bagian 37

6K 429 32
                                    

Sebelum baca please follow ya guys. Ada beberapa yang sering vote tapi belum follow. Nggak rugi kok guys. Itung itung apresiasi buat autdhor biar tambah semangat berkarya. Makasih
Selamat membaca
.
.
.

Ada jeda yang lumayan panjang setelah kami lepas dari rasa lelah. Rasanya waktu tak kunjung berakhir sebab kami enggan untuk beranjak dari ranjang.

"Bisa kau jelaskan?"

Aku membuka suara pelan. Kentara masih ada nada lemah disana setelah kegiatan nakal kami LAGI hari ini. Kurasakan jari jarinya mengelus rambutku, nafasnya menubruk ubun ubunku, untuk itu seharusnya aku telah tau dan mengerti, nyatanya semua itu membuatku tak kunjung percaya bahwa dirinya benar telah kembali.

"Aku ada disini bukankah lebih penting dari pertanyaan mu itu"

Kata katanya tersebut bukanlah bentuk rasa kesal atau apapun yang akan memicu pertengkaran. Lebih tepatnya ia menyampaikan secara tidak langsung bahwa ia belum mau membahas apa apa dulu sekarang. Ia hanya ingin diriku dan aku pun sama.

Tak ada yang bisa mengalahkan rasa egoku selama ini. Rasa ingin tahuku selalu terpenuhi, namun kali ini aku memilih diam membiarkan semuanya lebih lama dulu. Pasalnya hatiku masih belum sembuh dari rasa sakit dan bimbang dalam waktu yang bersamaan.

........

Setelah menghabiskan cukup lama waktu diranjang. Aku menjauh sedikit darinya agar dapat melihat wajahnya. Wajah yang kurindukan satu tahun terakhir. Wajah yang tak pernah hilang dari sensor syarafku.

"Satu tahun terakhir kau...."

"Amerika"

Aku terdiam karna omongannya yang menjeda perkataanku. Ahh, sikapnya tak berubah. Bicaranya setengah setengah pada wanita seperti aku yang tak sabaran. Pandangan kami beradu beberapa detik, berikutnya ia kembali membuka suara.

"Aku menjalani oprasi di Amerika. Lalu menjalani pemulihan dan baru bisa kembali kesini setelah satu tahun" dia menjeda omongannya sembari tangannya mengelus pipiku sesekali menyusuri rahangku. "Eomma mu dan semua keluargaku tau. Dan aku mengatakan pada mereka untuk mengatakan padamu kalau aku sudah tiada"

Aku memukul dadanya sekali lagi, jahat sekali fikirku. Apa ia kira ini adalah hal yang lucu? Aku hampir mati waktu itu, aku tak sanggup bertahan dan merasa semuanya akan berakhir.

"Kenapa?" Tanyaku pelan setaraf bisikan karna lagi lagi tangisku pecah begitu saja.

"Karna aku ingin kau bahagia. Aku ingin kau tak memikirkan pria penyakitan sepertiku. Aku tidak mau kau khawatir setiap saat"

"Lalu apa kau fikir aku baik baik saja saat tau kau tiada. Caramu salah Jung. Aku hampir mati tanpamu. Aku fikir kau sudah paham perasaanku, ternyata tidak. Kau egois"

"Maafkan aku. Aku terlalu mencintaimu hingga salah memilih keputusan. Aku terlalu takut kehilanganmu Jung Soo Yun"

Berapa kali lagi harus kukatakan kalau aku lebih mencintainya. Tak ada yang lebih menakutkan dari pada kehilangannya, alasannya tak masuk akal. Seharusnya ia memberitahuku karna tugasku adalah selalu ada untuknya. Namun Jungkook malah membuatku terlihat seperti orang bodoh dan jahat secara bersamaan.

CEO JJK [✅]Where stories live. Discover now