Chapter 1: Benci

722 54 12
                                    

Note:
Semoga kalian suka...
AU-Modern time
Enemies to friends to lovers

<>
Pieck merasa kepalanya begitu berat. Masih dengan mata tertutup dia mencoba menarik selimutnya hingga ke dagu, berharap rasa dingin yang dia rasakan mulai berkurang. Dia mencoba merubah posisi tidurnya miring ke kanan.

Dia merasa ada yang aneh. Kulitnya menyentuh sesuatu yang hangat, dia merasa tidak pernah meletakan sesuatu yang hangat di tempat tidurnya.

Masih dengan mata tertutup, dia mencoba meraba sesuatu itu. 'Hm? kulit?... Lengan?'

'hgghh...' Sesuatu itu bersuara.

Pieck mengeryitkan dahinya mencoba berkonsentrasi dengan suara yang didengarnya. 'apa itu?' Pieck memunculkan pertanyaan itu di benaknya, tangannya berhenti meraba sesuatu itu.

Dengan mata yang begitu berat, dia mencoba membukanya perlahan. Walaupun kepalanya begitu pening, dia berusaha untuk membuat matanya terbiasa dengan cahaya yang di terimanya. Mencoba mengedipkan matanya berkali-kali, Pieck melihat wajah seseorang yang dia kenal sedang berada dihadapannya.

Berkedip.

Berkedip.

Pieck seketika melebarkan matanya, mulutnya terbuka lebar, terkejut dengan apa yang dilihat di hadapannya. Wajah orang yang dia kenal itu adalah wajah yang sangat tidak ingin dia lihat saat bangun di pagi hari.

"haaaaaaa...." Pieck seketika berteriak terkejut dengan nada frustasi dan membuat orang yang berada dihadapnya seketika terbangun.

Mata mereka saling melihat wajah satu sama lain.

"Huwaaaaaa...." kali ini mereka berteriak secara bersamaan. Bangun dari posisi tidurnya, duduk dan menjauh satu sama lain.

"Apa yang kau lakukan disini?" Pieck bertanya dengan nada yang tinggi pada pria yang ada di hadapannya. "dan kau telanjang? dimana pakaianmu?" Pieck dengan kuat membuang wajahnya agar tak melihat tubuh laki-laki itu, walaupun dia hanya melihat bagian atas tubuhnya saja.

"Kau? Apa yang kau lakukan disini? dan... dan dimana pakaianmu?" Pria dengan rambut abu-abu itu berbalik bertanya dan mencoba menutup tubuhnya dengan selimut. Ya.. selimut yang sama yang sedang Pieck gunakan sekarang untuk menutup tubuhnya dan hanya memperlihatkan bahu dan lengannya.

"Kau harusnya yang menjawab pertanyaanku. Apa yang kau lakukan di tempat tidurku, Jean?" Pieck melemparkan kembali pertanyaan itu. "Dan... Kenapa kita telanjang?" Pieck merentangkan tangannya dan menunjuk kearah wajah pria itu.

Jean menaikan alisnya dan mencoba memperhatikan sekitarnya dan membuang nafas, "Seharusnya aku yang bertanya begitu. Ini kamarku."

"Apa?" Pieck mencoba menolehkan kepala dan memperhatikan sekitarnya. Dia ternganga, "dan kenapa aku ada di tepat tidurmu?"

"Bagaimana aku bisa tahu.." Jean mulai frustasi, "yang aku ingat, aku sangat mabuk tadi malam. Cobalah kau ingat juga."

Pieck berusaha menenangkan diri dan mengingat tentang apa yang telah terjadi, "Aku ingat, kita berdamai tadi malam. Dan minum bersama di bar." Pieck menjelaskan dengan tenang dan teratur dengan apa yang dia ingat. Jean hanya mendengarkan dan juga berusaha mengingat, menganggukan kepalanya pada setiap penjelasan yang sama dengan ingatannya. "Teman-teman kita pulang terlebih dahulu dan kita berdua masih di sana. Kita minum, kita mabuk, kita tertawa, lalu kita saling mengejek tentang sesuatu, dan... oh... ya tuhan.." Pieck seketika berhenti, melebarkan kedua matanya dan mengerutkan dahinya, menatap kearah Jean.

Jean juga tersadar dengan lanjutan ingatkan itu, juga melihat kearah Pieck dengan terkejut.

"Apakah... kita...." Pieck menggerakan jari telunjuknya, menujuk bergantian kearahnya dan kearah Jean.

Indo Ver. STUCK WITH YOU (JeanPiku AU fanfiction)Where stories live. Discover now