelarian ini?

Ilusi macam apa yang mengelabuhi seluruh penghuni Akabra hingga takdir membawa mereka sejauh ini?

Hanya Chenle Zimmervoct yang paham dengan segala apapun yang terjadi.

"Sad, kau harus jujur dengan keadaanmu." Jeno melancarkan aksi mengintimidasi bawahannya. Lantaran yang satu ini sejak dulu paling enggan menunjukkan sisi lemah. "Kau bisa membunuh kita semua jika berbohong."

"Aku telah berhasil menutup framenya, kapten." Jawab gadis itu kemudian. "Dia tidak berhasil mengambil alih fungsi otakku." Jarinya menunjuk saraf hitam yang tercetak jelas di bawah dagunya. Sama seperti yang terdapat pada punggung Jeno.

"Itu artinya dia baik-baik saja, Jen." Sahut Chenle yang kini mata emasnya mengamati keadaan Squad Q. "Lukanya menutup. Dalam satu jam dia bisa pulih, sama halnya denganmu." Penilaiannya memang diperlukan saat ini.

"Apa yang terjadi jika parasit itu berhasil mengambil alih otaknya?" Renjun secara penasaran bertanya.

"Itu bukan parasit!" Tegur Chenle. "Itu sel ibuku."

"Kalian gila." Hanya itu yang dapat Hendery katakan atas semua kenyataan yang melelahkan ini.

Hitam pekat mata Jeno mengamati mereka satu per satu. Dia juga ingat masih terdapatnya pesawat jet yang dilengkapi persenjataan militer di atas Akabra.

"Yangyang, kau sanggup mendorong trolli?"

Iris kelabunya menggelap. Yangyang menunduk mengamati kaki besinya dengan lelah. Tapi dia percaya pemberian kesempatan baginya untuk berjalan adalah untuk ini, membantu teman-temannya.

"Aku sanggup, kapten."

"Gail amankan sisi belakang." Sang kapten mulai memberi perintah akan rencananya. Sadie dan Yangyang maju paling depan mengusahakan trolli sampai ke mobil kita. Lalu diikuti Hendery dan Renjun."

Sepertinya ini pertama kalinya Jeno menyebut nama seorang vegters dalam ucapannya.

"Sad."

Sadie mengerti, mereka akan melawan arus kedatangan C-Subject.

Dengan begitu Sadie langsung mengambil literan bahan bakar dari trollinya. Menumpahkannya satu per satu di atas kepala personil perkemahan Atrium.

"Kalian sangat tidak menghargai engineer." Nana mengeluh saat bau minyak bumi sangat menyengat dari tubuh Jeno menusuk indera penciumannya. Hal yang membuat hidungnya merah sejadinya dan membuatnya tidak nyaman.

BLINDZER - NOMIN [✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang