"Kau ingin mati. " tanya pangeran Devran masih tanpa ekspresi di wajahnya, membuat Ernest merinding melihatnya.

"Ck! Baik-baik, tenang kawan aku hanya bercanda, lagipula aku tidak berani mengganggu kedua pangeran iblis itu. "

"Aku tidak peduli, kau mengganggu mereka. "

Ernest menatap bingung kearah pangeran Devran yang jelas-jelas mengancamnya, tapi sekarang di saat dia mengatakan bahwa dia tidak akan mengganggu kedua pangeran iblis itu, pangeran Devran malah tidak peduli.

"Ingat! Jangan sentuh adik ku, hanya adik ku. " jelas pangeran Devran saat melihat kebodohan sahabatnya dalam mencerna kata-kata.

Pangeran Devran beranjak pergi, sedangkan Ernest masih belum bisa mencerna kata-kata pangeran Devran. Jangan mengganggu adiknya? Dia masih berpikir.

Ernest membulatkan kedua matanya, benar-benar melotot sempurna.

"INI SUNGGUH KEAJAIBAN! SEJAK KAPAN PANGERAN BATU ITU MENGANGGAP PANGERAN KEEMPAT SEBAGAI ADIKNYA! OH DEWA SEBENARNYA APA YANG TIDAK AKU KETAHUI! " batin Ernest menjerit-jerit.

Pagi ini pangeran Naveen kembali ke Academy. Raut wajah Naveen begitu suram, pagi yang seharusnya cerah berubah menjadi mendung. Karena perdebatan pangeran Damian dan juga pangeran Tristan yang ingin menyuapi Naveen, tapi karena tidak ada yang ingin mengalah akhirnya mereka berdebat dan Kaisar Drilan bertindak cepat dengan cara membekukan kedua tangan pangeran Damian dan juga pangeran Tristan.

"Ini masih pagi, jangan cemberut. " ucap pangeran Devran yang berjalan di sisi Naveen.

Mereka berdua sudah sampai di Zevascar Academy dan dalam perjalanan ke kelas Naveen, dengan pangeran Devran yang mengantarkan Naveen.

"Kakak. "

"Hm. "

Naveen cemberut. "Aku ingin berlatih pedang, bisa-"

"Tidak. " potong pangeran Devran,

Dan akhirnya sampai di depan kelas Naveen. Pangeran Devran menepuk pelan kepala Naveen lalu segera pergi ke kelasnya.

Sebelum kedatangan Naveen, kelas ini sangat berisik tapi saat dia datang, kelas berubah hening. Naveen masuk ke dalam kelas dengan wajah menunduk dan ekspresi sendunya.

Naveen duduk di kursinya yang berada di urutan ke 4 dekat dengan jendela. Naveen merasa kesepian, karena tidak ada satu orang bangsawan yang ingin berteman dengannya, akhirnya dia hanya menatap ke luar jendela. Dimana ada gedung tempat pelatihan dasar disana.

Seseorang yang melihatnya merasa iba, kemudian dengan memberanikan diri. Murid tersebut duduk di samping Naveen, dan membuat teman-teman sekelasnya terkejut.

Kreettt

Suara kursi yang di tarik.

Naveen terkejut kemudian menoleh, sekarang di sampingnya ada seorang anak laki-laki seumurannya.

"H-hai kita belum kenalan, perkenalkan nama ku Radeven Jacquemus. Pangeran Mahkota dari kerajaan Quemus Salam kenal. " pangeran tersebut tersenyum ramah sambil mengulurkan tangannya.

Naveen terdiam, tapi kemudian dia menerima uluran tersebut dan tersenyum manis.

"Hai juga, perkenalkan aku Naveen Drilan Zelosville. Pangeran keempat kekaisaran Zelosville. "

Senyuman Naveen begitu mempesona, membuat semua murid memekik kaget. Mereka begitu takjub melihat senyuman yang begitu manis,  memang benar. Pesona keturunan kekaisaran Zelosville tidak bisa di ragukan. Mereka tampan dan berwibawa, mungkin ada pengecualian untuk pangeran keempat yang memiliki wajah menggemaskan.

Prince NaveenWhere stories live. Discover now