"Gue bisa beresin sendiri. Nggak usah bantu gue," tukas Lord dengan nada tinggi saat menyadari kedatangan Eros dari pintu dapur.
Ini bukan perkara mudah. Eros tahu betul itu. Membantu seseorang saling jatuh cinta tentu jauh lebih mudah dibanding menyadarkan seseorang untuk mencintai dirinya sendiri.
Lihat bagaimana Lord membentaknya dengan wajah depresi. Lelaki itu kesulitan mengambil lap yang ada di atas kulkas, namun terus memaksa berdiri dari kursi rodanya.
Ini baru satu target. Eros belum melihat luka-luka tak kasat mata dari target lainnya.
Benar, ia harus bekerja keras untuk menyelesaikan tugas dari Love Cupid, sebagai imbalannya agar dapat kembali ke dunia.
***
Dua gadis itu berjalan beriringan membelah keheningan malam. Adinda tak henti memandang kagum gadis yang berdiri di sebelahnya. Sudah cantik, baik pula, pemberani, dan kuat. Masih terekam di kepalanya, bagaimana kerennya Ruth saat melawan Romeo. Walau akhirnya kakak barunya itu kalah dan malah terluka. Tapi tidak mengurangi kekagumannya pada Ruth yang tampak keren di matanya.
"Oh, ya. Pake ini, Kak," ucap Adinda di sela-sela perjalanan keduanya. Ia cepat mengeluarkan obat merah dari dalam tasnya juga perban putih ringan untuk membalut luka gadis itu. "Sakit, ya, Ka?"
Perhatian Ruth malah teralihkan oleh hal lain. Bukan pada tangannya yang lecet. "Lo ke mana-mana bawa kayak gitu? Udah kayak apotek jalan."
Adinda tersenyum canggung. "Di sekolah banyak yang nggak suka sama aku. Kadang tiba-tiba ada yang nubruk dari belakang, dorong pas aku lagi bawa banyak buku, sering juga.."
"Lo kena bully di sekolah?" potong Ruth tak sabar. "Hah, siapa yang berani bully lo?"
Bola mata Adinda mengedar. Bingung harus menjawab bagaimana, karena kenyataannya hampir seisi sekolah membencinya. "Mungkin aku nggak bisa membaur sama mereka."
Jelas Adinda menyadari betul sikapnya yang menyebalkan membuat seisi sekolah menjauhinya. Seolah ia sengaja mendirikan benteng jarak. Tak ingin berteman dengan siapa pun. Anak-anak pun menganggapnya sebagai pribadi yang 'sombong' karena kepintaran yang ia miliki. Padahal Adinda hanya ingin melindungi masa depannya. Ia bukan anak orang kaya. Ia bahkan tak punya orang tua. Ia hanya bisa melawan kerasnya kehidupan jika ia punya kekuasaan.
Dan tanpa previllege dari orang tua, kekuasaan hanya bisa didapat dari kerja kerasnya sendiri. Beruntunglah mereka yang lahir dengan status anak 'orang kaya'.
"Pasti karena lo tinggal di panti, mereka jadiin itu alasan bully lo," tebak Ruth asal, yang sepertinya benar karena Adinda hanya diam saja. "Cih, kekanak-kanakan banget. Bilang sama gue kalo besok-besok ada yang bully lo lagi."
Ini kali pertama seseorang menawarinya perlindungan. Dan Adinda, bisa merasakan ketulusan dari gadis itu. "Ah, enak banget kalo bisa punya kakak kayak Kak Ruth."
"Issh, gue nggak buka pendaftaran adek. Di rumah adek gue udah banyak," ceplos Ruth mendadak rindu keributan adik-adiknya di rumah.
"Waah, jadi iri, kan. Pasti Kak Ruth ini kakak yang baik, yang selalu jagain adek-adeknya. Sama orang baru kayak aku aja, Kak Ruth bela mati-matian," sambung Adinda, tak henti-hentinya memuji gadis itu.
Ruth tersenyum palsu. Nyatanya ia hanya berhasil menjadi kakak yang baik selama beberapa tahun saja. Sebelum akhirnya gadis itu meninggalkan rumah dan memutuskan menjalani kehidupan baru tanpa ingin bersinggungan dengan keluarganya lagi.
Apa jadinya kalau Adinda tahu dirinya adalah perempuan simpanan?
"Nah, udah sampe, Kak!"
Suara Adinda memecah lamunan gadis itu. Keduanya berhenti di depan rumah sederhana yang memiliki halaman kecil namun terlihat asri. Saat Ruth hendak berpamitan, ia melihat Adinda terdiam dengan raut sendu. Seperti enggan masuk rumah.
STAI LEGGENDO
LOADING ERROR
CasualeEros Perlambang Asmoro, sering dipanggil Cupid Millenial oleh teman-temannya. Sebutlah Mak Comblang versi kekinian. Tak terhitung berapa banyak pasang manusia yang akhirnya bisa berjodoh berkat perantara tangan dinginnya. . Malangnya, ia mengalami...
MENDESIS
Comincia dall'inizio
