15❣ His Smile That Started to Fade Away

238 49 1
                                    

Berbulan-bulan setelah kejadian yang nyaris membuat hubungan Aerin dan Jaemin karam, semua berangsur membaik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berbulan-bulan setelah kejadian yang nyaris membuat hubungan Aerin dan Jaemin karam, semua berangsur membaik.

Tahun ini Aerin mulai kuliah setelah dua tahun mengurusi bisnis. Jaemin sendiri mulai memasuki tahun ketiga kuliahnya. Mereka berdua kuliah seperti biasa. Setelah kegiatan sehari-hari selesai, mereka baru datang ke toko kue mereka yang telah berkembang pesat. Ada 4 karyawan yang mereka pekerjakan tahun ini.

Hanya saja... Ada sesuatu yang berubah dengan Jaemin akhir-akhir ini. Aerin tidak tahu apa itu. Tapi lelaki yang ia cintai itu lebih sering diam sekarang. Terkadang saat sendiri, pandangannya kosong. Senyumannya yang tak pernah luntur sekarang bisa luntur kapan saja. Tapi itu hanya ketika sendiri. Saat bersamanya, senyuman itu selalu ditampakkan, membuat Aerin sadar Jaemin menyembunyikan sesuatu darinya.

Contohnya seperti sekarang. Aerin baru selesai kuliah dan pergi ke toko kue. Jaemin ternyata sudah datang. Lelaki itu duduk di sofa tunggu pembeli di pojok ruangan, menatap jalanan dengan ekspresi kosong. Coklat panas di depannya ia biarkan mendingin. Tak disentuh sama sekali.

Aerin melangkah mendekat, menyentuh bahu lelaki itu pelan. Detik selanjutnya Jaemin menoleh. Senyumnya perlahan terbit.

Aerin suka melihat senyuman Na Jaemin. Tapi untuk sekarang itu terasa mengkhawatirkan. Apakah itu senyuman palsu? Apakah sesuatu terjadi sehingga membuat lelaki itu murung saat sendiri?

"Kau sudah datang? Di luar hawanya dingin bukan? Mau coklat panas?" Jaemin menawarinya minuman. "Minumanku ternyata sudah dingin. Aku lupa meminumnya."

Aerin menggeleng, duduk di sebelah Jaemin. "Na, kau baik-baik saja? Kau terlihat murung akhir-akhir ini," terangnya.

Jaemin tersenyum pada Aerin. Bukan. Itu bukan senyuman palsu. Senyuman itu tulus untuknya. Tapi tetap saja rasanya tidak benar melihat Jaemin hanya tersenyum seperti itu jika sedang bersamanya.

"Aku baik-baik saja. Kau tahu masalah mahasiswa yang akan lulus. Ada banyak tugas yang harus dikerjakan. Itu membuat pening," jawab Jaemin, merangkul bahunya dan menariknya agar mendekat. Aerin tahu itu sebuah kebohongan. Jaemin tidak pernah pening karena kuliah. Lelaki itu selalu menikmati tugas yang dosen berikan padanya.

"Na, jangan berbohong. Jujurlah padaku. Apa kau ada masalah?" tanya Aerin lagi.

Jaemin menoleh ke Aerin, menatap matanya dalam. "Kau mengkhawatirkanku?"

"Tentu saja. Aku sangat mengkhawatirkanmu, Na. Kau lebih sering murung dan diam akhir-akhir ini."

Tiba-tiba saja lelaki itu mendekatkan wajah, mengecup bibirnya sekilas. Aerin tertegun. Apa-apaan itu Jaemin malah mengecupnya. Beruntung toko kue sedang sepi. Karyawan mereka juga banyak yang sedang istirahat.

"Masih mengkhawatirkanku? Apa aku perlu menciummu agar kau berhenti khawatir?" tanyanya kemudian.

Aerin memukul pelan lelaki di sebelahnya. "Ya, Na Jaemin! Apa hubungan khawatir padamu dengan ciuman? Kau ini suka mengada-ada."

Jaemin terkekeh. "Ciumanku kan membuat lupa apa pun. Kau bisa lupa mengkhawatirkanku setelahnya," katanya. "Lagi pula, aku baik-baik saja, sayang. Aku tidak ada masalah apa pun. Kalau ada pun hanya masalah biasa. Jangan berlebihan."

Aerin terdiam. Jaemin benar juga. Usia lelaki itu 22 tahun. Hal yang wajar jika ia memikirkan banyak hal. Semua orang pasti melewati transisi menuju dewasa. Kadang hal itu membuat orang lebih diam, kadang juga bisa melunturkan senyuman. Itu hal yang wajar. Mungkin lelaki di sebelahnya itu sedang mengalami hal itu. Aerin cukup mendukung Jaemin, memberitahu bahwa ia akan selalu di sisinya.

Aerin menghela napas. "Aku akan selalu ada untukmu, Na. Jadi jika kau ada masalah, kau bisa cerita padaku. Kau bisa membagi hal itu padaku. Aku akan selalu mendukungmu. Mengerti?"

Jaemin tersenyum, merangkulnya erat. "Ah, pacarku perhatian sekali. Terimakasih, sayang," katanya lalu mengecup pelipis Aerin.

Aish. Perlakuan Jaemin selalu saja membuat Aerin melayang.

"Besok hari libur. Kau tidak mau pergi ke mana pun?" tanya Jaemin kemudian.

Aerin yang masih berada di rangkulan Jaemin tertegun. "Ayo menonton film. Tidak perlu di bioskop, di rumah juga tidak masalah. Setelahnya ayo kita masak bersama. Aku rindu masakan dagingmu yang enak."

Jaemin mengangguk, mengusap rambutnya. "Untuk cantik Nana, permintaan dikabulkan."

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dandelions [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang