03. Pertanyaan Ke 3

289 42 27
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.

.

2021, STUDIO HI! JUANIA

"Pertanyaan untuk Kak Nia. After doing it for the first time, besok paginya gimana? Apa gak awkward?"

"Awkward!" jawabnya pasti dengan suara lantang. "Kenyatannya melakukan hal seperti itu gak se-" lidahnya tergigit sebelum mengelum senyum "-aku bingung ngasih reaksi yang tepatnya. Intinya segala teori yang ada di luar sana gak bakalan pernah sama dengan praktiknya."

"Muka Kak Nia juga merah sekarang."

Dua tangannya langsung menangkup wajah. "Serius, aku lebih nyaman dengan pertanyaan after care Mas Juan. Tapi untuk pertanyaan ini, rasanya sayang kalau gak diceritain reaksi aku sama Mas Juan waktu itu. Saat itu aku nilai, suami aku memang ngoleksi mantan pacar, tapi dia sama newbienya kayak aku." Terucap setiap katanya sembari menahan tawa.

"Tapi Kak Nia sempat ngerasa gak kalau Mas Juan bakalan pro perkara ini?"

Rania menggeleng, senyum masih enggan luntur pada wajahnya. "Karena aku ngerasa aku juga gak newbie. Maksudnya, aku tahu teorinya jadi aku gak ngerasa aku akan mempermalukan diriku sendiri di depan suamiku. Meskipun aku sempat mikir apakah aku harus ngelakuin ini itu atau nerima tuntunan dia."

"Dan akhirnya? Kak Nia nerima atau lebih agresif?"

Rania tertawa kali ini, bahkan dua tangannya menutupi sempura wajah yang memerah itu. "Menurut kalian aku pasif atau aktif? Aku mulai cerita ya seberapa awkward kami after doing it."

.

.

2020, JAKARTA SELATAN

"Sayang," panggilan mesra itu Juan sertai dengan usapan pada puncak kepala sang istri. Hari kedua mereka resmi menyandang status baru. "Sayang bangun dulu sebentar," kali ini ia bubuhkan kecup pada sebelah pipi bulat Rania.

Lenguhan mengiring Rania membuka mata. Kerutan pada dahinya jelas menandakan wanita itu bingung. "Mas Juan kenapa di kamar Nia?" tanya terucap yang sempat membuat keduanya bingung. "Ah! Kita udah nikah," serak seruannya saat menyebut kenyataan.

Juan tersenyum, masih melarikan jari untuk bermain di surai Rania. "Subuhan. Tapi mandi junub dulu," kini ia sematkan kecup di dahi Rania.

Jari perempuan itu memegang ujung baju Juan yang terlihat rapi. "Mas Juan udah mandi?"

Juan mengangguk, "mandi dulu sana. Mas tungguin kalau mau jamaah," adanya masih betah Juan menyentuh istrinya seintim ini.

"Aku sendiri aja subuhannya."

Lagi Juan hanya mengangguk tanpa ada perdebatan lain. Pria itu keluar dari kamar untuk menunaikan ibadah sholat subuh di kamar lain. Rania memejam mata erat setelah suaminya tak terlihat lagi.

Hi! JuaniaWhere stories live. Discover now