Grow Up - (Thorgem)

3K 169 42
                                    

"Kakaaaaak!" Thorn yang sedang bermain lego di ruang tamu langsung berlari menghampiri Gempa yang baru pulang.

Saat ini Gempa sudah berumur 7 tahun sedangkan Thorn berumur 4 tahun. Gempa tersenyum dan merentangkan tangannya untuk menyambut pelukan adiknya. Setelah berpelukan Gempa menggendong Thorn kemudian menciumi wajahnya.

"Siapa adik kakak yang paling pintar?"

"Thorn!" Thorn mengangkat tangannya sambil tersenyum riang.

"Siapa adik kakak yang paling ganteng?"

"Thorn!" Jawab Thorn sambil masih mengangkat tangannya dengan senyum riang.

"Siapa adik kakak yang paling imut?"

"Thorn!" Jawab Thorn sambil masih mengangkat tangannya dengan senyum riang.

"Siapa adik kakak yang paling baik?"

"Thoooooooorn!" Jawab Thorn sambil masih mengangkat tangannya dengan senyum yang semakin lebar.

"Betul! Seratus buat Thorn." Gempa memeluk Thorn kemudian mengecup pipinya.

Thorn hanya tertawa kesenangan sambil mengayunkan tangannya. Tak lama kemudian ia melihat ke lantai lalu pandangannya mengarah ke kaki Gempa hingga akhirnya kembali ke wajah Gempa.

"Kakak kakak."

"Ya, sayang?"

"Thorn mau gendong kakak juga."

"Hahahaha. Nggak bisa, Thorn. Kamu masih kecil. Nanti kalo udah gede. Nah, kalo kamu mau gendong kakak waktu itu baru kakak bolehin."

"Jadi Thorn harus gede dulu?"

"Iya, Thorn sayang. Makanya kamu harus makan yang banyak. Biar cepet tumbuh tinggi dan besar ya, sayang? Kalo perlu jadi lebih tinggi dari kakak." Gempa menggesekkan hidungnya dengan hidung Thorn kemudian mengecup kening Thorn.

"Iya! Thorn mau cepet gede! Biar bisa gendong kakak!"

"Bagus, adek kakak harus semangat ya. Oh, iya. Kamu udah mandi?"

"Belum, mau mandi sama kakak."

"Iya, sayang~ Ya udah. Ayo kita mandi~" Gempa pun membawa Thorn meninggalkan ruang tamu.

🍈

10 tahun kemudian

"Uuuh ... Ish ...." Gempa sedang berusaha mengambil buku ensiklopedia di rak namun karena tidak sampai ia sampai harus berjinjit dan melompat beberapa kali.

Namun setelah semua usahanya itu ia masih tidak bisa mengambil bukunya. Saat ia mulai kesal karena tidak bisa mengambilnya tiba-tiba tubuhnya terangkat. Ia kaget dan menoleh. Rupanya Thorn yang menggendongnya dengan mengangkat pinggangnya.

"Ah, Thorn?"

"Ayo ambil bukunya, kak. Sekarang udah sampe kan?" Thorn tersenyum.

"Makasih ya, Thorn." Gempa pun mengambil bukunya. Namun setelah mengambilnya Thorn masih belum menurunkannya. Ia pun kembali menoleh. "Thorn, bukunya udah diambil kok. Kamu bisa nurunin aku sekarang."

"Nggak ah." Thorn malah menggendong Gempa dan membawanya ke kamar. "Ayo, kak. Biar kuanterin ke kamar."

"Hampir tiap hari kamu gendong aku lho, Thorn. Apa kamu nggak capek? Aku kan berat." Gempa menatap Thorn khawatir.

Thorn benar-benar mengingat tujuannya saat masih kecil. Ia juga tumbuh dengan pesat. Setelah memasuki masa pubertas ia langsung menjadi lebih tinggi dari Gempa. Saat itulah ia mencapai tujuannya. Namun meskipun tujuannya sudah tercapai ia tetap suka menggendong Gempa bahkan di luar rumah. Ia juga mudah cemburu setiap Gempa berdekatan dengan seme lain. Itulah tujuan ia menempel dengan Gempa setiap hari seperti tumbuhan sundew.

"Berat? Hahahahaha." Thorn menatap Gempa. "Kak, kakak itu seringan bulu. Nggak ada sejarahnya kakak itu berat. Bahkan meski kakak tambah tinggi aku selalu bisa gendong kakak."

"Kamu bener-bener udah besar ya, Thorn."

"Iya dong, kak. Aku pasti bakal jadi laki-laki yang pantas buat kakak!" Thorn menatap Gempa dalam kemudian mencium Gempa sekilas. "Aku sayang kak Gempa."

"Aku juga sayang kamu, Thorn." Gempa pun memeluk Thorn.

🍈

Di kamar

"Kak, bacanya udah selesai?" Meskipun Thorn masih terbilang manja pada Gempa tapi ia juga tetap menghormati Gempa.

Dari tadi ia menunggu Gempa sampai selesai membaca. Jika Gempa sudah selesai barulah ia mengutarakan keinginannya.

"Iya, udah. Kenapa? Kamu mau ngajak main?" Gempa menaruh bukunya di meja.

"Iya, tapi bukan main game." Thorn membuka atasannya kemudian membuka risleting celananya dan mengeluarkan penisnya yang sudah tegang. "Kakak tahu kan bukan cuma badanku yang udah besar. Aku—"

Cup

Setelah Gempa mencium Thorn lahap ia juga membuka bajunya kemudian memegang tangan Thorn dan membawa Thorn ke kasur.

"Aku ngerti, Thorn." Gempa melebarkan kakinya lalu merentangkan lubangnya untuk menunjukkan lubangnya yang berkedut pada Thorn. "Kemarilah, pria imutku. Pakailah lubangku untuk memenuhi hasrat kamu. Kakak sayang banget sama kamu, Thorn."

Thorn pun menghentakkan penisnya kemudian mulai menggempur Gempa.

"Lubang kakak emang yang terbaik!" Thorn menciumi leher dan wajah Gempa. "Aku juga sayaaang banget sama kakak."

"Ahn ... Aku juga suka penis kamu, Thorn ...." Gempa mengalungkan tangannya di leher Thorn sambil tersenyum dengan tatapan dalam. "Kamu emang udah besar."

END

CosmosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang