kantor baru

7 3 0
                                    

Empat tahun sudah Maudy Sirega menapakkan kakinya untuk bisa bebas dari ikatan rantai kesedihan. Ia mulai mengemasi dan menata semua yang nantinya dibutuhkan di kantor.

Ia tidak ingin dihari pertamanya bekerja mengalami kesalahan. Apalagi ini kantor besar dengan gaji besar. Seandainya, ia terlepas dari kesempatan ini. Ia harus memulai dari awal lagi.

Dengan tenang dan rapi ia menatap cermin besar yang ada diapartemennya. Walau apartemen ini sempit dan tua, tempat ini menemaninya selama empat tahun ini. Dalam suka dan duka ia terus tinggal disini.

Ia sedikit merapikan lipstiknya yang berwarna merah muda dengan glase yang mencolok. Sehingga membuatnya semakin menawan. Tubuhnya yang ramping dengan payudara ukuran 36A membuatnya semakin mempesona.

Diraihnya tas yang sudah ditata dengan perlengkapan kerjanya. Tidak lupa ia melihat jam yang ada ditangannya. Kini ia benar-benar siap menyongsong masa depan.

Tepat pukul 07.15, ia sampai dikantor. Dengan cepat ia menuju tempat yang kemarin sudah ditunjukkan sama HRD nya.

Dengan kepintaran yang dimilikinya, ia menjadi asisten CEO. Dimana pekerjaan yang sangat berat untuk dipikulnya. Namun, Maudy sudah sangat siap. Seberat apa pun ia akan berusahan untuk menjadi yang terbaik.

Semua tugas sudah tersusun rapi disana. Ia berdoa dan menghela nafas sebentar. Lalu ia memulainya. Ia harus memeriksa semua berkas-berkas tersebut dan mencocokkan dengan yang sudah-sudah.

Waktu berputar terus, kini sudah menunjukkan pukul 12.00. Waktu makan siang tiba.

"Oh, astagah! Kenapa sudah siang. Belum juga setengah aku menyelesaikannya. Ya Tuhan! Tolonglah aku"gumamnya berdoa sambil menatapi berkas-berkas yang ada dihadapannya.

Belum juga ia beranjak untuk makan, e-mail dari CEO masuk. Dan lagi-lagi memberikan perintah dan juga tugas. Padahal ini hari pertamanya, haruskah aku lembur? Gumam hatinya.

Cinta datang ketempatnya mencoba mengajaknya untuk makan. Tapi ia menolaknya dan hanya menitip sandwish dan ice cappucino saja. Karena tidak akan sempat untuknya makan dikantin atau diluar.

***

Ini sudah pukul enam sore, Maudy masih juga belum selesai dengan berkas-berkasnya. Kini ia memutuskan untuk lembur. Ia tidak ingin tugasnya semakin banyak untuk besok.

Semakin ia abaikan akan semakin banyak bebannya.

"Maudy, ini hari pertamamu. Ayolah, lanjutkan saja besok. Ini sudah selesai jam kantor"ajak Mira.

Mira temannya waktu dikampus. Walau hanya tiga semester saja mereka saling bersama. Saat itu, Maudy baru masuk kuliah sementara Mira sudah semester enam.

Maudy selalu menyendiri saat dikampus hingga akhirnya Mira yang sering datang menawari makanan atau minuman. Setelah itu mereka saling akrab.

Dan kali ini mereka satu kantor. Bahkan dengan Cinta dan Yuna juga satu kantor. Karena itu ia tidak merasa kesepian dan susah beradaptasi dengan kantor. Ada teman-teman yang sudah ia kenal sebelumnya.

"Aku tahu, Mir. Tapi lihatlah. Bagaimana bisa aku meninggalkannya. Masih sebanyak ini.."tolaknya sambil menunjuk berkas-berkas yang ada dihadapannya.

Mira juga ikut menghela napas panjang melihatnya."baiklah. Tapi ingat jangan lebih dari jam sebelas kamu berada dikantor. Dan jangan lupa hati-hati"ucap Mira mewanti-wanti.

Maudy mengangguk dengan penuh senyum. Mira pun berlalu dari hadapannya. Kini tinggal dirinya dan juga berkas-berkas penting diruangan tersebut.

Ia mencoba memijit pelan pelipisnya dan melanjutkannya lagi.

