14. Pertanyaan Ke 14

209 23 52
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

(Note: chapternya panjang. Awas bosen.)

2021, STUDIO HI! JUANIA

Seperti yang telah disebut sebelumnya, jika pintu ruangan itu tak pernah tertutup rapat. Bahkan manusia seperti Arjuan Rafisqy tak mengetuk pintu saat masuk ke dalam. Kehadirannya lebih dulu disadari oleh Rania yang masih berada di ruangan itu. Sesi tanya jawabnya baru saja usai beberapa menit lalu. Juan masuk lebih dalam, tapi ayunan langkah terhenti kala tatap bersirobok pada satu hal tak asing. Ia yang kini mengenakan kaca mata lebih jelas melihat bungkus vitamin yang ada di ruang kerjanya di rumah. Tak ambil pusing, ia kembali menghampiri sang istri, namun berhenti kembali dengan alasan yang sama. Rasa ingin tahu bergelora dalam diri saat kepala memutar seluruh sudut, banyak bungkus vitamin yang sama.

Rania ambil gerak mendatangi Juan, menarik suaminya untuk duduk di tempat biasanya. Juan puas dengan pengamatannya, lalu melempar tatap bertanya pada Rania. "Ada yang mau Nia bilang sama Mas?"

Dahi Rania menimbulkan kerut serupa. "Apaan?"

"Vitamin?" satu kata dari Juan membuat Rania menarik diri dengan mulut terbuka lebar.

"Tadi Nia ambil satu pack vitamin yang ada di rumah. Kan gak masalah Nia bagiin ke anak-anak studio. Lagian ini tanya jawab terakhir kita, jadi ya gak masalah." Berulang penjelasan ia ucap. "Kan Nia lagi izin sama Mas Juan sekarang. Ini untuk kebaikan loh Mas, jadi gak boleh dilarang."

Tangan Juan terulur untuk mencubit pipi kanan Rania tak begitu keras. "Udah dipake baru izin. Nakal banget," ia berbisik kala mengucap itu.

Rania mengeluh sakit pipinya diperlakukan seperti tadi. Ia lepas tangan Juan dari pipinya, lalu mengecup punggung tangan suaminya dengan delikan mata genit. "Maaf ya suamiku sayang," ucapnya menahan tawa.

"Gak tulus," bisik Juan.

"Jangan lupa banyak yang nonton kita. Nanti Mas Juan yang malu sendiri kalau Nia lanjutin,"

Juan baru sadar jika tak hanya dia dan Rania yang berada di ruangan ini. Kepalanya menoleh kasar pada sisi lain, mendapati semua tatap tertuju pada dirinya dan Rania. Belum lagi tangannya masih digenggam oleh istrinya. Juan berdeham, perlahan menurunkan tangan keduanya tanpa menarik lepas. "Maaf," ujaranya singkat. "Kalau kalian cocok sama vitaminnya, kalian bisa datang ke rumah sakit tempat saya praktik. Nanti bilang saja ada janji dengan saya."

Rania bergelayut manja di pundak Juan, menumpu dagu di atasnya. "Kalian dapet privillage buat ketemu Dokter Arjuan, bukan Kak Juan."

Sorakan terdengar mengisi sudut ruang. "Karena durasi lagi nih Kak Juan dan Kak Nia, kita langsung aja ya. Kalian boleh duduk senyamannya, kita kuat kok menahan ke­-uwu-an kalian!"

Hi! JuaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang