Bagian Ketigapuluhsembilan

94 4 0
                                    

Dua bulan berlalu, dan Qiara masih menyembunyikan tentang hari itu pada Reza maupun keluarganya sendiri.

Qiara merasa dirinya tidak sanggup untuk mengatakan hal tersebut, terlebih Eyang Putri belum menindaklanjuti.

Jika ditanya apakah ia senang tanpa ada kabar lebih lanjut, Qiara dengan tegas akan mengatakan seperti itu.

Qiara bersyukur Eyangnya seakan lupa, tapi, ia juga khawatir jika semuanya telah direncanakan sendiri oleh Eyang Putri tanpa sepengetahuan dirinya.

"Kusut banget mukanya. Mikirin apa sih Ra ?" tanya Egar masih dengan kesibukannya merapihkan keinginan klien yang baru saja mereka jumpai.

Qiara menggeleng. Tubuhnya bersandar pada bangku kafe, menatap kosong ke depan.

"Terus lo mikirin apa ? Reza ?"

"Bisa jadi." jawab Qiara terdengar ragu karena pikirannya sedang bercabang.

Qiara pusing memikirkan semuanya sekaligus.

Permasalahan Eyang, tugas magang selama 1 bulan terakhir, hubungannya dengan Reza yang mulai berjarak akibat kesibukan magang di beda kota, belum lagi kegiatan di mapalaba yang tidak bisa dihindarkan.

Qiara ingin cepat lulus saja, tapi masalahnya ia sadar masih ada satu lagi pertanggungjawabannya di semester depan yang lebih berat yaitu skripsi.

"Gue enggak yakin lo cuma mikirin Reza," ungkap Egar beralih ke Qiara, sambil menatap perempuan itu dalam.

"Pasti ada masalah kan dari terakhir kita berempat ke Jakarta ? Tapi lo nya belum siap cerita." sambung Egar tidak bisa dielakkan.

Qiara mengangguk, ia tahu betul Egar adalah orang terpeka jika ada yang beda pada temannya, hanya saja lelaki itu lebih memilih diam dahulu.

"Gue enggak menghakimi lo atau bahkan maksa. Pesan gue, tetap jaga diri lo baik baik Ra. Lo tau sendiri semuanya enggak ada yang mudah sampai bisa ditahap ini, tapi lo berhasil lewatinya. Gue yakin banget, apa yang lo hadapi sekarang, pasti lo bisa ambil langkah terbaik." ujar Egar membuat Qiara tersentuh.

"Gue enggak tau mau ngomong apa." lirih Qiara tertunduk.

Egar terkekeh kecil, "Santai, Ra. Cukup jalanin aja apa yang lo hadapi sekarang. Kalo perlu apapun jangan sungkan buat cerita ke kita kita."

"Yuk nyamperin Kang Derin sama Teh Yaya sekalian makan siang." ajak Egar.

Qiara pun mengikutinya hingga di parkiran lalu keduanya menuju restoran tempat seniornya berada. Setelah itu, mereka memesan makan serta minum sekaligus melaporkan hasil pertemuan dengan klien tadi.

"Gimana ?"

"Dari pilihan yang udah ditawarin, mereka mau ambil indoor. Sedangkan tema warna minta biru sama oren, kesan elegan vintage, Kang." jelas Qiara sambil membaca hasil abstraknya tadi.

"Dan yang dimaksud elegan vintage bagi mereka, furniture berbahan kayu atau barang klasik yang kegunaannya bukan di tahun 2000-an." tambah Egar.

Disambut senyum merekah oleh Derin dan Yaya.

"Gue udah duga ini dari awal mereka tanya siap cari barang lama apa enggak." bangga Derin pada instingnya.

"Jadi sesuai rencana, selagi Yaya buat desain, kita bertiga coba hubungin vendor yang udah di list sama Kang Endah, oke."  final Derin menatap panjang ke depan.

Waktu mereka hanya 2 hari di sini. Bukan untuk liburan, tapi pekerjaan yang mengharuskan mereka singgah dan cari penginapan.

Magang di Wedding Organizer dengan nama cukup terkenal dan cabang di mana-mana, Qiara mau tidak mau harus fleksibel dalam hal waktu serta kesiapan dikirim ke luar kota ikut senior bertemu klien ataupun keperluan lainnya yang masih berkaitan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 04, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Tetangga ZoneWhere stories live. Discover now