Bab 6 : Bukan Anusapati Kalau Menyerah Begitu Saja

7 0 0
                                    

Hanu, tengah galau sekaligus cemburu melihat kedekatan Rara dengan pria pendatang yang tampaknya dari kota itu, Seperti sudah kenal lama. Apakah yang kedekatan mereka membuat tekatnya mendapat Rara Kendor? Ah tampaknya Hanu bukanlah tipe pemuda yang mudah putus asa.

Betapapun kelu dan gagapnya ketika berhadapan dengan Rara, bukan berarti ia akan menyerah hanya karena kedekatan gadis itu dengan seseorang. Memang lebih gampang merayu dan mendapatkan perhatian dari gadis lain, tapi ia melihat Rara itu tantangan nyata. Sebuah petualangan seru bagi kisah cintanya yang penuh warna.

Boleh dikatakan meskipun berwajah lokal, bukan bule seperti halnya artis - artis sinetron baru semacam Stevan William, Antonio Blanco Jr, Cinta Brian wajahnya mirip dengan aktor papan atas Indonesia Roy Martin waktu muda.

Tapi sebenarnya bukan hanya tampang sih yang diperlukan kecerdasan dan kegigihan seorang laki- laki yang membuat perempuan sering takluk. Tapi senyatanya saat ini selain tampang perempuan juga melihat kalau cowok kere tanpa modal ya pikir - pikir dahulu. Meskipun Hanu percaya bahwa Rara bukanlah cewek matre tapi jaminan masa depan pasti dipikirkannya juga.

Anusapati itu namanya, dalam sejarah singasari ia adalah anak dari Ken Dedes pembunuh Ken Arok yang sebelumnya telah membunuh Ayah dari Anusapati. Kisah raja- raja Singasari pastilah yang menginspirasi orang tuanya untuk menamainya Anusapati, tapi ia tidak ingin berakhir susah mati karena keris buatan Empu Gandring tersebut.

Hanu, apapun rintangannya, siapapun yang mendekati Rara, ia tidaklah gentar, hadapi saja kenyataan, jalani saja prosesnya, toh kalau jodoh badai pasti berlalu. Cinta itu unik, meskipun harus dilalui dengan kelu dan pilu, toh bisa nikmat kalau dijalani dengan tekad bulat pantang menyerah, siapa tahu dirinya yang beruntung.

Kalau soal persaingan tidak usahlah lebay seperti aktor antagonis yang menggunakan segala cara, kalau perlu memfitnah atau membuat trik agar saingannya celaka. Apakah ia akan menggunakan cara licik seperti yang tergambar dalam drama aneh di sinetron kejar tayang tersebut. Rasanya tidak perlu. Ini dunia nyata, bukan fantasi. Drama sih boleh tapi persaingan harus sehat. Begitu saja.

"Sudah terbukti bahwa aku bisa menaklukkan beberapa cewek karena pesonaku, tapi bukan berarti bisa menaklukkan Rara karena pesonaku. Aku tahu Rara terlalu cerdas untuk bisa digombali, di rayu oleh play boy kelas coro. Ia cerdas, pasti akan memilih pendamping yang bisa mengimbangi pembicaraannya yang kritis menanggapi masalah."

Begitulah Hanu sering bicara pada dirinya sendiri. Ia mendekati rumah Rara. Mencoba mengamati apakah Rara ada di rumah. Setelah cukup lama mengamati dari kejauhan Rara muncul. Ia sudah siap- siap untuk pergi kuliah... Ia sering jalan kaki menyusuri sawah sampai ke pertigaan desa lalu, menunggu angkot mini bus yang menuju ke Yogyakarta. Lokasi kampusnya di Bulak Sumur, Mini Bus itu lewat dari pinggiran Dari Jalan Kaliurang menuju Jalan Sudirman. Rara sering jalan kaki menuju Kampusnya yang berada dekat dengan Lembah UGM bersisihan dengan kampus Universitas Negeri Yogyakarta.

Hanu, hapal dengan rute perjalanan Rara. Kampusnya termasuk paling favorit di Yogyakarta. Berada di kawasan Bulak Sumur yang luas, yang konon tanahnya adalah milik raja Yogya Sultan Hamengkubuwono ke IX memberikannya untuk kemajuan pendidikan Indonesia, kampus rakyat yang telah melahirkan banyak pemimpin pemerintahan saat ini termasuk presidennya saat ini.

"Tapi bukan mau bicara politik, aku bicara bagaimana menaklukkan hati Rara." Hanu juga lulusan universitas, tepatnya Atmajaya Jurusan Arsitek... kampusnya berada di dekat bumi perkemahan (dulu) Babarsari. Sekarang Babarsari penuh dengan pusat jajanan, penginapan dan Kafe. Ia memang bekerja freelance, tidak terikat. Ia menerima order bisa lewat online. Jadi jam kerjanya luwes.

