Perjalanan badai.

20 14 4
                                    

"Hidup bukan untuk menyenangkan orang lain, tapi kita perlu hidup dengan menyenangkan"
•••

Matahari mulai terbangun dari peraduannya, memancarkan sinarnya yang menghapus titik-titik embun di dedaunan. Kicauan burung burung terdengar merdu terbang di awan.

Udara dingin masih menyelimutin sosok yang masih berbaring nyenyak diatas ranjang, masih dengan mimpi yang selalu indah menemani setiap tidurnya.

"Badai sholat"

Suara panggilan dan suara ketukan pintu menyadarkan sosok yang dipanggil itu

Badai bangun lalu duduk diatas ranjang dia mengambil jam baker yang terletak diatas meja  disebelah ranjangnya. Sekarang jam menunjukkan pukul 5 pagi, menandakan ia harus segera mengindahkan panggilan dari sang khalik untuk mengucapkan rasa syukurnya.

Setelah menyelesaikan semua rutinitas nya setiap bangun tidur, badai melangkahkan kaki nya menuju dapur untuk membuat kopi menemani paginya sebelum ke kantor. Tak berapa lama kopi hitam dengan asap yang masih mengepul siap untuk dinikmati. Badai membawa kopi nya ke ruang tv.

"Masih pagi muka kamu uda ditekuk aja" Badai hanya melirik sekilas wajah sepupunya dan enggan membalasnya.

"Gimana pekerjaan kamu" tanya badai dengan wajah datar sulit ditebak.

"Masih sama gak ada yang berubah. Aku juga masih sulit menyesuaikan diri di sini."

"Sulit menyesuaikan diri tapi kekasih sudah berganti puluhan kali, ck"

Setelah mengucapkan itu badai berlalu pergi menuju kantor. Mengendarai mobil dengan kecepatan sedang. Masih jam 7 pagi tapi suasana jalanan kota metropolitan sudah dipenuhi dengan kendaraan kendaraan.

****

Saat ini badai berdiri menunggu pintu lift terbuka, sembari menunggu ia mengecek telepon genggamnya dan membuka benerapa email yang masuk.

Pintu lift terbuka ia hanya melirik sekilas lalu melangkah masuk dan menekan angka 3 tanpa memperhatikan sekelilingnya, sudah dipastikan tak ada seorang wanita pun yang berani berada berdiri didekatnya bahkan hanya sekedar didalam lift.

"Kebiasan lo, ruangan kita itu lantai 4 bukan 3" seru lelaki disebelahnya lalu menekan angka 4. Dari suaranya saja ia sudah tau tanpa harus menoleh kearah sang pemilik suara. Badai hanya diam ia masih sibuk dengan email emailnya.

"Lo uda baca email dari pak bram?" Tanya arga

"Belum"

Pintu lift terbuka badai dan arga berjalan berdampingan menuju meja kerja masing-masing.

"Kita dipindah tugaskan ke kantor cabang yang dibali, ada beberapa kasus yang harus kita tanganin disana"

Mendengar kata bali seketika badai membeku. Bali yang terkenal dengan pantai pasti akan sangat sulit beradaptasi disana. Kota yang dipenuhi dengan wisataawan mayoritas bule dan takkan jauh dari kata wanita.

Keringat dingin bercucuran mengigat sedikit kota kelahirannya. Bayangan bayangan kelam yang selama ini ia tepis dengan menyibukkan diri dengan pekerjaan seolah seolah sedang mentertawakannya.

"Aku gak bisa" jawab spotan Badai setelah terbangun dari ingatannya

"Ayolah badai ini yang 3 kali Lo selalu nolak buat dipindahkan kesana. Ini gak akan lama yakin deh palingan cuma 6 bulan sampai kasusnya selesai"

"Gak, gak bisa" tolak badai kesekian kalinya

" lo jangan egois dong, kenapa ? lo mau berduaan terus sama cowok yang tinggal bareng sama lo,? Gak bisa jauh lo darinya?" Senyum meremehkan terrukir jelas diwajah arga.

Gosip yang mengatakan badai seorang gay semakin menguat semenjak rekan kerjanya melihat badai berjalan berdampingan dengan seorang pria memasuki apartemen bersama sama.

Setelah gosip itu menguap keseluruh penjuru kantor. Badai tak pernah membenarkan atau menyalahkan gosip tersebut. Dia hanya bungkam dan enggan menanggapi setiap pertanyaan pertanyaan mereka.

****

Langit pagi sangat cerah tapi tak secerah hati badai. Keputusan yang dia ambil untuk berangkat kebali membuat nya tak semangat untuk memulai harinya.

Badai melangkahkan kaki menuju pintu keberangkatan. Tampak ada arga disana sudah menunggunya dengan cemas.

"Lama bener lo Dai, gue fikir lo gak jadi berangkat. Bentar lagi pesawatnya berangkat"

"Berisik" jawab badai singkat

Badai melangkahkan kaki nya terus sampai kedalam pesawat, lalu mencari tempat duduk nya tanpa memperduli kan omelan sang teman.

Sementara arga sudah sangat kesal dengan kelakuan temannya yang terlalu sepele mengganggap keberangkatan ini.

Arga duduk di sebelah arga, dengan wajah marah sedangkan badai tetap dengan wajah datarnya.

"Gue sumpahi lu kepincut sama bule disana, biar lo betah" ucap arga dengan nada kesal lalu menutup matanya. Dia harus ekstra sabar jika berdamping dengan badai sang manusia dingin tanpa perasaan.

•••
Hai!! Selamat datang di part 5 kelompok 5, Jangan jadi silent reader's yaa^^.

-Syltrawberry
-NahdChers
-SweetFairy
-Herbbhievora
-Thetria

Salam Sayang❤️.

Protective LawyerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang