36

15.6K 2.6K 1.4K
                                    

Ps: Silahkan cek chapter sebelumnya, karena pas chapter 35 dipublish banyak yang gak dapet notif dan gak bisa dibuka chapternya, takutnya banyak yang kelewat alias belum baca, silahkan di cek dulu yaa^^

(Chapter ini 75% isinya deeptalk Hanbin sama Jennie tentang beberapa hal yang terjadi belasan tahun lalu, semoga kalian gak mager bacanya wkwk jangan lupa vote dan komen yaa^^)

Author POV

"Kamu kok udah jarang telfon dan cerita sama mama lagi?"

Jennie berjalan keluar dari ruang pribadinya, sambil terus terfikir ucapan mamanya di telfon siang tadi. Nyonya Chaerin menggoda Jennie, karena entah sejak kapan jarang menelfon dirinya ataupun suaminya lagi. Padahal biasanya Jennie begitu sering menelfon mereka untuk bercerita atau mengeluarkan keluh kesahnya, tak jarang juga Jennie meminta pendapat nyonya Chaerin tentang sesuatu.

Jennie sendiri baru menyadari itu, bahwa dirinya tak lagi sering menghubungi orang tuanya untuk bercerita atau meminta pendapat. Semuanya karena, kini ada Hanbin yang menggantikan peran mereka itu. Karena Hanbin selalu bertanya bagaimana keseharian Jennie dan apa saja yang Jennie alami setiap harinya, dirinya mulai terbiasa bercerita dan mengungkapkan keluh kesahnya pada Hanbin.

Sejak menikah, Jennie selalu menjadikan mama atau papanya sebagai seseorang untuk dimintai pendapat bahkan tentang hal kecil sekalipun. Namun belakangan ini, Hanbinlah yang selalu Jennie mintai pendapat, tentang makanan apa yang sebaiknya dia masak hari ini, tentang pakaian mana yang lebih bagus untuk Jennie pakai hari esok, apa yang harus Jennie lakukan untuk menghibur pasien kanker di rumah sakit, dan masih banyak lagi.

"Dokter Kwon."

Seorang suster dari poli anak menyadarkan Jennie dari lamunannya, berjalan dari arah berlawanan, suster itu berhenti di hadapan Jennie.

"Udah denger kabar soal Jian?" Tanyanya,

Jennie mengerutkan dahi dan berfikir sejenak, "Jian? Dia udah pulang kan beberapa hari yang lalu?"

Suster itu mengangguk, dengan raut wajahnya yang berubah sedih. "Satu jam yang lalu saya dapet kabar, bahwa Jian meninggal di rumahnya."

Gontai Jennie berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Air matanya tak terbendung lagi, karena kabar duka yang baru saja sampai ke telinganya. Diraihnya ponsel dalam saku jas putih di tangannya, hanya satu yang ingin Jennie lakukan saat ini. Yaitu menghubungi Hanbin.

"Bisa ke rumah sakit sebentar?"

Tanya Jennie seraya berusaha meredam isak tangisnya. Walau siang tadi Hanbin mengatakan tak bisa datang menjemput Jennie ke rumah sakit sore ini, bahkan malam nanti tak bisa pulang karena masih ada yang harus dikerjakan, Jennie tak punya pilihan lain. Dia merasa tak sanggup berjalan pulang sendirian, dia merasa ... Bahwa dirinya membutuhkan Hanbin detik ini juga.

Air mata tak berhenti mengalir selama Jennie berjalan keluar dari rumah sakit, karena langkahnya gontai, cukup lama bagi Jennie untuk sampai di depan. Dilihatnya laki-laki berhoodie biru dongker yang beberapa saat lalu dihubunginya, kini telah berdiri di samping mobilnya yang telah terparkir di depan rumah sakit.

Dear Mom || Watanabe Haruto✔[Sudah Terbit]Where stories live. Discover now