Penjaga Toko Beras

14 8 1
                                    



Ini kisah di sebuah pasar yang aku gak tau namanya. Berawal dari salah satu sudut pasar yang gak pernah sepi. Kehidupan kucing disini sungguh beragam. Ibuku suka bercerita bagaimana kehidupan kucing dalam pasar. Terkadang berakhir bahagia atau berakhir sengsara. Terkadang mudah mencari makan dan gak jarang sulit mendapatkan makanan. Belum lagi dengan prilaku manusia yang suka kejam menyiksa bangsa kucing. Sepertinya mereka lupa akan Tuhan. Kucing juga mahluk Tuhan dan segala yang mereka lakukan pada sesama mahluk Tuhan akan diperhitungkan pada hari akhir nanti.

Sebenarnya aku bukan seekor kucing kampung murni. Karena ibuku dulu persilangan antara kucing persia dan kucing kampung. Karena alasan yang terlalu sering manusia gunakan maka ibuku dibuang ke pasar ini. Alasanya adalah, terlalu banyak kucing dirumah! Jadilah ibuku berada dipasar ini. dengan bulu yang lebat tapi tidak terlalu panjang,  badan yang besar dan wajah yang bulat, maka ibuku menjadi primadona dipasar ini. Banyak kucing jantan yang datang untuk mengawini ibuku.

Akhirnya ibuku hamil. Ayahku adalah jagoan pasar yang paling ditakuti. Warnanya hitam dengan sebuah pola bulat di perutnya. Dan ibuku seekor calico..yaitu sebuah sebutan untuk kucing belang 3. Ayahku sangat sayang pada ibuku, dan selalu menjaganya, hingga ibuku aman dan tak pernah di ganggu oleh kucing lain.

Ibuku memilih sudut toko beras sebagai tempat untuk bersembunyi. Biasanya bersembunyi dari para pejantan pada musim kawin juga bersembunyi dari tangan jahil manusia. Pada saat ibuku hamil besar, ia memilih untuk berlindung didalam toko beras Babah Ahong. Sebuah toko beras yang legendaris yang sudah lama ada dipasar itu.

Ternyata Babah Ahong senang ketika ibuku memilih tempatnya untuk istirahat. Disediakan sebuah kotak kayu dengan jerami dari bekas telur menjadi kasur yang hangat dan empuk untuk ibuku. 

"Kucing manis...mau lahiran ditokoku? Boleeh..karena manurut adat kami kalian membawa rejeki jika melahirkan ditoko kami"

"Ngomong sama siapa Koh...?"

"Ini sama kucing cantik yang sedang hamil. Bira mau melahirkan disini."

"Ah..cantiknyaa..pasti cici dan Koko senang.."

Dan pada saatnya kami lahir, ibu melahirkan disana. Babah Ahong sangat senang dengan kelahiran kami. Karena menurut kepercayaan orang Cina, jika ada kucing melahirkan di tempatnya maka akan membawa rezeki yang berlimpah. Tidak tau dengan kebenaran cerita itu, tapi yang pasri ibuku semakin menjadi ratu di toko beras itu.

Aku seekor kucing jantan yang menurunkan belang dari ayah dan ibuku. Aku terlahir belang tiga seperti ibuku. Menurut sebagian orang seekor kucing jantan dengan bulu belang 3 adalah hal yang sangat jarang terjadi, dan itu menjadi kebanggaan Babah Ahong. Adiku seekor kucing perempuan dengan bulu putih dan hanya ekornya yang berwarna hitam seperti ayah ku. Ekornya panjang dan berbulu tebal.

Kami menjadi kesayangan Babah Ahong. Kami pun dilarang keluar toko dan selalu tersedia makanan yang enak di dalam toko. Karena mereka takut akan keselamatan ku, sebagai kucing dominan yang jarang terjadi. Biasanya kucing seperti aku akan banyak sekali musuhnya, hingga ayahku sendiri pun takut.

Ibuku selalu ingat akan kebaikan Babah Ahong, ibu selalu mempersembahkan seekor tikus dipagi hari untuk Babah Ahong yang ia letakan dibawah meja kasir. Ketika Babah Ahong melihatnya ia akan berteriak dan tertawa..juga mengelus ibu. Ya tikus adalah musuh utama toko beras. Hingga toko beras Babah Ahong tidak pernah lagi merugi karena membuang beras. Babah Ahong makin sayang dengan kami.

Ternyata kesuksesan babah ahongg tidak disukai pedagang beras lain. Karena tokonya tidak selaris toko Babah Ahong. Dan akhirnya mereka tau kalau itu karena Babah Ahong memiliki pengawal beras yaitu ibuku yang selalu membasmi tikus yang masuk kedalam toko.

Pada suatu hari, ibuku tergeletak dengan mulut yang berbusa. Ibuku sekarat karena ia memakan racun yang sengaja di letakan dalam ceker ayam. Dan tak lama setelah itu ibuku mati. Ada yang ingin ibuku mati. Babah Ahong sedih ibuku akhirnya meningggal. Saat itu aku sudah sedikit besar, tapi kami masih menyusu, akhirnya kami terpaksa minum susu sendiri dari sebuah mangkok yang Babah Ahong sediakan.

Pada suatu hari aku mendengar percakapan toko beras sebelah, ternyata merekalah yang meletakan ceker ayam beracun itu, agar ibuku mati. Sebagai pembasmi tikus di toko, ibuku diangap membantu Babah Ahong dan itu yang mereka tidak inginkan. Ahirnya aku mengerti mengapa.

Setelah nanti aku cukup dewasa akanku gantikan tugas ibu untuk membasmi tikus ditoko Babah Ahong. Dan aku bersumpah tidak akan menyentuh makanan selain dari Babah Ahong. Dan aku tumbuh dewasa seperti ayahku. Dan menjadi penguasa di Pasar ini. Adiku tidak bersamaku, ia di bawa kerumah Babah Ahong karena cucunya ingin memeliharanya dirumah. Ya adiku kucing yang manis dan cantik seperti ibuku.

Ga terasa sudah 10 tahun aku berada di toko beras babah Ahong. Dan Babah sudah mulai menua dan sakit sakitan. Beberapa kali babah jatuh terduduk memegang dadanya. Nafasnya tersengal sengal. Jka melihat seperti itu, aku akan mendekat dan duduk diatas kakinya, atau duduk dipangkuannya. 

"Jagoan babah...terimakasih sudah bantu babah yaa. Tetap jadi kucing pengawal babah yang kuat!"

Setelah ia merasa enakan, ia selalu mengelus tubuhku. Andai saja Tuhan bisa memberikan sedikit penderitaannya kepadaku. Kalau saja aku dapat meminjamkan salah satu nyawaku untuknya, pasti ku lakukan.

Di sebuah pagi kutunggu Babah di depan toko. Tak tampak kehadirannya. Hanya sepiring makanan kucing diletakan oleh pegawainya untukku. Kebiasana babah yang selalu ingat untuk memberikan aku makan bila ia tak datang ke toko. Keesokan paginya kejadian yang sama terulang juga besok dan besoknya. Ada apa? Apa Babah sakit? Lalu datang anak Babah yang tertua dan membawaku dengan sebuah keranjang. Aku menurut karena anak Babah semua baik denganku. Ternyata mereka membawaku ke sebuah rumah. Aku mencium bau kucing lain didalam rumah itu. Lalu kulihat sosok adikku sedang berjalan dan mendekatiku. Lalu aku masuk kesebuah kamar dan kulihat babah ada disana, sedang tertidur lemas. Akupun langsung meloncat keatas badannya. Babah ada apa? Nafasnya pelan. Matanya terbuka sedikit dan tangannya membelaiku pelan. 

"Jagoan Babah sudah ada disini..."

"Iya Bah... kesayangan Babah disini... Cepet sehat ya Bah.." seru Cici

Berhari hari kutunggu babah di dalam kamarnya. Aku selalu tidur diatas badannya, aku ingin ia hangat.

Dan aku tau Babah Ahong mati, ya seperti ibuku dulu. Pergi kesurga. Aku sedih..teramat sedih. Bahkan lebih sedih dari anak - anak babah Ahong. Kesedihanku membuatku tak ingin makan berhari hari. Hingga saatku juga tiba. Babah tunggu aku, akanku jaga engkau disana sebagai mana kau menjagaku. Akan kumohonkan pengampunan kepada Sang Khalik untukmu. 

30 Hari Menulis CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang