14. Pertanyaan Ke 14

Start from the beginning
                                    

Terdengar sarkas bagi Juan, jelas berbeda untuk Rania. Ia peluk lengan Juan masih dengan bersandar manja. "Jadi pertanyannya apaan?"

"Pertanyaan terakhir ini ada dua Kak. Tenang! Kak Juan jangan protes dulu. Ini dari orang yang sama, bukan diborong kayak kapan hari. Emang pertanyaannya begitu, bisa di check langsung di sosmed official kita."

Deretan kata pembelaan itu membuat Juan meringis tertawa. "Iya, saya gak protes. Jadi pertanyannya apa?" dia terlihat lebih nyaman dengan tatapan banyak orang padanya.

"Tempat yang meninggalkan kesan banget buat kalian berdua ada di mana? Hal romantis apa dari satu sama lain yang bikin kalian ngerasa jatuh cinta?"

Juan yang lebih dulu menoleh, memperlihatkan pada yang lain jika jarak antara suami istri itu begitu tipis. Bertukar tatap menjadi komunikasi yang digunakan, tak ingin yang lain tahu hingga Rania menarik diri guna memberi jarak.

"Aku bahas hal romantis dulu," ujarnya. Kemudian mata itu naik dan turun memerhatikan Juan. Menggali ingatan tentang apa saja yang mungkin membuat Rania dapat jatuh cinta dengannya. "Aku gak tahu kalau diminta hal specific begitu. Kadang waktu Mas Juan ngajakin makan di luar aja aku bisa jatuh cinta sama dia. Tapi besokannya begitu lagi, aku biasa aja. Tergantung mood."

"Kalau Kak Juan?"

"Sama. Walaupun saya punya teori sendiri tentang hal istimewa. Saya gak bermaksud untuk gombalin istri," ia tatap Rania sesaat sebelum kembali menghadap depan, "tapi terlalu banyak hal sederhana dari Rania yang bikin saya jatuh cinta lagi. Karena setiap apapun yang Rania berikan sebagai seorang istri dan pendamping, saya syukuri. Tapi ada waktunya juga saya mikir, kalau gak ada hal special, saya khawatir gak bakalan ada pegangan di hari nanti."

"Jadi intinya apa?" itu tanya dari Rania yang sudah menjatuhkan dagu di pundak Juan. Jika saja Juan menoleh, maka hidung bangirnya dapat menyentuh ujung hidung Rania.

Dia tak menoleh, hanya meletakkan tangannya di atas paha sang istri. "Hal romantis itu adalah Rania sendiri. Jadi karena dia Rania Alisha, saya bisa jatuh cinta lagi dan lagi sama dia."

"Mau cium pipinya, gemes!" Rania berbisik di telinga Juan.

Sekali lagi Juan tak menanggapi, hanya mengulas senyum dengan jemari yang meremas paha Rania pelan. "Tempat yang meninggalkan kesan buat saya dan istri. Itukan pertanyaan yang lain?"

"Iya, Kak Juan!"

Rania menjauh begitu saja, bahkan pelukan pada lengan Juan terlepas. "Aku ada!" serunya sembari menatap Juan.

"Coba bisikin dulu," pinta Juan didukung bahasa tubuh.

Rania dekatkan bibirnya pada telinga Juan. Pandai mengambil kesempatan, Juan pun menyampingkan hadap, guna menutupi Rania yang tengah berbisik di telinganya yang lain. Keduanya paham dengan hal sederhana ini. Rania di sana belum berbisik, tapi mengecup daun telinga Juan. "Udah lepas gemesnya," bisik Rania. Lalu barulah iya berbisik hanya untuk Juan.

Juan beri jarak antara wajah mereka, "yakin?"

Anggukan Rania sulit untuk dibantah. Ia hadapkan diri ke depan, menatap penuh rasa percaya diri seluruh kru studio. "Ini adalah kejadian nyebelin, tapi kalau diinget lagi malah lucu!"

.

.

2020, LABUAN BAJO

Bulan madu yang Juan rencanakan di atas perairan, diakhiri Rania di atas daratan. Juan meyakinkan pada istrinya jika mabuk laut hanya tahap dari masa penyesuaian, tapi itu masih terjadi di hari kedua. Menjalang petang di hari kedua, mereka tiba di penginapan. Juan sepenuhnya berbaring pada ranjang yang diam. Malam itu mereka habiskan dengan berbaring sembari menonton televisi. Pagi hari, Juan sudah terlihat seperti dia yang istrinya kenal. Destinasi pertama yang dikunjungi oleh pasangan suami istri itu adalah pink beach.

Hi! JuaniaWhere stories live. Discover now