02. Pertanyaan Ke 2

322 45 42
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.

.

2021, STUDIO HI! JUANIA

"Kak Juan ada yang nanya. Gimana izin ke Kak Laiv sampai akhirnya bisa macarin adeknya?"

Jentikan jari Juan mengiring pria itu untuk sedikit maju ke depan. "Ini yang kemarin saya bilang bakalan diserahin untuk konten studio, 'kan?"

"Ya! Sama satu lagi pertanyaan hampir mirip. Waktu izin ke Kak Laiv apakah ada baku hantamnya?"

Juan terkekeh bersama jari yang menggaruk ujung hidung. "Sebenarnya saya udah sering dapat pertanyaan seperti ini. Karena seringnya mereka yang ada di posisi saya bakalan nyerah gitu aja. Adapun pihak sebaliknya yang mungkin menyerah karena tidak ingin ada konflik keluarga."

"Kalau cerita Kak Juan?"

"Saya?" tunjuknya pada diri sendiri, lalu menggeleng. "Saya bukan cuma ngeyakinin Laiv tapi juga Rania. Jadi bisa dibilang sekali dayung dua pulau terlewati. Tapi pertanyaannya tentang saya yang meminta izin Laiv, jadi saya jawab sesuai pertanyaan."

"Kebiasaan banget bikin orang penasaran,"

"Biar konten studio ini banyak yang baca. Jadi saya sebagai narasumber harus pintar menggantung cerita," ucapnya percaya diri dengan seulas senyum tampan.

"Terima kasih Kak Juan!"

Tawa Juan berderai memenuhi studio. Katakan suasana hati suami Rania ini sedang baik. "Saya mulai ceritanya!"

.

.

2017, JAKARTA SELATAN

Rania dari jendela kamarnya mengintip ingin tahu, apa kiranya yang Laiv dan Juan bicarakan. Setelah malam itu, esok harinya Juan datang ke rumah kakak beradik tersebut. Tidak untuk menemui Rania melainkan Laiv yang sedang menikmati tontonannya. Tampaknya Juan tak ingin memberi waktu untuk Laiv berpikir.

Sudah terbakar batang rokok pertama Laiv, ia hisap kemudian kepulan asap keluar kala dia memberi celah terbuka pada bibir. "Kalau lo dateng ke sini tentang semalam, lo pulang sekarang," tak ada emosi kentara pada nada bicaranya.

Juan yang duduk disampingnya hanya dapat menyunggingkan senyum kecil dengan pandangan turun. "Alasan lo ngelarang gue buat deketin Rania?" tanya Juan pelan.

"Karena gue tahu gimana lo sama perempuan selama ini," ia ambil isapan lainnya. "Lo bosan sama satu perempuan dan lo buat mereka yang mutusin lo. Karena lo mikir, kalau lo yang mutusin mereka saat lo mulai bosan, itu cuma bakalan nyakitin hati perempuan itu berkali lipat."

Sambutan Juan akan pernyataan Laiv tadi adalah sebuah kekehan kecil. Ia toleh kepala pada Laiv yang sama sekali tak memandangnya. "Setidaknya gue yakin kalau kita temenan gak sekedar hitungan hari."

Hi! JuaniaWhere stories live. Discover now