🔜Dua Puluh🔙

128K 5.9K 259
                                    

13 Juni 2021
20.18

BELUM REVISI
TYPO BERTEBARAN


Pagi harinya, Ana yang baru pergi dari alam mimpinya datang ke alamnya sendiri. Kamar yang berserakan karena mereka tak memakai baju. Pandangan pertama yang Ana lihat adalah suaminya yang masih mengemut nipplenya. Tak bisakah dia berhenti nen semalam saja.

Dada Ana yang terasa dingin namun puting yang terasa hangat juga pergerakan mulur Rafka yang terbilang lumayan membuatnya tersadar.

Jam menunjukkan pukul 6 pagi. Masih banyak waktu untuk bersiap ke sekolah. Satu Minggu mereka absen karena setelah acara pernikahannya.

Ana melenguh pelan sesekali menggeliat untuk merenggangkan ototnya.

Lalu dia pun mengelus rambut surau hitam milik Rafka,"sayang bangun yuk. Kita hari ini sekolah loh,"

Rafka melenguh,"emm nanti sebentar lagi ya, aku mau sarapan dulu,"

"Sarapan ya dibawah nanti, kalo cuman nen doang bukan sarapan namanya," geram Ana.

Pikiran Rafka traveling," yakin yang boleh yang ini?" Tanyanya sembari mengelus milik Ana.

Ana terbelalak lalu menepis kasar tangan Rafka," heh tangannya gak sopan,"

"Katanya nanti dibawah, kan aku maunya sekarang," ucapnya cemberut langsung melepaskan mulutnya dari nipple Ana.

"Di bawah tuh maksudnya nanti di ruang makan, bukan yang di bawah punya aku!" Ucapnya lalu segera beranjak dari tidurnya.

Merasa masa bodoh karena dadanya yang bertelanjang karena ulah suaminya. Astaga, Rafka benar-benar. Masih pagi saja sudah membuatnya marah.

Skip mandi

Di ruang makan, hanya ada keheningan. Biasanya kalau masih pagi-pagi begini Rafka sama Ana selalu berceloteh asal. Tapi hal ini membuat bunda bingung.

"Tumben pada diem," ucap bunda memandang kedua sejoli yang ada di depannya.

"Au ah bund," kesal Rafka.

"Gapapa kok bund. Kan kalo makan gak baik kalo sambil bicara," dusta Ana.

Sebenarnya menurut Ana ini hanya masalah sepele. Jadi bunda tak perlu mengurus masalahnya juga ataupun mengetahuinya.

"Ya udah, Rafka mau berangkat dulu bund," ucapnya lalu bersalaman pada bunda dengan muka masamnya.

"Iya, kalian berdua hati-hati ya." Ucap bunda mengambil tangan Rafka.

Ana pun ikut berpamitan lalu melenggang pergi dengan jarak yang agak jauh. Karena Rafka bergerak dengan langkah lebarnya.

Yang seharusnya marah kan gw, napa jadi dia?-  batin Ana.

Ketika di garasi Rafka sudah siap dengan mobilnya dengan posisi menyetir. Ana yang melihat sifat cuek Rafka pun hanya membiarkan saja.

Sesampainya di sekolah, Rafka langsung saja ke markas utama, yaitu kantin. Kebiasaan ini sudah ia laksanakan sejak dulu. Karena memang kantin selalu buka lebih pagi.

My Childish HusbandWhere stories live. Discover now