20

40 6 1
                                    

Selamat membaca ...

Noah tengah asyik memilah-milah buku yang ada di dalam lokernya. Beberapa hari terakhir dirinya mulai nyman dengan membawa semua buku pelajaran ke sekolah dan menyimpan di dalam loker jika tidak digunakan.

Tebak, siapa yang menyuruhnya melakukan hal ini.

Tepat sekali, Gabriella Somi.

Tiba-tiba sebuah tangan kekar merambat membelai otot perutnya. Membuat Noah otomatis berbalik dan menatap tajam sang pelaku.

"Ih kasar banegt sih!" keluh Jaehan setelah Noah dengan kasar melepas paksa tautan tangannya.

Sungguh tidak peduli jika saat ini mereka tengah menjadi pusat perhatian banyak orang.

Satu orang tampan saja sudah menarik perhatian. Apalagi ini dua orang. Dan sedang melaukan hal tidak normal.

Sungguh wow bagi netizen sekitar.

"Gila, kalo Gue dikira homo gimana?" ketus Noah sambil menyelesaikan urusannya dengan loker.

Jaehan memutar bola matanya malas. "Mana mungkin, Lo kan sama si Gaby."

Noah terdiam sejenak mendengar itu. Rasanya sangat tidak nyaman terdengar di telinga. Apakah dirinya harus merasa bersalah?

"No?" panggil Jaehan pelan. Kali ini suasana berubah menjadi serius.

"Gue minta maaf buat semua. Makasih udah ngasih kesempatan buat Gue sama Gaby waktu itu," lanjutnya.

Sedangkan Noah hanya bergumam singkat. Sebenarnya lelaki itu sedikit tersentuh dengan kalimat Jaehan—sedikit saja ya.

"Hello guys," sapa Haidar mengintrupsi.

Membuat dua orang itu menoleh padanya. Melihat Haidar tampak ceria seperti biasa. Apakah ada kabar gembira?"

"Ada kabar gembira apa ceria banget Lo?"

"Biasa juga ceria Gue," jawabnya, sambil menggandeng kedua lengan sahabatnya di kedua sisi.

"Lo ditolak ya?" selidik Jaehan tajam.

"Kok Lo tau sih, cenayang ya?" balas Haidar sok heboh.

Membuat Jaehan dan Noah saling bertatapan. Apa yang Chika katakan sampai-sampai sahabatnya ini bertingkah aneh.

"Kok Lo biasa aja sih?" cerca Jaehan tak percaya.

Haidar memutar bola mata malas. "Terus Gue harus ngapain? Nangis keliling komplek?"

"Kenapa Lo ditolak?" Noah sedikit penasaran dengan alasan kenapa sahabatnya ditolak oleh seorang gadis.

Dirinya sudah membicarakan ini sebelumnya dengan Gaby. menurut Gaby, kemungkinan Haidar akan diterima adalah delapan puluh persen.

Jadi kekasih Noah sudah salah tebak?

"Dia mau fokus ujian. Besok udah ujian, bulan depan Gue tambak lagi mungkin diterima."

Jaehan langsung memasang wajah tak percaya.

"Kalo diterima, kalo udah diambil orang lain? Emang Lo ikhlas?" cerca Jaehan sinis.

Kini Haidar yang menatap sengit Jaehan. "Ikhas, sekarang Gue tanya. Lo ikhas si Gaby jadian sama Noah?"

"Ikhlas! Asal dia bahagia," jawab Jaehan pasti.

"Yaudah Gue juga ikhlas. Gitu aja repot."

"Nah No, Lo ikhlas gak tahun maren si Jaehan sama Gaby?" tanya Haidar membuat Jaehan kebingungan.

"Akhirnya ikhlas."

"Nah kan, si Noah dulu ikhlas, sekarang jadi pacaranya. Ini Cuma masalah waktu intinya." Final Haidar sambil menjatuhkan bokongnya pada kursi.

Tak lama lelaki itu mengambil sebuah buku tebal dari dalam tas. Membuka—lalu membacanya dengan serius.

***

"Anjir! Sengaja ya Lo beliin stroberry milk shake buat Gue?"

Haidar yang tengah fokus menyusun satu per satu makanan ke atas meja menoleh kepada Jaehan dengan malas. Intrupsi dari Jaehan atas hasil kerjanya membuat pemuda itu berdecak sebal.

"Gak usah ge er. Itu buat Gue, ini punya Lo."

Haidar menaruh segelas tinggi kopi dingin sesuai dengan keinginan Jaehan sebelumnya.

"Hehehe, tencu Haidar ganteng," ucap Jaehan. Sukses membuat Haidar mengerlingkan bola malas mendengar kata-kata manis itu.

"Udah lama banget gak ngongkorng bareng gini."

Noah akhirnya bersuara. Untuk beberapa saat, pemuda itu terdiam. Seperti yang dikatakannya, mungkin Noah sedang memikirkan seberapa jarangnya mereka bertiga berkumpul bersama seperti sekarang ini.

"Eh iya juga," balas Jaehan mengiyakan.

"Wajar sih, kita sibuk persiapan masuk universitas, lo berdia juga sempet pada canggung kan?"

Jaehan dan Noah mengangguk setuju. Sama sekali tidak mengelak jika kecanggungan di antara keduanya membuat persahabatan mereka sedikit merenggang.

"Yang udah gak usah dipermasalahin lagi. Sekarang dan kedepannya Gue pengen kita sama-sama terbuka. Kehidupan kampus lebih complicated dari pada sekarang yang kita alamin ini."



Terimakasih sudah membaca. Jangan lupa tekan bintang dan tinggalkan jejak di kolom komentar. Nantikan bab selanjutnya.

Missing Puzzle PieceTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon