Chapter 2: Tak Terduga

356 46 16
                                    

Note:
Semoga kalian suka.. 🥰

"APA?" Jean melebarkan matanya, terkejut dan merasa telinganya salah mendengarkan kata-kata yang diucapkan wanita mungil ini.

Pieck hanya menghela nafas, mencoba merogoh kantung celananya untuk mengambil benda yang bisa memperkuat kata-katanya dan memberikan pada Jean yang masih terdiam terkejut.

Jean berlahan mengambil test pack yang ada di tangan Pieck. Dia menaikan kedua alisnya saat melihat garis yang membentuk simbol positif. Dia mencoba untuk tenang, menarik nafas panjang dan membuangnya.

"Kau yakin ini milikku?" Jean mencoba mengklarifikasinya.

Pieck tahu jika pria ini akan memberikan pertanyaan itu, dia menghela nafas "Ya... aku yakin. Karena aku tidak berhubungan seks dengan siapapun selama lebih dari enam bulan dan orang terakhir yang berhubungan seks denganku adalah kau. Aku menghitung tanggal terakhir menstruasiku dan tanggal saat malam itu adalah dimana masa suburku." Pieck menjelaskan hal itu dengan tenang.

Jean berlahan jalan menuju sofa yang ada di sebelah kanannya, dengan wajah yang masih terkejut dia melemparkan tubuhnya ke sofa itu. Terduduk dengan tangan yang masih memegang test pack milik Pieck.

Otak Jean mulai memproses hal-hal yang dia dengar dari Pieck. Menarik nafas panjang dan membuangnya, dia mulai mendapatkan ketenangannya kembali "Sudah berapa minggu?" Jean melemparkan pandangannya ke arah Pieck yang masih berdiri, Pieck bisa melihat bahwa dia sudah mulai tenang.

"Aku rasa lima atau enam minggu. Aku terlambat selama tiga minggu." Pieck melihat kearah Jean yang sedang menutup matanya dan menghela nafas.

Jean membuka matanya dan kembali menatap Pieck yang terlihat tenang, "Lalu, apa yang akan kau lakukan?"

Pieck menghela nafasnya, "Aku tak akan melakukan apapun. Aku akan mempertahankannya dan membesarkannya. Aku suka anak kecil dan aku selalu ingin memilikinya suatu saat nanti."

Jean mengalihkan pandangannya dari Pieck dan membawanya pada test peck yang dia pegang ditangannya.

"Jean, dengar." Pieck membuat Jean memandangnya kembali, "Aku kemari bukan untuk membebanimu. Jujur saja, aku tidak peduli jika kau tidak menginginkannya tapi yang aku pedulikan adalah ayah dari anak ini harus tahu jika dia ada dan anak ini harus tahu siapa ayahnya. Karena dia berhak tahu, kau juga berhak tahu dan anak ini tidak ada hubungannya dengan apa yang terjadi diantara kita."

Untuk beberapa detik, Jean tidak mengeluarkan kata-kata apapun. Dia hanya terdiam dan berfikir.

"Aku rasa aku sudah selesai bicara." Pieck berjalan menuju ke arah pintu apartemen Jean. Sebelum dia memegang kenop pintu itu, Jean bersuara.

"Aku tidak pernah bilang jika aku tidak menginginkannya."

Pieck menoleh kearah Jean dengan dahi yang mengeryit.

Jean melemparkan pandangannya ke arah Pieck, "Bisakah kau duduk dan kita bicarakan ini?"

Pieck hanya memberikan ekspresi heran pada Jean.

"Tolonglah." Jean menggeser sedikit tubuhnya kesamping, memberikan ruang dan gestur agar Pieck bisa duduk di sampingnya.

Pieck menghela nafas dan pergi menuju tempat yang di arahkan Jean. Menaikkan kedua kakinya bersila dan membawa tubuhnya menghadap kearah Jean, membuat mereka duduk saling berhadap-hadapan.

Pieck hanya melihat ke arah Jean tanpa berkata apapun.

"Aku tidak bilang jika aku tidak menginginkannya. Jika kau ingin mempertahankannya dan membesarkannya, aku juga mau melakukan hal yang sama." Pieck agak terkejut dengan apa yang pria itu katakan dan mengernyitkan dahinya, heran.

Indo Ver. STUCK WITH YOU (JeanPiku AU fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang