mimpikah....?

7 3 0
                                    

Seperti yang dikatakan, pagi ini ada rapat bulanan kantor. Jam enam pagi Maudy sudah sampai dikantor dan menyiapkan semuanya. Karena ini pertama kalinya ia memegang tugas besar yang sebenarnya.

Ia mengecek semuanya satu persatu dengan sangat teliti. Setelah pukul 08.45 semua kepala personalia kantor masuk kedalam ruangan rapat.

Ia duduk ditempat asisten CEO dengan sedikit gugup. Walau semua sudah disiapkan dan dipelajari tetap saja rasa gugup itu menjalar keseluruh tubuhnya.

Mira menepuk bahunya"jangan gugup, aku yakin kamu bisa"tuturnya memberi semangat.

Maudy tersenyum dengan terpaksa.

Setelah semuanya sudah datang, rapat dimulai. Seperti biasa, dimulai dengan agenda keuangan, lalu statistik, produksi, pemasukan pengeluaran, perencanaan peredaran produksi dan terakhir tentang kegiatan kantor.

Semuanya dibahas dengan terperinci. Bahkan hampir semua staf personalia bangga dengan kerja keras dan kepandaian Maudy. Bahkan Mira, cinta dan Yuna yang ikut diruangan memberi jempol padanya.

Kini tinggal penutupan. Sudah dua jam rapat dilaksanakan. Namun, tanpa pemberitahuan tiba-tiba Arfhan datang dan masuk keruangan rapat.

Semua staf personalia dan orang-orang ada disana langsung bangkit dari duduknya. Begitu juga dengan Maudy.

"Itu bos besar"bisik Mira yang ada disebelahnya.

Mata Maudy langsung terbelalak dan nafasnya seakan tercekat dikerongkongan melihat pria yang masuk dan dikatakan Mira dia adalah bos besar.

Maudy mencengkeram erat ujung roknya. Ia tidak menyangka jika ia akab kembali dalam lubang hitam itu. Padahal ia sudah berjanji pada dirinya sendiri dan juga pada pria itu. Ia tidak akan pernah mencari, mengingat, bertemu atau bermimpi tentangnya.

Namun kali ini semuanya runtung setelah ia melihat pria yang sedang masuk keruangan itu adalah pria terkutuk empat tahun yang lalu.

Arfhan juga terkejut melihat Maudy yang berdiri ditempat asistennya. Wanita yang selama ini ia rindukan dan ia inginkan berada dan bahkan berdiri ditempatnya. Yaitu dikantornya.

Akan tetapi keptofesionalnya tetap terjaga. Walau ia sangat ingin memeluk, mencium dan mencumbunya. Ia tahu tempat dan waktu.

Arfhan berjalan melewati Maudy dan duduk ditempatnya."baiklah duduk semuanya"suruhnya.

"Bagaimana rapatnya? Apa ada kendala?"tanya Arfhan lagi.

"Ee..ti-tidak pak. Se-semuanya lancar dan terkendali. Semua sudah saya catat dan sudah bisa anda priksa nantinya."jawab Maudy gugup.

"Baiklah kalau begitu, ini juga sudah jam makan siang. Semuanya bisa kembali ketempatnya masing-masing"tambah Arfhan.

Semuanya menuruti perintah Arfhan, tapi Maudy tidak bisa pergi sebelum ada perintah dari Arfhan.

Setelah tidak ada satu pun orang disana selain mereka berdua, Arfhan menyandarkan punggungnya kebantalan kursi. Melipat kedua tangannya kedada.

Ia melihati Maudy dari ujung rambut sampai ujung kepala. Maudy semakin takut dan gemetar, bayangan hitam itu kembali menyelubungi pikirannya. Ia ingin segera berlari dan menjauh darinya.

"Nona Maudy Sirega. Aku tidak menyangka kalau itu adalah dirimu Rega. Bukankah kamu sudah bersumpah untuk tidak melihatku lagi? Lalu bagaimana kamu bisa berdiri dihadapanku sekarang?"

Dengan nafas keras dan mengatur kondisi perasaannya ia menatap pria itu.

"Kalau aku tahu ini adalah milikmu, aku tidak akan pernah mau melihat bahkan meliriknya pun tidak akan pernah mau!"tukasnya kesal.

My Memories of My FutureWhere stories live. Discover now