02. First Kiss (?)

34 4 0
                                    

Amarana sibuk membuat salad buah sembari menunggu roti yang tengah dipanggang, menyiapkan susu juga belum. Sebenarnya ia sangat kerepotan melakukan pekerjaan rumah sendiri. Bisa saja ia mempekerjakan asisten rumah tangga, tapi ia enggan. Keputusan yang ia ambil memang tepat, sebagai seorang ibu dan istri otomatis semua ini adalah kewajibanya. Meskipun suaminya selalu memaksa Amarana untuk mempekerjakan seseorang, ia tahu kalau suaminya merasa tidak nyaman ketika ada orang asing yang berkeliaran di rumahnya, maka dari itu Amarana selalu menolak tawaran Samuel mentah-mentah.

"Amarana, kita sewa asisten rumah tangga saja, ya?" Samuel memeluk istrinya dari belakang. Entah sudah berapa kali bahkan dalam sehari Samuel menanyakan hal tersebut.

Amarana memutar tubuhnya, tersenyum hangat kepada suaminya.

"Sam, kamu tidak lihat? aku sedang sibuk." Ujar Amarana mengetahui tujuan terselubung Samuel yang memeluk nya secara tiba-tiba ini. Pasti ia hanya ingin meminta jatah harian pada nya.

Samuel berdecak.

"Alara, you are very pretty."

"Bay the way, kamu tidak ada inisatif untuk membantu mom?"

Alarana yang sedari tadi duduk di meja makan dan sibuk dalam pikirannya sendiri, menghela nafas.

"Thanks dad, mom, ada yang perlu Alara bantu?"

"Bangun kan Sean saja, sayang."

Setelah mendengar perintah dari Amarana, gadis berumur 20 tahun itu segera beranjak berdiri. Berjalan menaiki anak tangga, Alarana mendengar suara kecupan dari bawah. Astaga!

Alarana perlahan membuka pintu kamar adiknya, ia berjalan masuk ke kamar. Melihat adiknya tertidur pulas di atas ranjang, Alarana beringsut duduk di sisi ranjang.

"Sean wake up!" Alarana menggoyang-goyang kan tubuh beberapa kali, namun sang empu masih saja belum memberikan tanda-tanda bahwa ia sudah terlepas dari dunia mimpi.

"Sean, come on wake up! Time for breakfeast " ujar Alarana dengan kalimat berirama. Lagi, Alarana menggoyang-goyangkan tubuh itu dan belum ada respon sama sekali.

"Sean.."

Suara Alarana merendah saat menyadari ada hal yang tidak beres dengan adiknya. Kemudian mendekat kan telinga nya pada dada Sean.

Degub jantung adiknya itu masih bisa ia dengar, tetapi terdengar sangat lemah.

Alarana berjalan mundur lalu segera keluar kamar, menuruni anak tangga tergesa-gesa. Alarana mendapati Samuel yang sedang duduk di kursi sembari membaca koran, Amarana yang sedang meletakan roti bakar, salad, dan susu diatas meja makan.

Nafas Alarana memburu.

"Mom, Dad, Sean-

-strains-

Bintang bertaburan di langit malam, terlihat sangat indah. Sean jarang sekali melihat dengan mata kepalanya secara langsung. Hembusan angin menerpa wajah nya, terdengar berkali-kali suara klakson kendaraan kota,,dan itu sangat berisik. Anehnya, ia menyukai itu.

Sean sudah terlalu muak.

Ia hanya ingin menjalani hidup normal seperti kakak nya, apa kah itu salah?. Sebenarnya apa yang terjadi pada dirinya sehingga orang tua nya bersikap seperti itu?.

"Kakak!"

Sean melirik ke bawah setelah merasakan jaket nya di tarik-tarik dari bawah, ia mengerutkan keningnya ketika melihat anak kecil yang kelopak matanya sudah tertampung air bening yang siap menetes kapan saja. Dari mana datangnya anak laki-laki yang menggemas kan ini?.

StrainsWhere stories live. Discover now