***

Arfhan duduk dengan wajahnya yang dingin menatap laptopnya. Ia tidak ingin berlama-lama di negara orang lain. Apa lagi ini sudah tiga bulan dirinya berada di itali.

Sebenarnya pikirannya masih di penuhi dengan wajah wanita empat tahun lalu. Walau ia sudah berjanji melepaskannya tapi ia tidak bisa melepaskannya dari pikirannya.

"Ayolah, beb. Lepaskan penat pekerjaanmu. Waktunya kita bersenang-senang"ajak wanita cantik dan juga sexy yang sedang bergelayut dipundaknya.

Arfhan menoleh kearah wanita itu dengan senyuman yang sebenarnya tidak ingin dikeluarkan.

"Baiklah. Sudah terlalu penat rasanya kutatap laptop ini"jawab Arfhan.

Tangan kanannya menutup laptop dan tangan kirinya meraih wajah wanita itu.

Tidak perlu membutuhkan waktu lama mereka sudah berada diatas ranjang dengan tubuh yang tanpa tertutup sehelai benang.

Lagi dan lagi, Arfhan melihat wajah wanita itu seperti wanita empat tahun yang lalu. Wanita yang setiap inci dan sentuhannya membuatnya terpuaskan.

Sebenarnya tidak ingin ia melepaskannya, ia ingin wanita itu selalu ada untuknya. Namun, wanita itu bersikeras untuk minta dilepaskan.

Memang tidak singkat wanita itu melayaninya. Dua tahun wanita itu bergulat dengannya diatas tempat tidur. Dengan cara memberontaknya untuk menolak membuatnya semakin bernafsu untuk menikmatinya.

Walau penuh penolakan tapi Arfhan selalu merasa sangat puas menikmatinya.

"Oh, ya. Lagi beb"pinta wanita itu yang mendapatkan hujaman milik Arfhan yang besar untuk ukuran para wanita.

Namun semuanya hanya pelampiasan saja. Ia masih mendambakan wanita yang membuatnya ketagihan dan juga puas.

Arfhan tidak pernah mau lebih dari satu ronde saat bercinta dengan wanita-wanita yang menemaninya. Itu pun sudah membuat para wanita kuwalahan mengimbanginya.

Berbeda dengan masalalunya, ia bisa dua sampai tiga ronde dalam sekali main. Selalu membuat wanita itu kesakitan keesokan harinya.

***

Maudy kembali melihat jam tangannya. Sudah pukul sembilan malam dan akhirnnya selesai juga. Ia tersenyum senang dengan meregangkan kedua tangannya keatas kepala karena kelelahan.

Dengan cepat ia merapikan semuanya. Ia tidak mau menunda waktunya untuk tidur manis dan bergulat dengan kasur dan juga selimut tebalnya.

Baru juga sampai didepan lif ponselnya berbunyi. Setelah dilihatnya e-mail dari bos besar. Tugas untuk besok pagi yang harus ia siapkan sebelum jam sembilan pagi. Karena ada rapat bulanan kantor yang harus ia handel selama bos besar pergi keluar negeri atau luar kota.

Maudy langsung menanyakannya apa saja yang harus disiapkan. Setelah selesai ia kembali melanjutkan perjalanan pulangnya.

Ia tidak menyangka kalau pekerjaannya dihari pertama harus melelahkan seperti ini. Tapi mengingat gaji yang akan diterima nanti, ia merasa semua penatnya hilang dari tubuhnya.

Tanpa alasan apa pun ia langsung pulang keapartemennya dan pergi tidur. Ia tidak mau ada kesalahan apa pun untuk urusan pekerjaannya. Besok pagi masih banyak tantangan yang harus dilaluinya. Hal itu membutuhkan banyak tenaga dan pikiran yang fresh.

Apa lagi mengingat masa lalu, ia berharap tidak terulang lagi. Sudah nyaman dengan kebebasan yang ia terima. Tidak mau terkurung dalam sangkar hitam dan kelam lagi.

Sudah susah payah baginya merangkak kelubang cahaya yang kecil dan sempit. Ia tidak mau terjerumus lagi dalam lubang hitam yang pengap.

Itulah yang menjadi momok untuk dirinya agar bisa merangkak walau pun itu sangat sulit untuk diraihnya. Dan bayang wajah pria itu tetap dalam mimpi dan juga benaknya.

My Memories of My FutureWhere stories live. Discover now