Sejak pertemuan keduanya di jembatan maut, ini kali pertama Lord mendengar Inge berbicara tanpa jeda disertai emosi yang meledak-ledak. Biasanya gadis itu bersikap sungkan, dikit-dikit minta maaf dan terlihat berhati-hati tiap kali berinteraksi dengan orang lain.
Namun sepertinya, kali ini gadis itu benar-benar marah.
Lebih tepatnya kecewa.
"Gue nggak ngerti lo ngomong apa," tanggap Lord setelah lama terdiam.
Walau terlihat lelah juga marah, Inge mencoba meredam emosinya. "Waktu kita sembunyi tadi, lo tiba-tiba kejang. Lidah lo sampe berdarah karena terus lo gigit."
Ketika mendengar Inge bercerita, tatapan Lord perlahan turun. Ia melihat telunjuk gadis itu berbalut hansaplast bermotif kartun.
"Oh, ini kena air panas waktu gue lagi bikinin susu buat Anyeong," kata Inge buru-buru lalu menyembunyikan tangannya ke belakang.
"Tapi gue jadi penasaran," Inge mendekati Lord dan menatapnya penuh selidik, "lo sebenernya siapa.. atau apa? Kok bisa ngilang?"
Karena tak kunjung mendapat respon dari lelaki itu, Inge membungkuk. Menyeterakan tingginya dengan Lord yang duduk di kursi roda.
"Hmm?" Inge mengedikkan dagunya sembari mengerucutkan bibir. "Ayo, kasih tahu gue." Ia menarik-narik lengan baju lelaki itu namun segera ditepis kasar.
"Yang jelas gue bukan monster!" tanggap Lord setengah membentak. "Dan lo sendiri apa nggak nyadar kalo lo juga aneh? Kejadian di jembatan, itu bukan cuma kebetulan doang, kan?"
Menyadari jika gadis itu mulai terintimidasi, Lord melancarkan serangan balik. "Yang harusnya lo gelantungan di jembatan dan hampir jatoh, tapi malah gue gantiin posisi lo di situ. Coba jelasin pake teori apa pun yang bisa masuk logika gue."
"Kan gue tanya duluan, kok lo malah balik tanya?" balas Inge terdengar santai. Bulu matanya yang lentik berkedip-kedip polos. "Ayo, kasih tahu gue rahasia lo. Janji deh, gue bakal jaga rahasia."
Kesal karena Inge terus mengganggunya, tanpa sadar ia menepis kasar tangan gadis itu ketika mencoba menyentuh kursi rodanya.
Bruk
"Aduh..."
Gadis bertubuh mungil itu mengusap-usap pantatnya yang mendarat mulus di tanah. Ia langsung memeluk erat Anyeong, memastikan bayinya tidak terluka.
"Aigoooo... "
Suara centil nan ceria itu mengalihkan fokus keduanya. Inge yang kesulitan bangkit karena Anyeong tak bisa diam, tersenyum begitu mendapati seseorang mengulurkan tangan di depannya.
"Apa aku bertemu dengan malaikat?"
Eros mundur beberapa langkah. Terkejut mendengar kalimat yang diucapkan tanpa sadar oleh gadis itu.
"Malaikat?" tanya Eros dengan jantung berdegup kencang.
"Mana ada manusia setampan ini di dunia? Kamu pasti turun dari kayangan, kan?" Inge tak berkedip, terpesona pada pandangan pertama.
Rupanya gadis itu tidak belajar dari kesalahannya di masa lalu. Masih saja lemah dengan lelaki tampan. Terakhir kali ia merebut kekasih sahabat, hanya perkara lelaki itu jauh lebih tampan dibanding kekasihnya sendiri.
"Lo pasti bakal lebih syok kalo liat gue."
Romeo datang dengan segala trik tepe-tepenya (tebar pesona). Ia berjalan congkak menghampiri Inge. Di belakangnya tampak dua gadis mengekorinya. Satu berwajah masam, sementara gadis yang lebih muda terlihat ketakutan.
"Wah, wah. Ternyata lo udah punya suami sama anak, ya. Benar-benar keluarga bahagia," celetuk Romeo sembari membentuk jari-jemarinya menyerupai kamera.
YOU ARE READING
LOADING ERROR
RandomEros Perlambang Asmoro, sering dipanggil Cupid Millenial oleh teman-temannya. Sebutlah Mak Comblang versi kekinian. Tak terhitung berapa banyak pasang manusia yang akhirnya bisa berjodoh berkat perantara tangan dinginnya. . Malangnya, ia mengalami...
TANGIS
Start from the beginning
