|2.2.4| 3.What This Love?

13 9 0
                                    

Yeojoo menatap gusar pada wanita paruh baya yang tengah menyesap secangkir teh di hadapannya. Kedua tangan wanita bermarga Min itu bahkan saling meremat di bawah meja. Yeojoo tahu benar apa yang akan dibahas oleh sosok wanita tersebut, namun kembaran Min Yoongi itu seperti tak memiliki kemampuan untuk menghindar bahkan pergi dari tempatnya berada saat ini.

"Apa kau sudah memutuskannya?" Satu kalimat tanya itu langsung nenek Kim lontarkan setelah meletakkan kembali cangkir teh miliknya di atas meja.

Tatapannya menyorot lurus kearah Yeojoo, tidak tajam namun cukup mengintimidasi wanita berperangai lembut namun tegas tersebut.

"Aku...tidak sanggup melakukan itu nenek" Jawab Yeojoo pelan

Nenek Kim menggeleng dramatis sambil mendengus pelan.

"Kau tidak kasihan pada Seokjin? Apa kau bermaksud membuatnya tidak memiliki keturunan selamanya?" Lagi nenek Kim berujar membuat dada Yeojoo seakan dihantam godam besar.

"Nek, aku akan berusaha lebih baik agar bisa mengandung. Tidak bisakah nenek memberi aku waktu sedikit lebih lama?"

"Kau mau berusaha berapa lama lagi? Atau kau mau menunggu aku mati dulu, baru mau memberikanku cicit?"

"Tidak nek"

"Lalu?"

Yeojoo mengigit bibirnya kuat-kuat mencoba menahan tangis yang nyaris saja tumpah dari kedua matanya.

"Seokjin anak pertama keluarga Kim, jika sampai dia tidak memiliki keturunan...itu akan menjadi cibiran orang nantinya" Kembali nenek Kim mencecar Yeojoo dengan kalimat yang begitu menyakitkan untuk wanita bersurai panjang itu.

"Lagipula aku tak memintamu bercerai kok. Hanya biarkan Seokjin membiarkanku mencari ibu pengganti agar Seokjin bisa mendapatkan keturanan dari wanita itu"

Tenggorokan Yeojoo terasa sakit, namun wanita itu mencoba menjawab ucapan yang dilontarkan nenek Kim "Kalau begitu, nenek sampaikan saja keinginan nenek langsung pada Seokjin oppa."

"Ck, jika dia mau mendengarkanku...aku takkan pernah minta kau membujuknya. Pria itu hanya akan mendengarkanmu, karena itu aku memintamu untuk mengatakan apa yang kuusulkan padanya"

"Jangan egois Yeojoo-ya, pikirkan masa depan suamimu juga"

Yeojoo hanya bisa menunduk dalam mendengar kalimat dari nenek Kim tersebut, bersama satu tetes air mata yang sudah mengalir di pipi putihnya.

.

|2|

.

|2|

.

|4|

.

Malu, itu adalah perasaan yang Dodo rasakan saat ini. Bagaimana tidak? Terbangun dengan jas Namjoon dalam dekapannya, pakaian yang berantakkan juga beberapa ruam merah di area sekitar leher dan beberapa di dekat dada, yang Dodo tentunya sangat tahu bagaimana ruam itu bisa tercipta. Belum lagi ingatan samar mengenai peristiwa kemarin yang terus berputar di kepala Dodo, semua hal tersebut membuat gadis bermarga Chae itu ingin menenggelamkan tubuhnya dalam palung Mariana saja rasanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 03, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

2 2 4 ( Today, Tomorrow, Forever)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang