Lalisa menaikkan alisnya sebelah, menatap heran Mamanya. "Tumben banget, pulang cepet dikomentarin? Biasanya ngoceh kalo Lalis pulang lama."

Fellyana terkekeh, mengingat ia sangat bawel jika anak satu-satunya itu belum ada di rumah ketika pulang sekolah, apalagi kalau tidak memberinya kabar. "Ya kalo kamu perginya sama Niko, Mama nggak bakalan khawatir sayang..." jawabnya sembari mengelus rambut Lalisa.

Mendengar itu Lalisa langsung menggeliat geli. Mimpi apa dia semalam, harus di ship-shipin sama Niko.

"Apaan sih Ma." sanggah Lalisa.

Niko hanya tersenyum seadanya, lalu ia menyalimi punggung telapak Fellyana. "Maaf tante, tapi Niko ijin ke kamar tamu ya—

"Eits!" Fellyana menahan tangan Niko ketika ia ingin beranjak pergi. "Pertama, kamu harus manggil tante ini Mama, karena kan sekarang, tante Felly itu Mama kamu juga. Kedua, kamu jangan ke kamar tamu, karena kamar kamu sekarang kan di kamarnya Lalis. Iya kan Lalis?"

Lalisa tersentak ketika namanya disebut di akhir, ia segera menoleh ke Mamanya dengan mata membulat sebelum akhirnya mengangguk pasrah. "Iya." bola mata gadis itu memutar malas.

Niko sedikit tertegun, sampai harus meneguk saliva susah dan tertawa canggung. "Haha, maaf tan, eh Ma.. Niko lupa." senyuman palsu tentunya.

Fellyana terkekeh, merasa lucu dengan keduanya yang masih sama-sama kaku. Kemudian, Fellyana menepuk-nepuk bahu Niko agar cowok itu tidak perlu merasa canggung.

"Yaudah, Mama arisan dulu ya," pamitnya. "Kalian jangan berantem." Fellyana mengacungkan jari telunjuknya, memberi peringatan.

"Iya, hati-hati ya Ma."

Kemudian, Fellyana pun keluar, meninggalkan tom and jerry berduaan di rumah. Ya, seperti sekarang ini, setelah kepergian Fellyana, Niko dan Lalisa saling pandang. Pandangan yang tidak mengisyaratkan adanya perasaan sama sekali.

Lalisa menghela nafas. "Gue ngantuk, mau tidur, lu jangan ke kamar ya." titahnya.

"Dih, enak aja, gua juga udah punya hak ya di kamar lu. Jadi, suka suka gua." Niko tidak mau terus-terusan mengalah, dia juga butuh istirahat.

"Yaudah, gini aja deh, kita balapan dari sini," Niko menyimak. "Nah, yang masuk duluan berarti dia harus ngalah tidur di sofa ruang tamu, seenggaknya sampe orang rumah dateng. Gimana?" tantang Lalisa menaik-turunkan alisnya seraya berkacak pinggang.

"Deal."

"Satu, dua, tig—ah, Niko curang!"

Lalisa berteriak tak terima ketika Niko langsung berlari ke atas, sontak gadis itu pun mengejarnya.

"Gak mau, lo curang!" Lalisa mengoceh mencoba mempercepat larinya, dan berusaha menarik seragam Niko dari belakang, namun hasilnya ia tetap kalah.

Hingga sampailah mereka masuk ke dalam kamar. Lalisa berhenti di belakang punggung Niko sembari menumpukan dua telapak tangannya ke lutut, ia ngos-ngosan. Sementara Niko langsung berbalik badan, ia menampilkan senyuman licik ketika melihat Lalisa kalah di belakangnya.

Lalisa mendongak, masih mengatur nafas sebelum mulai berbicara pada Niko. "Kan gue belum selesai ngitung kok lo udah lari," kemudian, gadis itu berdiri tegak. "Pokoknya gue tetep mau tidur disini." kekeuh Lalisa sembari berkacak pinggang.

YoursWhere stories live. Discover now