Barangkali diajari oleh Jihwa. Well, sebelum mengenali Jiya, bagi Jimin, Jihwa adalah satu-satunya perempuan edan yang ia kenali. Memangnya bagaimana cara Jihwa mendapatkan papanya Jimin? Tentu saja dengan menjadi perempuan sinting—seperti Jiya yang mengambil Jimin dari Yieun.

“Lagipula kenapa dilepas, sih? Aku masih mau mencium kamu,” rengek Yieun secara mendadak. Eccentric.

Jimin tak membalas. Ia tidak mengerti dengan perubahan Yieun. Sehingga sebab tidak mau membuang-buang waktu, Jimin kembali melanjutkan langkah menuju radas transportasinya. Meladeni perempuan itu malah adaptabel untuk membuat Jimin mendetonasikan amarah.

“Padahal kekasih kamu itu bisa jadi masih saling memberi afeksi fisikal satu sama lain dengan Taehyung—err, atau bahkan masih melakukan itu,” tambah Yieun lagi seraya memblokade pergerakan Jimin dengan mendaratkan telapak tangannya pada sisi muka Jimin, dan memberi stimulasi lembut pada epidermis Jimin. “Karyawan Esclaire & Glitz selalu menggosipkan fragmen lampau saat ruangan Jiya kentara oleh aromatik percintaan. Dan kau tahuㅡorang yang berkunjung di hari itu adalah Jung Taehyung. Can you imagine that, Jim?”

Jimin mendedau dalam kalbu. Bukan karena ia merasa tergoda dengan kelakuan tolol Yieun, melainkan ia tidak menyukai diktum yang keluar random dari mulut Yieun. Sejauh yang Jimin rasakan, bagaimana mungkin Jiya dan Taehyung masih melakukan hal haram itu sementara Jiya selalu menyatakan diktum kebenciannya soal Taehyung?

Bagi Jimin, itu mustahil.

Darahnya mendidih. Jimin tidak tahu mengenai cara terbaik untuk membuat Yieun tak mengudarakan leksem kotor dan imbesil. Mendadak Jimin tidak kapabel untuk menjalankan regulasi pikirannya sendiri. Ia tak suka, namun tahu-tahu ia menelan diam-diam diktum Yieun. Untuk hal semacam itu, Jimin jelas merasa betul-betul jadi person pandir.

“Lalu?—”

Untuk beberapa alasan, Jimin mendadak terdiam seolah baru tersambar gundala. Ia merasa kalau bentala menyempit kala Yieun datang merengkuh tubuhnya. Secara mendadak Yieun menangis, entah betulan atau berlakon. Jimin tahu kalau Yieun adalah perempuan paling cengeng yang pernah ia kenali. Namun untuk sirkumstansi sekarang, tangisan Yieun agak berbeda. Jimin tidak tahu berbeda dalam hal apa. Yang pasti, satu ifrit masuk ke dalam daksa Jimin dan membuatnya secara megis membalas pelukan Yieun.

She's too eccentric.

Sumpah. Yieun diajari apa oleh Jihwa?—atau belajar dari kelakuan Jiya?

Menatap dengan pinar sendu yang kentara, hidung yang minim berwarna biram, dan sedikit suara isakan, Yieun menunjukkan itu semua pada Jimin. Sementara Jimin, Yieun memang cantik, sebelumnya ia mengakui itu. Dalam jihat sekarang, netra jelaga adam tersebut mendapatkan visualisasi kirana sekaligus—menggemaskan. Dan Jimin sadar sekali kalau ia menyukai Yieun setelah menatap lamat perkara apa yang Yieun tunjukkan. Persentase suka yang awalnya hanya sepuluh persen, mendadak naik.

Yieun cantik. Yieun manis. Jimin suka itu.

“Aku tidak akan pernah menyerah, Jimin,” ucap Yieun.

Jimin terdiam kendati ia ingin sekali memberi balasan konkret. Jimin pikir, usaha Yieun akan sia-sia. Sekali lagi, ia menyadari bahwa ia mulai menyukai Yieun. Namun, kembali lagi ke poin permulaan bahwa ia sudah memiliki Jiya dan mencintai perempuan itu.

Sementara Yieun, ia mengerti kalau perbuatannya itu kelewat menggantang asap. Itu sangat mendominasi, terutama sebab lawannya itu memang sudah seringkali menang dan mengangkat trofi. Berbeda dengan dirinya yang ahli jadi pecundang. Hanya saja intuisi memberi komando bahwa Yieun tidak boleh terus-menerus berjalan mundur. Ia mencintai Jimin, bukan obsesi. Apa yang ia lakukan hanyalah mencoba mengambil kembali hak yang dicuri oleh person lain.

𝐌ㅡ𝐒𝐢𝐧𝐚𝐭𝐫𝐚 [✓]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن