16. misunderstand

751 121 7
                                        


Aku menatap datar pada ponselku yang berisi pesan dari Rey yang mengatakan bahwa Zippo ingin bertemu denganku secara langsung hari ini juga. Tak ada pilihan lain, sepertinya aku memang harus menemuinya sendiri.

Mark masih belum tahu jika peristiwa lelaki brengsek yang ia lubangi kepalanya kemarin berbuntut panjang seperti ini. Aku menyuruh bawahan Mark yang ia suruh untuk mengurusi mayat dan bar untuk tutup mulut dan menyuruhnya untuk mengatakan pada Mark bahwa semua sudah beres.

Aku keluar dari kamarku menggunakan turtleneck hitam dengan penggunaan celana palazzo berwarna putih serta sepatu boot hitamku dan tak lupa kacamata hitamku. Kali ini, aku tidak menggerai rambut seperti biasa, melainkan mengikatnya ala ekor kuda. Mark telah dulu pergi meninggalkan mansion karena harus melakukan rapat dengan para teman-teman mafianya yang lain.

Aku mengendarai Lamborghini Veneno berwarna putih milikku. Mobil ini sangat jarang kugunakan, tapi kali ini aku akan mengendarainya untuk menuju kantor Zippo. Tak butuh waktu lama, aku telah sampai di gedung yang memiliki 16 lantai itu. Sudah ku katakan, hampir semua mereka yang bekerja di dunia kotor ini pasti mengenaliku. Aku baru saja masuk dilantai satu dan terlihat semua pekerja yang ada di Zippo kaget dan terlihat was-was melihat kedatanganku.

Aku melepas kaca mata hitamku, menampilkan senyum manisku pada mereka.

"Tolong antarkan saya kepada Tuan Zippo."- ujarku, salah satu pria berpakaian jas hitam terlihat berbicara mengkonfirmasi sesuatu dari earpiece yang terpasang ditelinganya. Pria itu kemudian mendekatiku dan mempersilahkanku untuk mengikuti dirinya.

"Aku suka hidungmu."- ungkapku sambil mengedipkan sebelah mataku padanya sebelum memakai kembali kacamata hitamku. Ekspresinya yang awalnya datar dan tegas seketika menjadi linglung. Ia terlihat ingin tersenyum tetapi ia malah menahannya, ia berdehem pelan dan malah membuat gerakan tangan kedepan mempersilahkan aku untuk berjalan didepannya menuju lift khusus.

Tidak butuh lama, kami sampai ke lantai paling atas, tepatnya diruangan Zippo. Lelaki tua itu tertawa sambil menepuk tangannya ketika melihatku berada didepan matanya. Ia bangkit dari kursi kebesarannya menghampiriku yang masih berdiri menatapnya dari balik kacamata hitam yang masih bertengger diwajahku.

"Saya tidak pernah menyangka seorang putri Ainsley akan memijakkan kakinya yang mulus di tempat kebanggan saya."- ujarnya diiringi gelak tawa.

Aku tersenyum miring sambil melepas kacamata hitamku agar bisa menatap lelaki tua ini dengan jelas.

"Sebuah kehormatan untuk anda Tuan Zippo, anda adalah orang pilihan."- tuturku dengan elegan. Zippo meredakan tawanya, menatapku dengan tatapan angkuhnya.

"Apakah begini cara anda memperlakukan tamu Tuan Zippo? Apakah sofa-sofa mahalmu itu tidak memiliki fungsi?"- kataku lagi, menyindirnya yang tidak mempersilahkanku untuk duduk. Pegel tauk berdiri dari tadi!

Zippo berdecak pelan sebelum kemudian menyuruhku untuk disofa yang ada diruangannya dan ia juga ikut duduk disana.

"So, katakan, apa yang anda inginkan dari saya karena sudah membunuh putramu?"- tanyaku to the point.

"Kamu bahkan tidak merasa bersalah setelah mengambil nyawa seseorang."- desisnya, "Kau benar-benar tidak memiliki hati Nona, berbanding jauh dengan wajah cantikmu."- ujarnya lagi penuh penekanan.

Aku manggut-manggut menyungging senyum miring, "Terimakasih atas pujiannya Tuan Zippo. Ngomong-ngomong masalah hati, saya pikir anda yang harusnya berkaca."-

"YOU..."- tekannya dengan marah sambil menunjuk wajahku dengan telunjuknya, "Kamu nggak tau nggak sedang beraa dimana sekarang?"- tanyanya dengan marah.

Deep End ✔️ [REVISI]Where stories live. Discover now