"Besok sekolah, kan? Buruan masuk," tegur Ruth membuat Adinda menggaruk kepalanya kikuk.
"Aku juga punya banyak adek di sini. Tapi aku ngerasa belum bisa jadi kakak yang baik buat mereka. Bahkan aku sering ngerasa iri kalo ibu panti menomorsatukan kebutuhan mereka dibanding aku."
Tepat sekali. Ucapan Adinda benar-benar menyentil hatinya. Ruth tertunduk. Tatapannya yang selalu berapi-api tiba-tiba mendung.
Itu sebabnya gue milih jalan lain. Gue nggak membenarkan pilihan gue, tapi gue juga nggak mau disalahin karena udah milih jalan ini.
"Mampir dulu, Kak?" tawar Adinda berharap Ruth mengiyakan. Ia masih ingin berbincang dengan gadis yang hari ini resmi ia jadikan idola itu. "Aku buatin teh jahe. Hehe."
Ruth menggeleng lemah. Tersenyum kecil sembari mencubit gemas pipi Adinda. "Gue mau langsung balik. Udah nggak sabar perang sama Romeo. Mau minta kejelasan juga kenapa tangan gue bisa ancur pas nonjok mukanya."
Adinda mengangguk-angguk. Meski terlihat berat melepas kepergian gadis itu, tapi ia kembali lega saat teringat jika esok hari keduanya bisa bertemu lagi. Tinggal datang ke tempat aneh itu karena ia yakin Ruth akan kembali ke sana.
Terdiam sesaat, Adinda mencoba mengingat-ingat nama tempat aneh yang ia datangi tadi.
"Ya, Eros Kingdom," gumamnya. Sabar berdiri di tempat semula menunggu Ruth menghilang di tikungan. "Besok pulang sekolah aku harus ke sana."
***
Ruth merasa seseorang membututinya. Namun setiap kali berbalik, tak ada siapa pun di belakangnya. Jalanan sepi. Dan ia merutuki kenapa tadi mengabaikan saran Eros yang meminta salah satu lelaki di sana menemaninya.
Tapi begitu teringat wajah-wajah suram para lelaki itu, Ruth tersenyum geli. "Nggak ada yang bisa diandelin. Yang satu di kursi roda, yang satu cowok mesum, satunya lagi nggak jelas cwk apa cwk."
Desahan berat napas gadis itu seolah mewakili apa yang ia rasakan hari ini. Di DO menjelang masa skripsi, kejadian tak masuk akal di kampus saat seolah waktu terjeda, dan pertemuannya dengan orang-orang aneh di Eros Kingdom.
Seharusnya ia segera kembali ke sana. Membaringkan tubuh dan segera terlelap, itu pun kalau di sana ada ranjang. Ruth baru melihat bangunan itu dari luar. Yang tentu isinya sangat berbeda jauh dengan tampilan luarnya yang seperti rumah tua nyaris rubuh. Gadis itu belum tahu betapa mewahnya seluruh perabotan di dalam, juga interior modern serba pink yang pasti akan menyilaukan matanya.
Tapi langkah gadis itu berbeda dari ketika ia pergi mengantar Adinda pulang menuju panti. Bukannya lupa jalan, tapi ia ingin mampir ke rumahnya dulu untuk memastikan keluarganya baik-baik saja.
"Di mana dia? HA? Kalian pasti menyembunyikannya!"
Belum juga mendekati rumah, Adinda dikejutkan dengan teriakan kencang dari seberang jalan.
"HEI, PELAKOR KELUAR KAU!"
Kali ini teriakan itu lebih kencang dan sengaja diperjelas di bagian kata 'Pelakor' . Tak hanya makian yang terdengar, dari tempatnya berdiri, Ruth melihat rumahnya dilempari botol-botol bekas juga sampah oleh orang-orang tak dikenal.
"Pergi kalian dari kampung ini! Memalukan saja!"
Tak jauh dari rumahnya, tampak sesosok wanita berpenampilan elegant melangkah mendekati ibu dan saudara-saudaranya yang berdiri di teras. Saat matanya menajam, Ruth mengetahui jika sosok wanita itu adalah istri Janendra, pria yang menjalin hubungan terlarang dengan dirinya.
"Di mana gadis jalang itu?" tanya si wanita sengaja menaikkan intonasi bicaranya agar semakin banyak orang yang berkerumun.
"Kak Ruth nggak ada. Udah beberapa minggu nggak pulang.."
YOU ARE READING
LOADING ERROR
RandomEros Perlambang Asmoro, sering dipanggil Cupid Millenial oleh teman-temannya. Sebutlah Mak Comblang versi kekinian. Tak terhitung berapa banyak pasang manusia yang akhirnya bisa berjodoh berkat perantara tangan dinginnya. . Malangnya, ia mengalami...
MENDESIS
Start from the beginning