Kembali perhatiannya ke Rara... Ia sudah mulai menyusur petakan sawah... tiba – tiba dari belakangnya sudah ada pemuda yang kemarin terus lengket padanya. Hanu yang sedang ancang – ancang mendekat terdiam ketika pemuda itu mengikuti Rara dari belakang.

"Sialan juga kenapa harus ada pemuda itu yang ada di belakang dia."

Tapi mestikah menyerah hanya karena pemuda itu. Hanu kembali yakin, biar saja, ada teman yang menemani ngobrol, kalau ia terlalu cemburu ketahuan dong kalau ia juga naksir pada Rara. Maka Hanupun berjalan cepat menyusul pemuda dan Rara yang ada di depannya.

"Hai.... Rara... Mau ke Kampus ya..."

"Eh... Hanu... pagi – pagi tumben muncul... mau ke mana..."

"Sama mau ke Yogya..."

"Eh, bukannya kamu sudah lulus dari Atma ya..."

"Iya... tapi ada beberapa proyek yang akan aku bahas bersama teman. Ketemuannya di Hartono Mall. "

"Aku sih mau ke kampus seharian... banyak kuliah hari ini dan mesti mencari referensi di perpust pusat... oh ya aku punya kenalan nih... itu cowok kota... saudaranya Pak Minto..."

"Oh, ya .... Namaku Anusapati, biasa dipanggil Hanu..."

"Seperti nama Raja Singasari...hehehe... oh, eh namaku Panji panggil saja Anji..."

"Bagaimana bisa kenal dengan Rara?"

"Ah, kebetulan beberapa hari yang lalu berpapasan di sawah..."

"Perkenalan yang aneh..."

"Begitulah...?!"

Dua cowok dan satu cewek beriringan menyisir sawah. Diam dan tidak banyak obrolan. Lebih banyak ke pikiran mereka masing- masing. Dan Hanu tampaknya sedang berpikir bagaimana mendapat perhatian Rara. Tapi ia sendiri bingung dan grogi setiap ia mencoba mendekati Rara.

"Ehm, bagaimana kalau kita naik taksi online saja..."

"Eh. Hanu mana ada taksi online lewat sini pagi pagi..."

"Kalau dari bandara atau dari stasiun pasti ada tapi dari sini...?"

" Ya... siapa tahu?"

"Sudahlah naik angkot saja..."

"Ya  sudahlah..."

"Oh..ya Anji kamu memang hapal Yogya..."

"Dih.... Ngaco kamu.... Aku khan pernah kuliah di sini ... tapi kampusku cukup jauh sih di Jalan Parang Tritis sana..."

"Memangnya kamu kuliah di mana dulu..."

"ISI jurusan desain grafis..."

'Seniman dong...

"Nggak... seniwen... lebih senang disebut desainer sih..."

Sebetulnya Hanu terpaksa bincang – bincang dengan dengan Anji. Terus terang ia tidak suka dengan munculnya Anji. Sepertinya Rara begitu nyaman kalau ngobrol dengan Anji, seperti tidak berjarak.

Sedangkan ia masih merasa basa - basi bila ngomong dengan Rara, seperti masih ada sekat atau tembok sehingga tidak leluasa ngobrol.

Ketika ketemu angkot menuju Yogya mereka Anji dan Rara satu tempat duduk sedangkan ia mendapatkan kursi di belakang. Dari belakang Hanu mendengar percakapan dan obrolan mereka yang cair, sedangkan ia sebatas melihat saja. Masam muka Hanu tapi ia harus pandai menyimpan perasaan jangan sampai Rara tahu bahwa ia merasa cemburu dengan kedekatan Rara dan Anji.

"Rara, aku pengin ikut ke kampusmu boleh khan... Jangan khawatir aku tidak ikut sampai kelasmu, hanya lewat, sebab nanti aku mampir di Karangmalang. Mampir ke rumah teman selanjutnya mau ke Kampusku dulu di Jalan Parang Tritis."

Rara menengok Hanu.

"Bagaimana denganmu Han... mau turun di mana."

"Aku sih nanti turun di perempatan ringroad utara saja. Malnya khan dengan dekat situ."

"Oke ringroad sudah di depan mata... sampai ketemu ya..."

Hanu merasa kecewa tidak bisa nekat mengikuti Rara. Khan bisa dicari alasan untuk ikut, tapi seperti ada yang susah terbuka kalimat yang akan keluar dari kerongkongan.

"ya sudah bukan Hanu kalau menyerah begitu saja."

Setelah turun Hanu mencari ojek online menuju Mal Hartono. Bertemu koleganya untuk membahas tentang proyek rumah yang akan mereka garap.

Meniti Lembah CintaWhere stories live. Discover now