X. Secangkir Kopi dan Salonpas

302 53 15
                                    

dianjurkan baca sampai mentok. don forget tu vote, komen and share kalau kalian suka cerita ini

 don forget tu vote, komen and share kalau kalian suka cerita ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading

Jo tahu bahwa sekarang mereka sudah berada di Banyuwangi ketika ia membaca sebuah objek bertuliskan Taman Blambangan. Meski duduk di bagian belakang, Jo bisa melihat dengan jelas bagaimana anggota lain di depan karena badan Jo yang jangkung.

Dery yang sibuk mengambil gambar jalanan di Kota Banyuwangi saat malam hari. Pohon-pohon yang berdiri tegak di batas jalan menjadi penambah kerindangan, mungkin akan terlihat lebih bagus, warna hijau berjajar diselingi dengan kemuning daun kering. Dery mengambil satu objek pohon dengan batang yang besar, meski sedikit ngeri. Khawatir-khawatir ada penampakan yang masuk bisa gawat, nanti viral.

"Yang anget yang anget.." demi menghangatkan badannya, Yuta berusaha memeluk Doyi dari samping meski Doyi terus memberontak tak terima. Memangnya Doyi laki-laki macam apa?

"Ya Allah Ya Rabb!!! Lo ngapain sih, Yut? Bang.. Bang.. matiin ac aja Bang."

"Diem dulu ngapa, enak banget woy ndusel-ndusel tuh."

"Ya tapi gue masih normal!!!" Doyi masih berusaha mendorong, tapi kenyataannya tubuh cungkringnya tetap kalah oleh tenaga dalam Yuta.

Udara dingin mencekam semakin terasa ketika Jo menggeser kaca di sampingnya. Ketika ia melirik jam, nyatanya perjalanan kali ini cukup cepat dibanding perjalanannya ke Kota Banyuwangi yang pernah ia lakukan sendiri sebelumnya.

"Udah sampai? Katanya bermalam di rumah Mas Pur?" Icha terbangun ketika merasakan mobil berhenti, disusul beberapa anggota lainnya.

Teguh menoleh ketika mendengar suara Icha, sembari meregangkan badannya yang sudah berjam-jam duduk di mobil. Bunyi tulang-tulangnya nyaris seperti patah-patah, tapi itu justru membuat Teguh merasa lega. "Belum, ini makanya kita nungguin Mas Pur. Takut nyasar kalau nyari rumah Mas Pur sendiri. Rumahnya kan masuk perkampungan gitu, kalau masuk jalan buntu wassalam kita."

"Eh Mas Pur sekarang udah gak di Tukang Ojek Pengkolan ya? Keren." Dery nyeletuk begitu mendengar Teguh berbicara.

"Beda Mas Pur itu." Lucas memelankan kalimatnya. Sudah merasa capek karena perjalanan jauh, ditambah lagi Dery berulah dengan pertanyaan konyol. Turunkan saja yang namanya Dery itu.

"Hayo.. hayo.. ribut hayo.."

"GPL baku hantam!"

Anehnya, yang tadinya sepi lantas suasana di dalam mobil mereka justru berubah jadi ramai. Semua anggota ikut terjaga selama penantian mereka pada kedatangan seseorang yang mereka panggil 'Mas Pur' yang tidak lain adalah kenalan beberapa anggota mapala yang memberi tumpangan untuk rehat semalam di rumahnya sebelum memandu kegiatan mereka untuk menikmati matahari terbit di Puncak Gunung Ijen.

Sempat terbangun, tapi kantuk kembali melanda Aruna. Angin sepoi-sepoi yang masuk melalui jendela memang dapat menjadi obat tidur yang paling ampuh. Dan kini ia kembali tertidur dengan gelungan rambutnya yang sedikit berantakkan, kedua tangannya bertumpu di dekat kaca sebagai sandara kepala.

3726 MDPL [Jung Jaehyun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang