My Sweetie Pie - (Blatau)

3.2K 212 30
                                    

Dipersembahkan untuk tasyacarmello















"Blaze, ikut belanja yuk. Ntar sekalian jajan juga." Ajak Gempa.

"Nggak." Jawab Blaze.

Mendengar jawaban Blaze membuat Gempa menjadi sedih. Sejak insiden kebakaran di lapangan sekolah yang diperbuat olehnya ia menjadi sering murung.

"Kamu yakin nggak mau ikut? Bahkan meski aku beliin apa aja yang kamu mau?" Gempa menatap Blaze sendu.

"Nggak, Gempa." Jawab Blaze seraya pergi ke kamar.

"Aku ikut." Kesedihan Gempa membuat Halilintar tidak tega.

"Aku juga ikut ya, Gempa. Mau jajan juga." Thorn mengekori Halilintar menuju Gempa.

"Aku juga deh. Aku bakal bantuin bawain belanjaan sekalian jagain Thorn juga." Solar juga tidak tega melihat Gempa sedih.

Gempa duduk di sofa lalu menghitung uang di dompetnya. Setelah itu ia menghela napas.

"Udah beberapa hari ini Blaze murung. Segala cara udah aku coba buat bikin dia ceria lagi tapi sia-sia." Gempa menunduk lalu menatap Ice. "Ice, apa kamu udah nyoba ngehibur dia?"

"Aku udah ajak dia combo, main tapi nggak ngaruh juga. Bahkan dia masa bodo pas aku ngancem bakal nyembelih ayam dia." Jelas Ice.

"Yang lain juga. Bantuin kita buat bikin Blaze ceria lagi dong. Aku lebih suka dia ngerusuh sampe rumah ini jadi kayak abis diserempet cacing besar Alaska daripada sedih kayak gitu." Gempa mengusap wajahnya frustasi.

"Iya, Gempa. Aku bakal nyoba ngehibur dia abis belanja." Halilintar mengusap kepala Gempa lalu menoleh ke arah Taufan dan Thorn. "Kalian sendiri, salah satu dari tiga biang rusuh di rumah ini kenapa nggak ngehibur dia?"

"Udah." Jawab Taufan dan Thorn. "Tapi masih belum ada hasilnya."

"Tapi kita bakal coba lagi. Kita janji." Ujar Taufan.

"Iya, Blaze nggak boleh kayak gini terus." Timpal Thorn.

🍈

"Blaze." Taufan memeluk Blaze yang tengah termenung dari belakang.

"Ada apa?" Blaze tidak menoleh namun memegang lengan Taufan.

"Ayo makan pai apel. Ini aku yang buat. Kamu adalah pelanggan pertama aku karena ini pertama kalinya aku bikin pai apel lho." Taufan menyodorkan sepiring pai apel pada Blaze.

"Nggak usah. Aku masih kenyang."

"Blaaaaaze ... Ayo dong. Segigit aja. Aku udah capek-capek bikin lho." Taufan menunjukkan puppy eyesnya.

Meskipun Blaze tidak menatap Taufan tapi aura tatapan Taufan begitu kuat sampai seakan melubangi dahinya. Ia pun menerima pai apel itu. "Ya udah. Siniin." Lalu memakannya.

Setelah suapan pertama tanpa Blaze sadari ia tersenyum karena kelezatan pai apel buatan Taufan. Taufan memang pintar membuat kue. Pai apelnya begitu lezat sampai ia tidak percaya jika ini adalah yang pertama kalinya Taufan membuatnya.

"Enak."

"Akhirnya kamu tersenyum lagi, Blaze. Syukurlah." Taufan senang sekali melihat senyum Blaze walaupun hanya senyum tipis.

"Kamu ... Sengaja bikin ini buat ngehibur aku?" Blaze mengira Taufan hanya ingin menjadikannya tester pai apelnya.

"Iya, soalnya kamu murung terus akhir-akhir ini. Kalo makan makanan manis hati bakal terasa hangat dan bisa bikin kamu tersenyum."

Blaze tertegun. Ia melihat pai apelnya namun tak lama kemudian ia dikejutkan dengan sebuah pelukan erat dari Taufan.

"Oh ...." Blaze refleks memegang tengkuk Taufan karena begitu kuatnya pelukan Taufan.

"Kamu itu kuat, Blaze. Jangan nyalahin diri kamu terus. Itu nggak disengaja. Kadang-kadang orang emang suka lepas kendali waktu lagi emosi." Taufan mengeratkan pelukannya hingga membuat Blaze sedikit sesak namun Blaze tetap membiarkannya. "Karena itu tolong kembali jadi Blaze yang biasanya. Bukan Blaze yang murung terus kayak gini."

Blaze melirik Taufan sambil tersenyum. Setelah Taufan melepas pelukannya ia menyuapi Taufan. Membuat mata Taufan membulat.

"Makasih, Taufan. Ayo senyum bareng-bareng." Blaze menyunggingkan gummy smilenya.

"Oke!" Taufan tersenyum riang.

Setelah pai apelnya habis Blaze berkata. "Kamu bilang makanan manis bisa bikin hati terasa hangat dan bikin kita tersenyum kan?"

"Iya." Jawab Taufan sambil tersenyum.

"Kalo gitu sekarang aku tersenyum karena hatiku terasa hangat dengan adanya kamu di sisi aku." Blaze memegang pipi Taufan. "Kamu yang ceria ... Kamu yang imut ... Kamu yang jahil ... Kamu yang selalu ngeperhatiin orang yang ada di dekat kamu ... Kamu yang pinter bikin kue ... Semuanya bener-bener berarti buat aku. Aku bisa tersenyum bukan berkat painya. Semua berkat kamu."

Wajah Taufan memerah. Karena tertegun sekaligus malu ia memalingkan pandangannya. Tidak berani menatap Blaze. Sedangkan Blaze malah tersenyum simpul melihat Taufan yang malu karenanya.

Ini pertama kalinya ia melihat ekspresi Taufan yang seperti ini. Menggemaskan. Usapan Blaze pada bibirnya membuatnya kaget dan melirik Blaze. Alangkah terkejutnya ia begitu melihat Blaze yang tengah mendekatkan wajahnya hendak menciumnya.

"B ... B ... Blaze, tung-"

Bluk

Suara bantal paus yang terjatuh ke lantai sukses mengalihkan dunia mereka. Pemilik bantal paus itu langsung beranjak dari kasur lalu bergegas pergi dengan sedikit rasa bersalah.

"Maaf, aku nggak sengaja. Anggep aja aku rumput yang bergoyang buat yang awal-awal."

Sebuah momentum yang sukses membuat mereka mematung layaknya mannequin challenge alami bahkan sampai Ice meninggalkan kamar.

END

CosmosWhere stories live. Discover now