Rapat

1 0 0
                                    

"Dalam rangka perpisahan dan kelulusan anak-anak kelas 12, kita diminta Kak Yogi untuk ngadain acara Graduation. Yah, minimal standard kita acara yang angkatan mereka buat tahun lalu." Baim, selaku ketua OSIS memulai rapat yang selama ini kita undur-undur terus. Bukannya gak mau bahas, tapi emang lagi hectic banget beberapa minggu ini ngejar materi dan Ujian Tengah Semester (UTS) genap ini.

Hening ...

Baim melihat kita semua satu persatu, heran karena gak biasanya rapat sehening ini. "Ada usulan ide atau saran gitu dari kalian?" Tanya Baim.

Masih hening.

"Ziza? Ada saran atau ide gitu?" Tanya Baim lagi ke Azizah yang notabene tangan kanannya alis sekretaris OSIS yang emang multitalented banget. Azizah ini benar-benar seorang women crush aku deh karena kayak sempurna aja gitu hidupnya. Pintar, cantik, retorika bagus banget, ah pokonya the best!

"Hmm ... gimana kalua kita minta saran dari kak Yogi dan teman-temannya aja dulu? Ini 'kan, acara mereka. Which is, mereka juga harus ikut andil sih menurut gue, lagi pula ya pengalaman tahun lalu waktu kita masih jadi anggota, gue perhatiin angkatan yang lulus tahun lalu maunya banyak banget tau, sampai kak Yogi dan teman-temannya pusing rombak ini itu karena ide mereka gak sejalan dengan kemauan angkatan sebelumnya." Jawab Azizah menyampaikan pendapatnya.

"Gue setuju Im, jangan sampai kejadian tahun lalu keulang dan jatohnya kita buang-buang duit." Elfira menimpali.

"Oke, gue bakal koordinasiin lagi ke kak Yogi dan kita atur jadwal rapat bareng doi dan teman-temannya. Ada saran lagi gak?"

"Kayaknya belum ada Im, semua bisa jalan kalau udah ada konsep fixnya sih. Mau nyari dana aja susah kalau belum ada proposalnya."

Baim mengangguk setuju dengan saran Azizah lagi, "Iya sih, yaudah sesuai dengan rancangan kegiatan kita pada saat rapat kerja sebelum menjabat, Proker ini gue kasih ke Raka sebagai Ketua, Vivi Sekretarisnya, dan Risya Bendahara."

Alhamdulliah, bukan aku jadi panitia inti.

Jujur, aku paling malas menjadi panitia inti untuk kegiatan yang berhubungan dengan senior. Apalagi seperti acara graduation gini, ya gitu, seperti yang udah di bilang Azizah tadi, mereka para senior bakal ribet mau ini itu dan complain banyak kalau gak sesuai ekspektasi mereka. Gak salah sih, tapi yah gak salah juga dong kita sebagai penyelenggara mau buat acara sesuai ide kita dong.

"Jadi yang atur kepanitiaanya gue 'kan Im?" Tanya Raka ke Baim untuk memastikan.

Baim mengangguk, "Iya, sepenuhnya gue serahin sama lo. Nanti kita bareng juga koordinasiin ini kegiatan ke kak Yogi."

"Oke, siap." Raka mengajukan jempol mengiyakan perkataan Baim.

Diam-diam aku memperhatikan sosok Tara di kursi ujung depan samping Anzel. Dia salah satu pengurus OSIS juga, tapi ya gitu, kita bicara hitungan jari karena setiap kegiatan gak pernah satu divisi huhu. Dan kegiatan ini, gue harus satu divisi dengan dia. Ga mau tau pokoknya Raka harus satuin aku degan doi. Bahkan divisi acara yang paling ribet 'pun aku jabanin deh.

***

Setelah rapat, aku tidak langsung pulang ke rumah, melainkan melipir dulu ke toko kue kesukaan ku. Aku emang udah merencanakan ini pada saat UTS akan berlangsung. Ini salah satu bentuk self-love aku dengan cara beli hal yang aku suka seperti membeli Cheesecake.

Aku benar-benar sesuka itu dengan cheesecake Atifa Bakery ini. Bukan Cuma chessecakenya aja sih, kue-kue, dessert-dessert lainnya aku juga suka.

Aku memilih Cheesecake strawberry, kemudian mengantri untuk membayarnya.

Pada saat aku ingin keluar toko roti, aku melihat Raka di parkiran. Kayaknya ini waktu yang bagus untuk ngomong ke Raka.

"Raka!" aku setengah berteriak memanggilnya.

Anzel melihatku dan menghampiriku. "Hi, Dy! Habis beli cake ya?" Tanya Raka basa-basi. Jelas-jelas aku udah nenteng kue gini.

Aku tertawa, "Hehe, iya. Lo sendiri mau beli juga?"

"Iya, nyokap ulang tahun hari ini. Jadi gue mau ngambil pesanan cake gue."

Aku ternsenyum lebar, "Wah, happy birthday tante!"

Raka tertawa dan mengucapkan terima kasih. Baru dia mau masuk ke toko, aku mencegatnya.

"Eits, tunggu dulu Rak, hehe. Ada yang pengen gue omongin nih sama lo." Kata ku sedikit ragu sambil menahan Raka untuk jangan masuk dulu ke toko kue.

Anzel sedikit kaget dan heran dengan ku. "Ngomongin apa?" Tanya Raka.

"Hmm, gimana ya ngomongnya, tapi lo jangan beranggapan gimana-gimana ya sama gue." Aku ragu untuk ngomong ke Raka. Takut dia berpikir yang macam-macam.

Tiba-tiba, handphone Raka berbunyi, menginterupsi aku yang ingin melanjutkan keinginan ku.

Raka mengambil handphone-nya dari saku dan mengangkatnya di depan ku dan melihatku mengisyaratkan untuk standby dulu.

"Halo",

"Iya?"

"Oh iya ini gue udah di toko kuenya kak."

"Iya sabar napa, gue baru pulang habis rapat OSIS tadi,"

"Enggak kok, langsung pulang gue habis ini,"

Samar-samar aku mendengar suara omelan di seberang sana yang sedang menelpon Raka. Duh, jadi gak enak gue ini.

"Iya bawel." Raka menutup teleponnya, dan melihat gue. "Sorry banget ya Dy, gue lagi buru-buru. Ini udah di bawelin kakak gue. Next time, atau besok deh kita ngomong lagi. Sorry banget ya Dy."

Aku tersenyum dan sedikit tertawa, "Oh iya, gapapa Rak, next time aja, gue juga minta maaf nahan lo ngajak ngomong hehe, gue deluan ya Rak." Aku  pamit dengan Raka dan dia masuk ke dalam toko kue.

Yah, gagal deh ngomongnya ....

It's Okay Audy, ada banyak cara menuju Roma. Masih ada lain waktu. Bisa diatur kok ini. Aku seperti orang yang menyedihkan banget menyemangati diri sendiri.

Dan kemudian aku mulai menjalankan mobil ku kembali ke rumah.

—-
Hi, terima kasih sudah mau membaca cerita ku. Jangan lupa berikan kritik dan saran ya!

With love,

Ogliolia

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 17, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Unlucky HeartWhere stories live. Discover now