6. Ombrophobia

6 2 2
                                    



"Ayo sayang..cepetan.." panggil mama

"Sebentar mah, aku kehilangan payung aku.."

"Itu ada diatas rak buku kemaren Dira pinjem."

"Kenapa Dira pinjem segalakan udah punya sendiri mah?" Erika sedikit kesal pada adiknya

"Ya maaf kak aku cuma pinjem tapi gak dipake cuma jaga-jaga..."

"Tapi kamu kan tau aku gak bisa gak bawa payung! Lebih baik gak jadi pergi!"

"Iya kak...maaf... Jangan marah dong gak akan diulang deh."

"Sudah jangan pada bertengkar...maafin yaaa kakak..."

"Iya aku maafin..."

Hari ini mereka berrencana untuk makan siang disebuah cafe outdoor yang bertema kemping. Dimana mereka makan dan duduk didalam tenda. Dengan hidangan BBQ.

Acara makan siang berlangsung seru.

"Erika..mama mau bayar dulu ya dan mau terima telepon dari tante Nuke dimobil. Take your time. Dira juga masih main airsoft gun.

"Okey mah..."

Tak terasa cuaca berganti dengan cepat dan Erika gak menyadarinya. Tiba tiba hujan turun. Erika panik dan langsung masuk ke sembarang tenda  Hujan sangat lebat dan tas Erika tertinggal dimana ia duduk tadi. Erika terdampar di sebuah tenda kecil ditengah hujan yang deras tanpa HP.

"Mamaaa...aku takuut...huhuuuh...." Erika histeris ketakutan

"Hey...kenapa nangis, takut hujan ya? Boleh aku bantu, a..aku buka orang jahat kok," Dewa yang mendengar suara tangisan seorang gadis ketika melewati tenda, ikut masuk kedalam tenda Erika

"Hukks..hukksss..hukks..." Erika hanya mengangguk tanpa suara.

"Panggil aku Dewa...pakai jaket ku yaaa... dan ini topi aku..pakai yaa..."

"Aaaku...Erika... Aaa..aku takut hujaan..a..aku phobia hujan..aku gak mau kena hujann..aku takut.." Erika meracau dan langsung lemas

"Percaya padaku...air hujan gak akan menyakitimu... Percaya kan? Percaya aku..lihat mataku...Erika. Sekarang kamu aman. Kita pergi dari sini yuuk, tenda ini gak akan bisa  menahan hujan ini terlalu lama, okey? Kita harus pergi dari sini, karena angin juga besar." Dewa sedikit panik karena Erika lemas 

"I..iyaa..."

"Pejamkan matamu yaa..dan berjalan sesuai arahanku.. pegang erat tanganku yaa... Tubuhmu aman dari guyuran hujan tenang saja."

Erika mempercayakan semua pada Dewa, ia percaya Dewa membawanya berjalan dibawah hujan. Ya dibawah hujan dan angin. Belum pernah iya lakukan sebelumnya

Sampailah mereka didalam lobby resto.

"Erika..buka matamu... Kamu sudah aman. Tunggu disini aku akan ambil tasmu. Didalam tenda pink itu kan?" Dewa berlari menembus hujan dan membawa tas Erika.

"Ma..makasih dewa, aku mau telepon mama.."

"Duduk dan aku pesankan teh panas yaa..."

"Ma..maaf Dewa hp ku basah, boleh aku pinjam Hp mu?"

"Oh boleh...Ini.."

Lalu Erika menelepon mamanya dan Dira. Mereka terperangkap didalam mobil, karena tak ada payung disana.

"Pasti Bi Cicih menurunkan payung!!" kata mama kesal

"Engga mah kemaren kak Erika pulang dalam keadaan hujan jadi pake payung kedalam rumah. Mungkin gak ditaro lagi sama Pak Kardi."

"Eh mah Kak Erika nelepon... Ya kak..ya tungggu kak..kita di mobil. Tunggu sampai  hujan sedikit reda ya kak nanti aku kesana. Dimobil gak ada payung besar, nanti kakak kehujanan. Tunggu yaa.."

Erika menunggu hujan bersama Dewa, badannya bergetar bukan karena kedinginan. Karena ia tak basah sama sekali. Yang ia takutkan hanyalah melihat hujan itu sendiri. Seketika kilat menyambar..

"Ahh..." Erika memalingkan wajahnya pada bahu Dewa

"Kau takut petir juga. Tenang kau aman, ga usah takut. Taukah kamu kalo petir tak akan menyambar pada tempat yang sama." Dew tersenyum manis sekali

"Maaf..."

"Kamu sangat takut hujan ya?"

"Ombrophobia aku sangat takut ketika musim hujan tiba. Apalagi berada dibawah guyuran hujan. Bunyinya saja sudah membuat aku ketakutan. Ditambah petir."  Erika menjelaskan semuanya, kepada Dewa yang baru ia kenal.

*****

Setelah kejadian itu, hubungan Erika dan Dewa berlanjut dan semakin akrab.  4 bulan kemudian Erika berulang tahun.

"Selamat ulang tahun Erika...ini kado buatmu.." 

"Terimakasih Dewa, ngerepotin bawa kado segala."

"Bukalah, semoga kamu suka."

"Ohh..head phone!"

"Ya...pakailah ini di kala suara hujan mengganggumu. Aku jamin suara hujan tak akan terdengar dengan alat ini."

"Makasih Dewaaa...aku sukaa...Ini jadi senjata melawan hujanku yang lain! Heheheh.."

"Terimakasih sudah menerima perasaanku Erika.."

"Terimakasih juga sudah menjadi pawang hujanku Dewa.. Kau selalu sabar menghadapiku dengan ketakutanku. Setelah phobia ini memenjaraku begitu lama. Aku siap melihat pelangi.."

"Mungkin ini takdir ku untuk menyukai gadis pembenci hujan. Aku akan menjadi pawang hujanmu selamanya Erika... Seorang Pluviophile yang mencintai gadis dengan Ombrophobia."


Pluviophile...adalah seorang pencinta hujan yang akan  merasa damai dan bahagia ketik hujan tiba.

30 Hari Menulis CerpenTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon