"Alangkah lebih baik jika kalian segera berkenalan. Karena seperti kata pepatah, tak kenal maka tak sayang," kata Eros menggurui. Tak lupa mengayun-ayunkan telunjuknya seperti ibu yang berusaha mendamaikan anak-anaknya.
Romeo melipat tangan di depan dada. Menaik-naikkan sebelah alisnya menggoda gadis yang sejak tadi menatapnya sinis. "Ah, kata siapa tak kenal maka tak sayang. Buktinya, gue belum kenalan sama kakak ini, tapi udah bisa sayang sejak pertama ketemu."
Ruth mendelik. Ia bergeser untuk melindungi Adinda yang berdiri di belakangnya. "Lo macem-macem lagi -"
"Eh, ampun-ampun.. Becanda doang. Ampun jangan disetrum lagi," kata Romeo buru-buru ketakutan.
"Setrum?" Inge bertanya dengan wajah bingung. "Maksudnya, bawa stop kontak gitu ke mana-mana?"
Tak ada yang merespon. Mereka hanya menatap datar pada Inge yang masih menanti jawaban dari pertanyaan bodohnya.
"Lo pikir dia PLN apa?" celetuk Lord setelah lama terdiam dan hanya menyimak keributan itu. "Emang di sini nggak ada yang bener, ya. Isinya orang aneh semua."
"Heh, lo pikir cuma lo satu-satunya manusia normal di sini? Lo yang paling aneh. Bisa-bisanya jeruk makan jeruk. Terong makan terong." Romeo sampai monyong-monyong saking kesalnya.
"Yang lo liat di dalem tadi itu cuma kesalahpahaman. Si bandeng presto ini jatoh. Gue nggak sempet ngehindar." Tatapan tajam Lord terlempar pada Eros yang malah duduk dengan santai sembari memain-mainkan kukunya. "Haisssh, dasar gila lo semua!"
Tak ada alasan bagi Lord untuk tetap bertahan di sana.
Di antara orang-orang yang menurutnya aneh itu, satu di antara mereka masih terlihat normal. Gadis yang sengaja berdiri menjauh, menyingkir dari yang lainnya. Kelihatannya pendiam. Bahkan sejak tadi gadis itu sepertinya belum bersuara.
Saat para target saling serang dan saling mengolok-ngolok satu sama lain, gadis itu hanya menyimak dengan estetik perdebatan mereka tanpa mencoba terlibat.
"Sumber dari segala sumber keributan di sini kayaknya dia, deh," ucap Lord di sela-sela keributan itu. Seketika seluruh tatapan tertuju pada Eros. "Heh, bandeng presto. Lo, kan, yang bawa kita ke sini?"
Diam-diam Eros gemetar. Melihat para target memiliki kemampuan di luar manusia biasa, nyalinya mendadak menciut. Ia merasa terpojok dan terintimidasi ketika para target berjalan mendekatinya. Kakinya mundur perlahan. Matanya berkeliling mencari celah untuk kabur.
"Apa ada kaitannya dengan email ini?" Ruth mengangkat ponselnya dan menunjukkannya ke hadapan Eros. "Lo, kan, yang ngirim email kuisioner ini? Tujuan lo apa bawa kita ke sini?"
"Duhh, bego banget eyke belum nyiapin jawaban." Eros mengusap-usap dahinya dengan punggung tangan. "Eyke, kan, nggak boleh ngaku kalo lagi koma dan butuh mereka supaya eyke bisa hidup lagi?"
Ruth mendesah pelan. Ia mencengkeram bahu lelaki itu kemudian melepas kaca matanya. "Kita liat aja, sampe kapan lo bisa bertahan diem?"
Romeo menggeleng-gelengkan kepalanya. Bulu kuduknya meremang. Ia masih teringat sensasi mengejutkan itu. Ketika tiba-tiba lehernya terasa seperti disetrum. Bahkan rasa kejutnya semakin menjadi saat ia berusaha melawan gadis itu.
"Semoga lo nggak sampe pingsan, ya," ucap Ruth setengah berbisik ketika perlahan ia membuka matanya dan mulai memfokuskan penglihatannya pada satu titik.
***
(Special part - Kesan Pertama Pertemuan Romeo, Ruth, dan Adinda)
Ketika Romeo sedang berdebat dengan Lord di teras Eros Kingdom, keduanya mendengar suara kasak-kusuk di balik semak-semak. Takutnya lagi ada pasangan yang berkembang biak. Batin Romeo, lumayan ngebokep gratis. Tapi ternyata ia hanya menemukan sesosok gadis dengan rambut yang dikuncir tinggi, sedang mengawasi suasana di halaman Eros Kingdom.
YOU ARE READING
LOADING ERROR
RandomEros Perlambang Asmoro, sering dipanggil Cupid Millenial oleh teman-temannya. Sebutlah Mak Comblang versi kekinian. Tak terhitung berapa banyak pasang manusia yang akhirnya bisa berjodoh berkat perantara tangan dinginnya. . Malangnya, ia mengalami...
TANGIS
Start from the beginning
